Dengan perjuangan yang gigih serta doa yang kuat, wanita bernama Heltiana (47) itu harus membesarkan keempat anaknya. Menghadapi berbagai tantangan hidup, ia mampu berperan sebagai single parent bagi anak-anaknya, meski harus tinggal di rumah tak layak huni.
NOVIA NADYA CLAUDIA, Palangka Raya
HELTIANA (47), warga Jalan Putri Junjung Buih III, Kota Palangka Raya tak henti mengucapkan syukur ketika mengetahui rumahnya akan direnovasi secara gratis oleh Polda Kalteng, melalui program bedah rumah dalam rangka HUT ke-78 Bhayangkara tahun 2024.
Ibu yang sudah berstatus single parent selama 11 tahun itu tak pernah disangka menyangka rumah yang ditempatinya selama ini akan dibedah. Selama ini rumahnya sering bocor. Banyak kayu yang sudah lapuk. Bahkan kamar mandi dan toilet pun sudah tidak layak digunakan.
Dengan suara bergetar menceritakan perasaannya ketika menerima kabar via telepon dari Kapolsek Palangka Raya. Begitu kagetnya saat tiba di rumah, karena sudah ada sejumlah anggota kepolisian. Yang muncul di benaknya, jangan-jangan anaknya sedang bermasalah.
Namun kekhawatiran itu sirna seketika setelah mendapat penjelasan. Kabar baik, rumahnya akan dibedah. Bagai mimpi yang menjadi kenyataan. Sebab, selama ini kondisi rumahnya cukup memprihatinkan. Gaji hasil kerjanya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Hanya bisa berdoa dan berharap ada rezeki lebih. Hingga akhirnya doa Heltiana terkabulkan pada Senin (26/6). Kapolda Kalteng Irjen Pol Drs Djoko Poerwanto menyerahkan secara langsung kunci rumah usai direnovasi.
Usai acara, dengan berderai air mata, Heltiana menceritakan kondisi kehidupannya bersama keempat buah hatinya. Hidup dalam keterbatasan. Sehari-hari ia bekerja sebagai penjaga toko sembako di Jalan G. Obos. Wanita berusia 47 itu harus bisa menggunakan upah harian yang diterimanya untuk memenuhi keperluan rumah dan anak-anaknya.
Gaji yang diterimanya pas-pasan untuk keperluan hidup sehari-hari. Sementara ia punya tugas serta kewajiban sebagai orang tua bagi keempat anaknya, sejak ditinggal pergi suami dan tidak lagi dinafkahi.
Meski terasa berat, hidup harus dijalani Heltiana. Rasa lelah sering dirasakan. Namun tidak pernah diucapkannya di depan anak-anak. Keluh kesah atas takdir hidup yang dialami. Ia hanya ingin terlihat tegar dan kuat, agar anak-anaknya tidak bersedih.
Hidup makin terasa berat saat anak laki-laki pertamanya yang berusia 27 tahun diberhentikan dari pekerjaan karena alasan tertentu. Padahal mereka masih punya kewajiban membayar cicilan sepeda motor. Sebagai seorang ibu, Herlita tak mampu membendung kesedihan saat ujian datang kembali. Semua hanya bisa diutarakannya dalam doa.
“Kendaraan kami itu masih dicicil, dulu beli itu untuk anak bekerja sekaligus antar adik-adiknya ke sekolah. Tiap hari saya diantar oleh dia menggunakan motor itu, ke mana-mana pakai motor itu. Tapi sekarang dia diberhentikan dari tempat kerjanya, saya sedih, tapi mau tak mau harus berjuang untuk bayar cicilan,” ucapnya sambil meneteskan air mata, Selasa (26/6).
Untuk diketahui, Heltiana memiliki anak pertama laki-laki berusia 27 tahun, anak kedua perempuan berusia 21 tahun, anak ketiga laki-laki berusia 19 tahun, dan anak keempat laki-laki berusia 11 tahun. Saat ini anak pertamanya masih berusaha untuk mencari pekerjaan lagi untuk menopang perekonomian keluarga. Anak kedua fokus membantu pekerjaan rumah. Beruntung anak ketiganya yang kini sedang berkuliah di Universitas Muhammadiyah mendapat beasiswa TABE dari Pemprov Kalteng. Sementara anak keempatnya masih duduk di bangku sekolah dasar (SD).
Heltiana bersyukur dan bangga dengan anak-anaknya yang tetap mau berjuang, saling membantu, serta menopang satu sama lain. Yang membanggakan, seluruh anaknya merupakan siswa berprestasi di bangku sekolah.
“Puji Tuhan semua anak saya berprestasi. Anak yang kuliah dapat beasiswa TABE. Dia kuliah sambil kerja paruh waktu di angkringan malam hari. Saat ini mereka sudah tidak menerima nafkah dari bapaknya. Jadi selama ini saya berjuang menghidupi mereka, sambil mereka juga bantu-bantu kerja nyari uang sendiri. Saya kuat sampai saat ini karena anak-anak. Saya melihat mereka, wajah mereka dan semangat mereka juga sebagai energi bagi saya menjalani hidup selama ini,” ucapnya.
Heltiana selalu menghaturkan doa agar anak-anaknya bisa mendapatkan pekerjaan yang layak, bisa membantu menyekolahkan adik-adik. Lalu bagi anak-anaknya yang masih bersekolah, ia ingin agar bisa mendapatkan beasiswa atau bantuan pendidikan hingga selesai. Bila ada tawaran lembur, ia pun tak menolak. Sebab ia harus bisa mendapatkan uang tiap hari untuk kehidupannya bersama anak-anak.
“Saya sudah bersyukur ini (rumah) sudah diperbaiki. Siapa tahu nanti ada rezeki lain. Sekarang untuk tidur sudah nyaman dan nyenyak. Tuhan menjawab doa dan buah kesabaran kami. Tidak lepas juga dari doa dan dukungan anak-anak,” ungkapnya.
Kini, wanita kelahiran Bereng Melaka, 10 Oktober 1976 bersama anak-anaknya telah memiliki rumah layak huni. Mereka bisa merasakan kenyamanan ketika berkumpul meski tempat tinggalnya sederhana.
Ia berharap Polri dapat selalu berjaya dan dicintai masyarakat. Terutama bagi mereka yang sangat merasakan manfaatnya. Bagi semua pihak instansi terkait yang turut membantu, dirinya mengucapkan terima kasih atas program bedah rumah itu yang sangat bermanfaat bagi dirinya dan anak-anak.
“Ini rumahnya masih segel, saya itu punya impian mau punya sertifikat hak milik untuk pegangan anak-anak, kemudian saya mau minta bantuan agar anak saya supaya dapat bantuan pendidikan untuk melanjutkan sekolah. Semoga juga anak saya yang paling besar bisa segera mendapat pekerjaan yang layak. Saya selalu menanamkan dan mendidik mereka untuk disiplin dan patuh. Saya bersyukur karena mereka mau mendengarkan nasihat saya. Paling penting menjauhi narkoba dan tidak sembarangan berteman,” tandasnya. (*/ce/ala)