Makam Kiai Gede tak pernah sepi dari peziarah. Tiap hari selalu saja ada yang datang berziarah. Datang dari berbagai penjuru negeri. Kondisi makam sang ulama kharismatik pun selalu bersih dan terawat. Hal itu tak lepas dari peran juru kunci makam atau penjaga makam Kiai Gede.
RUSLAN, Pangkalan Bun
SEPERTI makam ulama pada umumnya, kawasan makam Kiai Gede juga memiliki sosok juru kunci atau yang lebih dikenal dengan sebutan penjaga makam (kuncen). Penjaga makam bertanggung jawab penuh atas keberadaan makam, termasuk dari orang-orang tidak bertanggung jawab yang bertindak berlebihan terhadap makam.
Ada dua orang penjaga yang bertugas mengawasi kawasan makam Kiai Gede. Keduanya secara bergantian menjalani tugas menjaga dan merawat kompleks makam. Satu orang bertugas selama sepekan.
Salah satunya bernama Jamri. Jamri mengaku banyak pengalaman yang didapat selama bertugas menjaga makam Kiai Gede. Tak hanya itu, keberadaan makam Kiai Gede juga membawa banyak berkah bagi warga Kecamatan Kotawaringin Lama, khususunya yang bermukim di sekitar kawasan makam ulama besar Kalimantan Tengah ini.
Menurut Jamri, makam Kiai Gede bisa diibaratkan sebagai orang mati yang membiayai orang hidup. Istilah itu disematkan tak lain karena karamah Kiai Gede yang mampu menarik banyak peziarah, sehingga berimbas pada peningkatan ekonomi masyarakat yang tinggal di sekitar kompleks makam.
Hal ini dikarenakan kawasan makam Kiai Gede hingga saat ini belum masuk dalam cagar budaya, sehingga pengelolaan dan penghimpunan dana dilakukan secara mandiri ataupun swadaya bantuan dari donatur maupun pemerintah daerah setempat.
Jamri mengaku, karamah Kiai Gede yang ia rasakan sampai saat ini adalah keberadaan makam yang tak pernah sepi dari kunjungan peziarah setiap harinya.
“Kalau ditanya tentang karamah beliau, inilah yang saya rasakan hingga saat ini, dari kunjungan jemaah ke makam, setiap hari selalu ada saja orang yang berziarah. Tanpa ada yang bisa menggerakkan hati manusia, mustahil jemaah dari berbagai daerah bisa sampai ke sini. Itulah karomah beliau yang saya rasakan,” ungkap Jamri kepada Kalteng Pos.
Menurutnya, berdasarkan pengalamannya selama menjaga makam Kiai Gede, ada tiga versi atau alasan mengapa banyak umat Islam yang datang berziarah ke makam Kiai Gede. Yang pertama karena ingin bernazar dan meminta kepada Allah SWT agar dikabulkan keinginannya.
Kedua adalah membayar nazar untuk keinginan yang sudah tersampaikan ataupun kabul hajatnya sesuai dengan niatnya. Kemudian yang ketiga adalah karena ingin mengambil berkah mengirimkan doa ataupun sekadar memberikan hadiah kepada Kiai Gede melalui bacaan ayat suci Al-Qur’an sebagai bentuk terima kasih. (bersambung/ce/ala)