Site icon KaltengPos

Rupang Dibersihkan dengan Air Kembang Tujuh Rupa

BERSOLEK: Sejumlah orang melakukan pembersihan Vihara Avalokitesvara di Jalan Tjilik Riwut Km 9,5 Palangka Raya, Minggu (28/1). FOTO: ARIEF PRATHAMA/KALTENG POS

Semarak menyambut tahun baru imlek di Kota Palangka Raya mulai terlihat. Sejumlah umat Buddha bersama pengurus mulai melakukan pembersihkan sejumlah rupang atau patung Buddha di Vihara Avalokitesvara.  

 

NOVIA NADYA CLAUDIA, Palangka Raya

 

MINGGU pagi (28/1) Vihara Avalokitesvara terlihat ramai. Meskipun pagi itu ditemani suasana dengan rintikan hujan dan udara dingin, tidak menyurutkan semangat puluhan umat untuk melaksanakan tradisi sakral memandikan Rupang (patung) Buddha.

 

Orang tua dan muda mudi tampak sibuk dengan peralatan kebersihan. Mereka membersihkan Vihara jelang perayaan tahun baru Imlek. Satu per satu Rupang dikeluarkan dan dibersihkan, rupang dari ukuran yang terkecil hingga terbesar. Tradisi ini diawali dengan doa lalu membersihkan Rupang (patung) memakai air kembang 7 rupa yang sarat makna.

 

Ketua Majelis Buddhayana Indonesia Kota Palangka Raya, Koh Apin menjelaskan kegiatan yang sudah menjadi agenda rutin tahunan dalam menyambut tahun baru Imlek itu tersirat makna yang mendalam yakni membersihkan diri dari pikiran, ucapan dan perbuatan yang buruk.

 

“Momen untuk membersihkan kekotoran batin yang ada pada diri. Sembari membersihkan Rupang, umat Buddha juga melakukan intropeksi diri mengenai apa saja yang telah dilakukan selama satu tahun ini. Selain itu juga untuk membersihkan diri dari hal-hal yang tidak baik,” ujarnya, Minggu (28/1).

 

Umat Buddha bersama-sama memandikan 13 Rupang (patung) yang ada di Vihara Avalokitesvara. Beberapa diantaranya yakni Rupang Dewi Kwan In dan Rupang Siddharta Gautama (Sakyamuni). Disela kegiatan, Koh Apin menyampaikan rasa syukurnya, sebab tradisi sakral ini bisa terlaksana dengan baik dan diikuti oleh banyak umat.

 

Dirinya juga menyampaikan, jika sebelum kegiatan itu dilangsungkan, mereka terlebih dahulu melakukan doa untuk meminta izin dan penghormatan kepasa Dewa Dewi. Usai satu per satu Rupang (patung) dimandikan, lalu akan kembali diletakkan ke posisi semula dan selanjutnya umat Buddha melaksanakan Puja Bhakti atau doa bersama.

 

Sementara itu, umat Buddha lainnya terlihat membersihkan ruangan Vihara dengan menyapu debu-debu, mengatur posisi lemari, penyimpanan dan lain sebagainya. Tidak kalah sibuknya, bapak-bapak dan pemuda juga nampak sibuk memasang ornamen dan pernak-pernik Imlek. Pasalnya, sebentar lagi mereka akan merayakan tahun baru Imlek di tahun Shio Naga ini. Melihat kerja sama dan gotong royong puluhan umat Buddha yang hadir saat itu, tentu menghangatkan suasana ditengah gerimis.

 

Dalam rangkaian tahun baru Imlek, Vihara Avalokitesvara biasanya mengadakan Festival Barongsai. Namun Koh Apin menuturkan, karena ini bertepatan dengan tahun politik dan pemilu, maka mereka tidak berani untuk membuat acara seperti tahun-tahun yang lalu. Kendati demikian, dirinya menyebut jika kemungkinan Barongsai tetap ada, tetapi tidak terlalu semarak seperti tahun lalu, sebab mereka ingin menjaga kondisi agar tetap kondusif.

 

“Imlek tahun ini, ditanggal 10 Februari. Kami nantinya sehari sebelum tahun baru Imlek akan melakukan Puja Bhakti atau doa bersama. Lalu pada pukul 12 malam akan dilaksanakan ibadah penyambutan tahun baru. Kami juga memanjatkan doa dan berharap tahun selanjutnya akan lebih baik,” tandasnya. (*/ala)

Exit mobile version