Site icon KaltengPos

Muhammad Padli, 34 Tahun Menjadi Takmir Masjid

TETAP SETIA: Ketua Pengurus Masjid Kiai Gede Muhammad Padli menunjuk salah satu sudut masjid. (RUSLAN/KALTENG POS)

Selain cerita penjaga makam Kiai Gede bernama Jamri, kisah tentang sosok pengurus Masjid Kiai Gede juga menarik untuk diketahui. Ia adalah Muhammad Padli. Sudah tiga dekade lebih mengabdikan diri sebagai pengurus masjid peninggalan zaman Kesultanan Kutaringin itu.

RUSLAN, Pangkalan Bun

SOSOK Muhammad Padli tentu sudah tak asing di kalangan para jemaah yang rutin mengunjungi Masjid Kiai Gede di Kelurahan Kotawaringin Hulu, Kacamata Kotawaringin Lama, Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar).

Ia diketahui mulai aktif menjadi pengurus Masjid Kiai Gede sejak tahun 1987. Sudah 34 tahun ia mengabdikan dirinya sebagai pengurus masjid (takmir). Dan kini ia dipercaya menjadi ketua pengurus masjid tertua di Bumi Tambun Bungai ini.

Sejak masih remaja, Muhammad Padli yang selalu aktif dalam organisasi keagamaan sudah dipercayakan menjadi takmir masjid, hingga akhirnya diangkat menjadi ketua pengurus Masjid Kiai Gede.

Karena kecintaannya dalam menekuni agama Islam, sejak berusia muda Muhammad Padli sudah mulai aktif dalam kepengurusan di Masjid Kiai Gede. Bahkan ia rela melakoni dua tugas sekaligus sembari menjadi guru ngaji di Madrasah Diniyah Najmul Huda.

“Dari bujang (muda) saya sudah menjadi takmir di Masjid Kiai Gede, sambil mengajar ngaji di Najmul Huda yang juga merupakan tempat saya menimba ilmu agama kala itu,” ucap Muhammad Padli ketika ditemui awak media di kawasan cagar budaya Masjid Kiai Gede.

Menurut pengakuan Muhammad Padli, pekerjaan menjadi seorang takmir dahulunya pernah dijalani oleh almarhum kakeknya. Namun jejak pendahulunya dalam menjadi pengurus Masjid Kiai Gede sempat terputus karena beberapa kali terjadi pergantian pengurus. Hingga akhirnya ia dipercayakan menjadi takmir pada tahun 1987. Hingga sekarang pun ia masih mengemban tugas mulia ini.

Padli menuturkan, sejak bujangan ia lebih sering menghabiskan waktu di masjid, bahkan hingga saat ini. Semenjak meninggalnya almarhum istri lima tahun silam, pria yang memiliki tiga anak tersebut lebih banyak menghabiskan waktunya di Masjid Kiai Gede.

“Keseharian saya memang banyak di masjid, apalagi selama bulan puasa kegiatan mengajar madrasah diliburkan, jadi lebih banyak waktu di masjid, bahkan sering tidur di masjid,” bebernya.

Kendati demikian, Padli merasa senang dan bangga bisa menjadi bagian dari pengurus Masjid Kiai Gede. Semua tugas dikerjakan dengan sepenuh hati tanpa pernah mengeluh. Bahkan ia menganggap keberadaan Masjid Kiai Gede adalah bagian dari sejarah perjalanan hidupnya.

Padli menyebut bahwa banyak temannya yang menawarkan bantuan untuk mengurus masjid, terutama pada bulan Ramadan seperti sekarang ini, di mana kegiatan keagamaan lebih banyak dibanding hari biasa. “Saya sering ditawari bantuan dari teman-teman yang ingin menggantikan tugas saya sementara waktu, karena mereka khawatir saya kecapean, apalagi sampai tidur di masjid, ada yang ingin bantu saya untuk membangunkan warga saat sahur, tapi kerena saya sudah terbiasa melakukannya sendiri, jadi sulit untuk ditinggalkan,” ucapnya sembari tersenyum. (bersambung/ce/ala)

Exit mobile version