Imbauan untuk tidak bepergian selama pandemi dimanfaatkan warga Jalan Manggis untuk merawat dan mempercantik taman di kampungnya. Mereka berinisiatif mengisi taman yang sebelumnya gersang dengan aneka bonsai. Ide itu muncul ketika mereka bekerja dari rumah.
LUGAS WICAKSONO, Surabaya
SEJUMLAH warga merawat tanaman bonsai di taman Jalan Manggis, Tambaksari, kemarin pagi. Ada yang memangkas cabang-cabang, membersihkan gulma, dan sebagian lagi menyiraminya. Lebih dari 30 pohon bonsai ditanam di taman itu. Mulai yang masih kecil hingga yang sudah jadi.
Aktivitas tersebut dilakoni warga setempat sejak setahun terakhir ketika awal pandemi. Mario Herry Huwae, ketua RT 6 setempat, menyatakan bahwa saat itu kampungnya yang biasa sepi ketika pagi berubah menjadi ramai karena banyaknya warga yang bekerja dari rumah. Mereka lebih banyak punya kesempatan untuk bertemu dan berdiskusi dengan tetangga.
”Selama pandemi, kesempatan bertemu lebih sering karena yang kerja kantoran banyak yang WFH (work from home). Kami lihat taman kurang tertata dengan baik. Setelah ngobrol-ngobrol, warga inisiatif untuk menanaminya dengan bonsai,’’ ujar Herry.
Winanda Gimon, ketua RT 8 setempat, menambahkan bahwa taman itu sebetulnya sudah lama ada. Dahulu sempat dirawat seorang warga.
Namun, ketika warga tersebut meninggal, taman itu tidak terawat dan tampak gersang. ’’Kami berkoordinasi dengan lurah dan camat untuk merenovasi taman yang diteruskan ke dinas terkait,’’ katanya.
Warga lantas berkoordinasi dengan UPTD Taman Mundu Dinas Kebersihan dan Ruang Terbuka Hijau Surabaya. Inisiatif warga tersebut disambut baik. Taman pun dibenahi dan warga mengisinya dengan tanaman bonsai cemara udang, bonsai serut, dan jenis bonsai lain. Tanaman didatangkan dari Sumenep, Madura.
Tidak mudah bagi warga merawat bonsai. Teguh Wijaya, seorang warga, menyatakan bahwa mereka belajar dari para petugas UPTD Taman Mundu dan video di YouTube mengenai cara perawatan yang baik dan benar. ’’Semua pasti awalnya error, tidak langsung berhasil. Tapi, kami terus belajar,’’ kata Teguh sembari menunjukkan bonsai yang sudah mati kering.
Herry menambahkan, bonsai sengaja dipilih karena tahan di segala cuaca. Selain itu, terlihat lebih bersih dan rapi. Perawatannya juga butuh ketelatenan. ’’Merawat bonsai kan ada seninya. Itu yang disukai. Dipangkas, dibentuk, dan butuh perhatian lebih. Setiap pagi selalu ada warga yang merawatnya,’’ ujar Herry.
Kini setelah setahun berlalu, warga mulai membudidayakan sendiri tanaman bonsai. Batang-batang dari pohon yang sudah tumbuh besar dicangkok untuk dijadikan bibit tanaman baru. ’’Kalau ada warga yang berminat merawat di rumah sendiri, kami kasih,’’ katanya.
Warga memang tidak menjual tanaman-tanaman bonsai di taman. Meskipun ada sejumlah pengunjung yang menawar hingga Rp 20 juta. Banyak juga warga dari kampung sekitar yang bertanya mengenai cara merawat bonsai. Taman kini terlihat lebih indah setelah ditanami bonsai dan menjadi pusat kegiatan warga.
’’Dipakai nongkrong, nonton film, main TikTok, sama acara-acara lain warga. Tapi, kami tetap memperhatikan protokol kesehatan,’’ ujarnya.
Gatot Susanto, korlap taman kota UPTD Taman Mundu, mengapresiasi para warga yang membantu merawat taman dan menanaminya dengan bonsai. Meski begitu, peran serta warga tidak menghilangkan tanggung jawab petugas dalam merawat taman. Petugas tetap merapikan taman seperti mengecat dan memangkas rumput. Sejumlah warga memang juga menjadi relawan di Taman Mundu. Termasuk Teguh yang kerap berkontribusi di taman depan Stadion Gelora 10 November tersebut.
’’Kami membutuhkan warga seperti ini untuk mempercantik dan menjaga taman Kota Surabaya. Seandainya di lingkungannya tidak terdapat taman, bisa menanam di depan rumah masing-masing,’’ kata Gatot. (jpc)