Site icon KaltengPos

Sekolah Modern (1)

“SEKOLAH yang ingin kami bikin adalah sekolah modern, bukan sekolah alam pak” Begitu kata seorang teman tentang niatnya ingin mendirikan sebuah sekolah.

Mungkin, ini perlu diluruskan karena membenturkan antara sekolah alam (atau sekolah dengan bangunan sederhana) dan modern. Seakan keduanya bertolak belakang. Yang sebenarnya tidak begitu adanya.

Menurut KBBI, modern itu artinya sikap dan cara berpikir serta cara bertindak sesuai dengan tuntutan zaman.

Pendidikan harusnya hadir menyelesaikan masalah yang ada. Masalah terbesar negeri ini adalah banjir, sampah, korupsi, kerusakan lingkungan yang parah, eksploitasi manusia. Ini adalah kondisi zaman ini. Maka, pendidikan modern adalah pendidikan yang kehadirannya menjadi solusi karena cara bertindak dan pendekatan yang sesuai dengan kondisi zaman.

Apa sekolah modern menurut saya?

1. Bukan terletak pada apakah bangunan itu dari kayu atau beton, tapi dari apakah bangunan yang dibuat itu lebih melihat fungsional, bukan aksesoris yang utama

2. Sekolah modern terletak cara berpikir pengelola sekolah yang update pada kondisi kekinian, tidak terjebak pada dokumen kurikulum yang bisa jadi 2-3 tahun setelah disusun menjadi kurang relevan karena perkembangan zaman yang begitu cepat.

3. Sekolah modern bukanlah sekolah dengan banyaknya fasilitas, tapi bagaimana fasilitas yang ada itu digunakan dengan optimal dan efisien. Misal : anda menjadi tidak modern ketika menggunakan laptop seharga 20 juta untuk sekedar menggunakan word dan excel. Tapi bisa jadi Anda modern ketika dengan laptop seharga 5 juta tapi menggunakan fasilitas di dalamnya dengan optimal.

4. Sekolah modern adalah sekolah yang menggunakan teori-teori yang jelas dan update dalam metode yang diterapkan. Ki Hajar Dewantara tahun 1920 mengatakan bahwa pendidikan dengan reward dan punishment adalah pendidikan kuno dan warisan kolonial. Jika memang kita ingin dianggap modern, mungkin kita perlu memikirkan bagaimana sekolah tanpa reward dan punishment.

5. Menurut Anda, apa lagi?  (*)

Penulis adalah Direktur Operasional Sekolah Sahabat Alam Palangka Raya

Exit mobile version