Site icon KaltengPos

Nagih Janji

Agus Pramono

Oleh; Agus Pramono

HARI ini. Hari ke 365 di tahun 2023. Pada hari terakhir menuju tahun 2024 ini, sudah sepatutnya kita introspeksi. Merenung. Singkat saja. Tak usah berlarut-larut. Apa ada yang mengganjal pikiran kita sepanjang tahun. Lalu, kita berkomitmen bisa melangkah lebih baik.

Semua itu berlaku untuk semua kalangan. Yang masih sekolah. Pengangguran. Pekerja. Ibu rumah tangga, dan politisi, sampai mereka yang dipilih oleh rakyat. Jika Anda memilih tidak instrospeksi juga enggak apa-apa. Itu hak Anda.

Ada juga yang memilih merenungi nasib seseorang dari pada nasibnya sendiri. Itu juga tak masalah. Tapi, sangat jarang. Kalaupun ada, biasanya solusinya enggak ada.

Beban berat berada di bibir sosok yang dipilih oleh rakyat. Dan sosok yang dipilih oleh sosok yang dipilih oleh rakyat. Sudahkah Anda menepati janji? Janji yang obral saat menyapa rakyat.

Sebentar. Itu pertanyaan yang kedua. Yang pertama, apakah Anda ingat dengan isi naskah sumpah janji yang Anda ucapkan saat pelantikan? Janji atas nama Tuhan. Atas nama kitab suci setiap keyakinan.

Memang sih, janji yang diobral itu tak akan ditagih oleh masyarakat. Tapi, tidak menagih bukan berarti tidak ingat. Masyarakat masih ingat kok. Apalagi yang Sang Pencipta.

Belum hilang janji-janji itu diingatan, kini masyarakat kembali mendengar obral janji di momen kampanye pemilihan umum serentak 2024. Para calon presiden dan wakil presiden, serta calon wakil rakyat sudah mulai merakyat. Mengobral janji.

Obral janji akan terus bergaung. Mereka yang waktu itu berjanji sudah makan enak, tidur enak, kerjaan enak. Mereka yang memakan janji, masih ada yang makan sehari sekali.(*)

 Penulis adalah Redaktur Pelaksana Kalteng Pos

Exit mobile version