PALANGKA RAYA – Jika dulu, dosen bangga disebut killer, kini tidak zamannya lagi. Rektor Universitas Palangka Raya (UPR) Dr Andrie Elia berpesan kepada dosen CPNS di UPR, untuk tidak bangga jika disebut dosen killer yang mempersulit mahasiswanya.
Pesan ini disampaikan oleh Rektor UPR Dr Andrie Elia ketika diundang pada acara Gathering CPNS 2021 yang diselenggarakan oleh para CPNS dosen, Minggu (12/6). Hadir pada acara itu ada 40 orang CPNS dosen dari berbagai fakultas dan Kepala Sekretariat Rektor Dr Kusnida Indrajaya.
Andrie mengingatkan bahwa ada tiga tugas pokok dan fungsi (tupoksi) seorang dosen. Pertama pendidikan dan pengajaran, kedua penelitian, ketiga pengabdian masyarakat.
Tugas pendidikan dan pengajaran ini adalah bagaimana mentransformasi ilmu kepada mahasiswa. Agar transformasi berhasil, maka harus melakukan persiapan. Selesai melakukan transformasi ini, harus dilihatkan apakah berhasil atau tidak.
“Keberhasilan transformasi ilmu bisa dilihat dari mahasiswa. Apakah menguasai ilmu yang diajarkan. Jangan bangga disebut dosen killer,” ujar Andrie.
Mutu dosen bisa dilihat dari mutu mahasiswanya. Jika ada mahasiswa mendapat nilai e, d, itu juga cerminan mutu dosennya. “Jangan karena dulu saat mahasiswa dipersulit dosen, sekarang melakukan hal serupa. Jangan,” tegas Andrie yang sudah berkarir sebagai dosen selama 34 tahun.
Menjadi dosen adalah pilihan untuk mengabdi kepada negara melalui bidang pendidikan. Dia minta para CPNS ini menekuni secara sungguh-sungguh pekerjaan sebagai dosen yang telah dipilih.
“Jutaan orang mencari pekerjaan. Sekarang saudara diterima menjadi dosen. Syukuri itu dengan sungguh-sugguh bekerja,” ujarnya.
Andrie berpesan agar para dosen ini juga menaati aturan dan berintegritas. Tunjukan kinerja yang baik. Karena rekam jejak akan dicatat. Pahami visi dan misi UPR. Jangan melakukan pelanggaran seperti juga beli nilai, membuat skripsi mahasiswa, melakukan pelanggaran asusila.
“Semasa saya jadi rektor sudah dibersihkan. Selama saya jadi rektor ada 19 dosen yang diberhentikan dengan tidak hormat karena pelanggaran,” ujarnya.
Andrie yang juga ketua harian DAD Kalteng ini berpesan, agar menjunjung pribahasa dimana bumi dipijak di situ langit dijunjung. Hormati adat-istiadat di setempat. “Jangan sampai nanti ada dosen yang disidang adat karena pelanggaran. Malu saya, sebagai ketua harian DAD,” ujar Andrie.
Sementara itu Kepala Sekretariat Rektor Dr Kusnida Indrajaya berpesan para dosen ini sudah mulai membuat setting goal mulai sekarang. Terus bekerja keras untuk mewujudkan mimpi-mimpi kalian. (sma)