Rektor UPR Tulis Konsep Ekonomi Berdikari Soekarno
PALANGKA RAYA – Bertepatan dengan Hari Lahir Pancasila 1 Juni, Forum Rektor Penguat Karakter Bangsa (FRPKB) menyelenggarakan Seminar Nasional, Rabu (1/6). Seminar ini mengangkat tema membumikan ide dan gagasan Soekarno-Hatta.
Seminar yang diikuti para rektor anggota FRPKB ini dibuka oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Ristek Nadiem Makarim. Keynote Speech Megawati Soekarno Putri dengan narasumber Sekjen PDIP Dr Hasto Kristiyanto, Rektor UNP Prof Ganegri PhD. Pengantar seminar disampaikan oleh Ketua FRPKB Prof Dr Aom Karomani MSi, dengan dipandu Moderator Prof Dr Ir Fatah Sulaiman.
Selain seminar nasional, FRPKB ini juga telah menyiapkan buku Mengungkap Pemikiran Soekarno-Hatta untuk Membangun Semangat Nasionalisme Generasi Muda Indonesia. Buku ini berisi tulisan 50 orang rektor. Salah satunya adalah Rektor Universitas Palangka Raya Dr Andrie Elia MSi.
“Sebuah kehormatan bersama ketua Forum Rektor BKS-Barat & Ketua Forum Penguatan Karekter Bangsa RI, Rektor UR, Rektor Unes,” tulis Andrie lewat pesan singkatnya.
Rektor UPR Dr Andrie Elia bersama dengan dosen FKIP UPR Dr Eli Karliani MPd menulis tentang “Ekonomi Berdikari Soekarno Relevansinya dalam Membangun Karakter Warga Negara Muda”.
“Pemikiran Soekarno tentang bagaimana membangun ekonomi berdikari menjadi satu tantangan sekaligus peluang dalam membangun kembali kehidupan ekonomi yang lebih mengedepankan kepentingan dan kesejahteraan rakyat,” tulis Andrie.
Pemikiran ekonomi berdikari ala Soekarno tentunya akan sangat cocok untuk mengatasi permasalahan ekonomi bangsa saat ini yang sudah dalam cengkraman liberalis kapitalis. Beberapa sektor perekonomian sudah dikuasai oleh pihak asing, padahal hal ini tidak seharusnya terjadi karena Indonesia memiliki sumber produksi yaitu kekayaan alam yang melimpah, memiliki daya beli dan pangsa pasar yang kuat sehingga kekuatan ini seharusnya menjadi bargaining position untuk pemerintah dalam mengambil kebijakan ekonomi khususnya yang terkait dengan campur tangan asing.
Pada awal kemunculan konsep ekonomi berdikari yang digagas oleh Soekarno adalah suatu sistem perekonomian yang dibangun sebagai bentuk antitesa terhadap praktek ekonomi kolonial yang lebih eksploitatif dan menindas, hal ini sangat bertentangan dengan nilai-nilai jiwa bangsa Indonesia yang mengenal nilai-nilai kebersamaan gotong royong.
“Menurut Soekarno berdikari adalah mahkota dari proklamasi Indonesia. Teori ini menekankan pada kemampuan bangsa yaitu melalui sumber modal dalam negeri baik dalam investasi maupun tenaga kerja sehingga dapat menuju kepada keadilan sosial, sebesar-besarnya untuk kemamakmuran rakyat. Rakyat diposisikan sebagai subjek bukan objek dalam sistem ekonomi ini,” tulis Andrie.
Penjelasan lain tentang berdikari disampaikan oleh Soekarno dalam pidatonya yang berjudul Nawaksara, yang disampaikannya di depan anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) pada 22 juni 1966, khusunya tentang berdikari ekonomi dapat dimaknai bahwa berdikari berarti harus berdiri di atas kaki sendiri bukan diartikan sebagai pengurangan terhadap kerjasama ekonomi tetapi justru memperluas kerjasama internasional tertama diantara negara. Konsep ekonomi berdikari tidak menolak adanya kerjasama antar negara yang adil dan saling menguntungkan tetapi yang perlu ditolak adalah imperialisme dan ketergantungan yang tidak adil bagi negara yang bekerjasama. Berdikari sebagai sebuah prinsip dalam mencapai pembangunan ekonomi nasional yang mandiri dan tidak menyandarkan kepada bantuan dari bangsa dan negara lain. (sma/ko)