Jumat, April 26, 2024
24.7 C
Palangkaraya

Pembentuk Rasa Khas Kuliner Suroboyo, Patokannya Petis Harus Enak!

KaltengOnline.com-Kuliner Kota Pahlawan punya cita rasa yang kaya. Gurih, pedas, manis, kuat rempah. Selain wani bumbu, mayoritas menu andalan kota yang berulang tahun besok (31/5) tersebut punya tambahan bahan khusus. Yakni, petis. Petis tak hanya menjadikan warna masakan lebih hitam, tapi juga menambah sensasi rasa gurih dan manis.

Tambahan petis pada beberapa kuliner khas Surabaya membuatnya unik. Sebab, tidak semua wilayah di Indonesia mengenal petis. Hal itu yang membuat rujak cingur, lontong balap, hingga semanggi sulit ditemukan di luar Surabaya. Apalagi di luar Jawa Timur.

Dosen tata boga Universitas Negeri Surabaya (Unesa) Dwi Kristiastuti mengatakan, petis di Surabaya dipasok dari Sidoarjo dan Madura. Bahan masakan yang dibuat dari reduksi udang, kerang, dan daging ini memiliki warna dan rasa yang berbeda. “Jenis petis yang digunakan untuk rujak cingur dan semanggi, misalnya, beda,” terangnya. Patokannya, harus enak!

Baca Juga :  Tiga Terdakwa Tipikor Kontainer Divonis Lepas, Hakim: Negara Tak dirugikan

Bukan hanya penggunaan bahan, beberapa makanan khas Surabaya punya nilai historis yang panjang. Misalnya, rujak cingur yang muncul pada era jauh sebelum kemerdekaan. Saat itu, cingur atau hidung sapi ini bagi orang Belanda adalah bagian yang tidak bisa dimakan. Nah, cingur itu lantas diolah jadi masakan. Dan, rasanya bisa diterima lidah warga lokal.

Begitu pun lontong balap dan semanggi. Praktisi kuliner dari Ottimmo International Mastergourmet Academy Latifahtur Rahmah menuturkan, kata balap diambil karena para pedagang balapan, cepet-cepetan menuju Stasiun Wonokromo. Sementara itu, semanggi yang kini makin jarang ditemukan masih dibudidayakan di Kecamatan Benowo.

“Dulu penjual Semanggi ya hanya dari beberapa kampung di Benowo,” katanya.

Baca Juga :  HokBen Siap Manjakan Masyarakat Palangka Raya

KaltengOnline.com-Kuliner Kota Pahlawan punya cita rasa yang kaya. Gurih, pedas, manis, kuat rempah. Selain wani bumbu, mayoritas menu andalan kota yang berulang tahun besok (31/5) tersebut punya tambahan bahan khusus. Yakni, petis. Petis tak hanya menjadikan warna masakan lebih hitam, tapi juga menambah sensasi rasa gurih dan manis.

Tambahan petis pada beberapa kuliner khas Surabaya membuatnya unik. Sebab, tidak semua wilayah di Indonesia mengenal petis. Hal itu yang membuat rujak cingur, lontong balap, hingga semanggi sulit ditemukan di luar Surabaya. Apalagi di luar Jawa Timur.

Dosen tata boga Universitas Negeri Surabaya (Unesa) Dwi Kristiastuti mengatakan, petis di Surabaya dipasok dari Sidoarjo dan Madura. Bahan masakan yang dibuat dari reduksi udang, kerang, dan daging ini memiliki warna dan rasa yang berbeda. “Jenis petis yang digunakan untuk rujak cingur dan semanggi, misalnya, beda,” terangnya. Patokannya, harus enak!

Baca Juga :  Tiga Terdakwa Tipikor Kontainer Divonis Lepas, Hakim: Negara Tak dirugikan

Bukan hanya penggunaan bahan, beberapa makanan khas Surabaya punya nilai historis yang panjang. Misalnya, rujak cingur yang muncul pada era jauh sebelum kemerdekaan. Saat itu, cingur atau hidung sapi ini bagi orang Belanda adalah bagian yang tidak bisa dimakan. Nah, cingur itu lantas diolah jadi masakan. Dan, rasanya bisa diterima lidah warga lokal.

Begitu pun lontong balap dan semanggi. Praktisi kuliner dari Ottimmo International Mastergourmet Academy Latifahtur Rahmah menuturkan, kata balap diambil karena para pedagang balapan, cepet-cepetan menuju Stasiun Wonokromo. Sementara itu, semanggi yang kini makin jarang ditemukan masih dibudidayakan di Kecamatan Benowo.

“Dulu penjual Semanggi ya hanya dari beberapa kampung di Benowo,” katanya.

Baca Juga :  HokBen Siap Manjakan Masyarakat Palangka Raya

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/