JAKARTA-Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menegaskan perlunya memperkuat solidaritas dan kerja sama Sub-Regional Indonesia-Malaysia-Thailand Growth Triangle (IMT-GT) untuk menanggulangi krisis ekonomi dan kesehatan akibat pandemi.
Pernyataan ini disampaikan saat memimpin Delegasi Indonesia pada Pertemuan Tingkat Menteri IMT-GT ke-27 yang digelar secara virtual di Jakarta, Jumat (6/8).
Dalam pertemuan tersebut hadir Menteri di Jabatan Perdana Menteri (Ekonomi) Malaysia YB Dato’ Sri Mustapa Bin Mohamed, Menteri Keuangan Thailand Arkhom Termpittayapaisith, Wakil Presiden Asian Development Bank (ADB) Ahmed M. Saeed, dan Sekretaris Jenderal Sekretariat ASEAN Dato’ Lim Jock Hoi.
“Kerja sama IMT-GT dibentuk untuk akselerasi pertumbuhan ekonomi, menghilangkan kesenjangan, dan meningkatkan kesejahteraan penduduk di tiga negara.
Selama 28 tahun berkiprah, telah kita saksikan bahwa kerja sama ini tetap bertahan dari berbagai guncangan ekonomi yang melanda dunia. Jadi, dalam situasi krisis pandemi yang belum pernah terjadi sebelumnya, kita perlu meningkatkan solidaritas dan kerja sama untuk membantu rakyat kita keluar dari krisis kesehatan dan ekonomi,” ujar Menko Airlangga.
Airlangga melanjutkan bahwa hari ini dirinya beserta Menteri Malaysia dan Thailand telah menyepakati untuk memastikan semua target dalam kerja sama IMT-GT dapat tercapai dan memberikan manfaat bagi masyarakat.
“Kita harus memanfaatkan platform Kerja Sama IMT-GT untuk mendorong proyek yang konkret bagi percepatan pertumbuhan ekonomi di kawasan dengan tetap memperhatikan permasalahan yang terjadi saat ini seperti kesehatan, revolusi industri, ketahanan pangan dan energi, kualitas sumber daya manusia, dan sumber daya berkelanjutan. Tak lupa, kita juga harus mempercepat transformasi dan adaptasi teknologi yang memainkan peran kunci untuk masa depan kerja sama IMT-GT,” tutur Menko Airlangga.
“Saya mendukung adopsi prinsip green dan blue economy serta circular economy dalam kerangka kerja Pemerintah untuk lima tahun ke depan. Berkaitan dengan hal ini, Indonesia juga tengah mengembangkan kebijakan sektor industri dengan konsep ekonomi sirkular melalui Standarisasi Industri Hijau,” lanjut Airlangga.
Melalui ekonomi sirkular, Indonesia diproyeksikan akan menciptakan 4,4 juta pekerjaan baru dan menambah US$42,2 miliar dari PDB pada 2030.
“Saya yakin, kondisi serupa juga dapat diterapkan di negara-negara lainnya,” lanjutnya.
Meskipun tengah dilanda gelombang kedua pandemi, Indonesia beserta Malaysia dan Thailand tetap berkomitmen untuk menyelesaikan berbagai program dan kegiatan dalam Cetak Biru Implementasi IMT-GT 2017-2021, serta menyusun kerangka kerja lima tahun berikutnya dalam Cetak Biru Implementasi IMT-GT 2022-2026.
Terkait hal tersebut, Airlangga menyatakan perlunya menentukan program prioritas yang akan berdampak signifikan dan mendukung pencapaian ekonomi yang lebih baik di masa depan melalui beberapa langkah berikut ini:
Mendorong pengembangan dan penyelesaian proyek konektivitas dan menyelaraskan dengan koridor ekonomi untuk meningkatkan keunggulan komparatif.
Kerja sama IMT-GT harus lebih inklusif, tangguh dan berkelanjutan. Dua sektor prioritas yang berpotensi besar untuk dikembangkan adalah pertanian dan pariwisata. Selain itu, diperkuat juga pengembangan komoditas yang berdampak luas bagi masyarakat, seperti kelapa sawit dan karet.
Terus mengeksplorasi potensi ekonomi produk dan layanan halal, serta memprioritaskan pengembangannya untuk membuka peluang menembus pasar dunia.
Penguatan peran seluruh elemen dalam kerja sama IMT-GT. Selain penguatan peran pemerintah daerah dan dunia usaha, peran strategis akademisi sebagi thinktank dalam wadah UNINET juga perlu untuk terus ditingkatkan.
Sinergitas agenda kerja IMT-GT dengan inisiatif ASEAN, antara lain ASEAN Comprehensive Recovery Framework (ACRF) yang terkait kerangka kerja pemulihan ekonomi, dan ASEAN Catalytic Green Finance Facility (ACGF) untuk pembiayaan proyek-proyek infrastruktur berwawasan lingkungan untuk mencapai target pengurangan emisi di kawasan IMT-GT.
Pada kesempatan pertemuan tersebut, para Menteri IMT-GT juga menyaksikan penandatanganan Memorandum of Understanding on Geopark Colloboration antara tiga geopark yang masuk dalam UNESCO Global Geopark, yaitu: (i) Toba Caldera (Indonesia); (ii) Langkawi (Malaysia); dan (iii) Satun (Thailand).
MoU tersebut bertujuan meningkatkan kerja sama dan pertukaran pengalaman dalam pengelolaan geopark dengan prinsip-prinsip resiprositas, saling menghormati kesetaraan dan kemandirian masing-masing geopark.
Secara garis besar, Menko Perekonomian bersama para Signing Minister IMT-GT lainnya dalam pertemuan ini mendukung 3 (tiga) dokumen, yaitu: (1) 27th IMT-GT Joint Ministerial Statement; (2) Ministerial Report for 13th IMT-GT Summit 2021; dan (3) MoU on geopark Collaboration.
Turut hadir mendampingi Menko Perekonomian dalam kesempatan ini yaitu Plt. Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional Kemenko Perekonomian Edi Prio Pambudi. (hms/nue/ala)