Site icon KaltengPos

WMY Ikut Bertarung Lagi

Willy M Yoseph

Parpol Nonparlemen Pastikan Gabung Koalisi yang Sudah Terbentuk

PALANGKA RAYA-Nama Willy M Yoseph kembali menggema. Politikus senior PDIP yang juga pernah menjabat Bupati Murung Raya (Mura) dua periode itu dikabarkan ikut berkontestasi pada pemilihan gubernur (pilgub) Kalimantan Tengah (Kalteng) tahun 2024. Nama Anggota DPR RI itu santer disebut-sebut maju sebagai bakal calon gubernur (bacagub), tak lama setelah Mahkamah Konstitusi (MK) mengubah syarat pencalonan pilkada. Keputusan itu membuka peluang bagi lebih banyak figur untuk ikut bertarung.

Sejauh ini baru terbentuk tiga poros yang akan maju ke pilgub. Ada pasangan Nadalsyah-Sigit K Yunianto yang diusung PDIP dan Demokrat. Partai Gerindra, PKS, dan PAN mengusung Agustiar Sabran-Edy Pratowo. Sedangkan Abdul Razak-Sri Suwanto didukung Golkar dan Perindo. Di luar nama-nama itu, muncul sosok Willy M Yoseph atau yang popular dengan panggilan WMY. Ini bakal menjadi laga keduanya setelah pernah bertarung pada pilgub melawan Sugianto Sabran-Habib Ismail pada 2014 silam.

Partai politik pengusung WMY disebut-sebut sudah lengkap untuk maju dan mendaftar ke Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kalteng. “Informasinya sudah aman (parpol pengusung),” kata orang dekat WMY kepada wartawan, Minggu (25/8/2024).

Beberapa nama dikabarkan akan menjadi wakil WMY pada pilkada kali ini. Mulai dari nama Rahman Ebol (anggota DPD RI), Ketua DPW PKB Kalteng Habib Ismail, hingga nama mantan Wali Kota Palangka Raya Riban Satia. Saat dikonfirmasi Kalteng Pos, Rakhman Ebol memberikan tanggapan. Menurutnya itu hanyalah isu yang beredar dan merupakan dinamika politik. Ia berharap masyarakat bisa menikmati dan mengikuti dinamika yang ada.

“Cuman cocok-mencocokkan aja dulu sementara ini, ada saja orangnya nanti,” tutur Rakhman, Jumat (23/8/2024).

Kalteng Pos juga berupaya mengonfirmasikan Willy dan Habib Ismail. Namun, sekali lagi Habib menyebut isu tersebut tidak benar, karena DPP belum mengeluarkan keputusan.

“Tidak ada pembicaraan sedikit pun tentang itu (Willy-Habib). Dari mana informasi itu. Ada yang mengatakan aku sama Supian Hadi, yang lain juga, jadi mana yang benar,” kata Habib, Jumat (23/8/2024).

“Yang pastinya belum, saat ini saya masih menghadiri muktamar,” tambahnya.

Menurut pengamat politik Farid Zaky Yopiannor, saat ini manuver politik yang lebih masif bisa dilakukan oleh tiap figur. Peran partai politik (parpol) menjadi lebih minimal dalam memunculkan tokoh-tokoh tersebut, karena pengusungan calon sudah berbasiskan suara sah, bukan lagi jumlah kursi di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).

“Partai-partai kecil juga menggeliat, terjadi kontraksi, mereka membuka komunikasi lintas kekuatan dengan partai-partai besar, saya kira tidak berlebihan kalau ada potensi lima poros,” kata Zaky saat dihubungi Kalteng Pos, Minggu (25/8/2024).

Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisip) Universitas Muhammadiyah Palangka Raya (UMPR) itu berpendapat, tidak ada gerbong besar di Kalteng dengan adanya tiga pasang calon yang muncul. Hal itu menunjukkan cairnya kondisi perpolitikan Kalteng, sehingga memunculkan potensi terbentuknya gerbong-gerbong baru.

“Ini salah satu faktor pendorong munculnya lima poros di Pilgub Kalteng,” tuturnya.

Menurut Direktur Eksekutif Barometer Kebijakan Publik dan Politik Daerah (Bajakah) Institute itu, selain didorong oleh karakter oportunis para petinggi parpol, dinamika pengusungan calon juga didorong oleh tidak adanya petahana.

“Karena Sugianto Sabran sudah selesai dua periode, sehingga gairah figur-figur baru untuk menjadi gubernur meningkat, ditambah lagi dengan adanya peluang yang terbuka berkat putusan MK nomor 60,” ujarnya.

Seperti yang ramai beredar di publik beberapa hari ini, selain tiga poros pasangan yang sudah mencuat, seperti Agustiar Sabran-Edy Pratowo, Nadalsyah-Sigit, dan Abdul Razak-Sri Suwanto, muncul lagi dua pasangan calon, yakni Supian Hadi-Habib Ismail dan Willy M Yoseph-Riban Satia. Menanggapi itu, Zaky menilai bahwa dengan kondisi politik di daerah saat ini, segala kemungkinan masih terbuka.

“Kalau dalam kontestasi politik sih segala kemungkinan terbuka, cuman untuk Supian Hadi-Habib Ismail itu perlu komunikasi lintas kekuatan yang super intens, apalagi setelah PAN ‘mengalihkan’ dukungan B1KWK-nya ke Agustiar-Edy,” ungkapnya.

Kemudian, lanjutnya, ada irisan sebagai kader PDIP antara Supian Hadi, Willy M Yoseph, dan Sigit K Yunianto. Faksi mana yang dominan, kata Zaky, akan membuat nama-nama itu mengerucut. Ia menegaskan, berbagai kemungkinan terbuka lebar, karena putusan MK lebih membuka potensi menuju terbentuknya lima paslon.

“Tergantung kompromi partai-partai kecil dengan orkestrasi partai besar. Supian Hadi perlu mereset strategi, barangkali dengan cara membangun kompromi bersama partai-partai kecil, sehingga bisa tercukupi persentase suara sah untuk merebut tiket pendaftaran ke KPU,” pungkasnya.

Terpisah, pengamat politik dari Universitas Palangka Raya, Ricky Zulfauzan menyambut baik skenario lima paslon. Menurutnya, isu lima paslon sangat bagus untuk demokrasi di Kalteng. Sebab, pemilik suara memiliki lebih banyak alternatif pilihan.

“Jika bisa, lima pasangan yang mencuat itu mewakili keberagaman di Kalteng, itu akan menunjukan bahwa lima pasangan itu adalah pasangan yang merangkul perbedaan,” ujarnya kepada wartawan, baru-baru ini.

Dosen Fisip UPR itu menambahkan, lima bakal paslon tersebut memiliki basis massa masing-masing dan bukan nama baru di peta perpolitikan Kalteng.

Sementara itu, salah satu partai nonparlemen, PSI Kalteng tidak berniat membentuk koalisi dengan sesama partai nonparlemen. Hal ini diungkapkan Ketua Harian DPW PSI Kalteng Rano Rahman. Ia mengungkapkan bahwa PSI akan bergabung dengan salah satu koalisi yang telah terbentuk.

“Pastinya kami akan berkoalisi dengan poros yang ada, tunggu saja nanti saat pendaftaran,” tegasnya.

Selain PSI, DPW PPP Kalteng melalui Sekretaris Rojikinnor mengaku sedang mendalami formasi nonparlemen dan membangun komunikasi dengan ketua-ketua partai nonparlemen.

“Kami dalam dahulu bagaimana formasinya lewat komunikasi dengan ketua partai,” tegas Rojikinor.

Bahkan ia menyebutkan, apabila tidak memungkinkan untuk membentuk koalisi nonparlemen, maka pihaknya akan bergabung dengan koalisi yang telah terbentuk. “Kami juga siap bergabung dengan poros yang telah terlihat,” tuturnya. (dan/irj/ce/ala)

Exit mobile version