PT Liga Indonesia Baru (LIB) berencana memutar kembali Liga 2 pada 14 Januari. Tapi, rencana tersebut bisa saja tidak terlaksana. Sebab, ada juga opsi untuk tidak melanjutkan penyelenggaraan Liga 2.
Anggota Komite Eksekutif PSSI Ahmad Riyadh menyatakan, ada berbagai kondisi yang membuat Liga 2 musim 2022–2023 sulit dilanjutkan.
”Pertama, kelayakan stadion. Kedua, persiapan teknis. Ketiga, kesiapan PT LIB,” ujar ketua Asosiasi Provinsi (Asprov) PSSI Jawa Timur itu kepada Jawa Pos melalui pesan singkat kemarin.
Liga 2 rencananya digelar dengan format home-away. Tapi, setelah ada tragedi Kanjuruhan, stadion-stadion yang akan dipakai untuk menggelar pertandingan profesional tidak serta-merta bisa langsung digunakan.
Harus menjalani risk assessment. Proses penilaian risiko ditangani langsung oleh tim Mabes Polri, Kemenkes, dan Kementerian PUPR.
Saat ini, beberapa stadion untuk klub Liga 2 sudah menjalani risk assessment. Salah satu stadion yang dinilai bagus adalah home base Persipura Jayapura: Stadion Lukas Enembe, Jayapura.
Stadion berkapasitas 40 ribu penonton itu memiliki nilai 74,27 persen. Stadion tersebut bahkan memiliki nilai yang lebih tinggi dibanding Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Jakarta. Nilai SUGBK hanya 60 persen.
”Sampai sekarang (kemarin, Red), proses risk assessment masih terus berjalan. Belum selesai,” tegasnya.
Lantaran proses penilaian venue pertandingan belum tuntas, menghentikan Liga 2 menjadi opsi yang bisa dipilih.
”Kamis malam (besok) akan diputuskan apakah Liga 2 lanjut atau tidak. Keputusan itu akan dibuat dalam rapat Exco PSSI,” ungkap pria yang akrab disapa Abah Riyadh itu. ”Kalau Liga 2 tidak lanjut, maka Liga 1 tidak ada degradasi,” imbuh ketua Komisi Wasit PSSI tersebut.
Di sisi lain, CEO PSIM Jogjakarta Bima Sinung Widagdo saat dihubungi Jawa Pos kemarin merasa keberatan jika Liga 2 tidak dilanjutkan. Menurut dia, klub akan merasakan kerugian dalam dua aspek. Yaitu, bisnis dan pembinaan.
”Untuk bisnis, kami sudah mengeluarkan cost tapi tidak mendapatkan revenue apabila Liga 2 tidak lanjut. Biaya yang kami keluarkan akan sia-sia,” jelas Bima.
”Lalu, dari sisi pembinaan, seorang pesepak bola yang hanya berlatih tapi tidak berkompetisi dalam waktu yang lama tentu tidak bagus. Apalagi, banyak pemain yang masih berada di usia emas. Sayang kalau mereka tidak berkompetisi,” imbuh mantan CEO Sulut United tersebut.
Karena itu, Bima berharap Liga 2 tetap dilanjutkan. Jika opsi home-away sulit digelar, Liga 2 bisa dilaksanakan dengan format bubble. ”Kami mengusulkan sistem bubble. Tapi, sepertinya opsi tersebut memberatkan keuangan PT LIB,” tegas Bima.
Presiden Persiba Balikpapan Gede Widiade sependapat dengan Bima. Liga 2 tidak perlu dihentikan. Tapi, dilanjutkan dengan sistem bubble.
”Sistem itu cocok untuk situasi sekarang. Pilih saja mana stadion yang layak. Lalu, Liga 2 digelar di venue-venue tersebut,” tegas mantan direktur utama Persija Jakarta itu.(fiq/c17/ali/jpg)