SEPERTI yang pernah saya prediksi sebelumnya, Maroko di Piala Dunia 2022 bakal memberikan kejutan. Skuad kali ini memiliki banyak pemain bagus yang bermain di klub-klub besar Eropa dan merata di semua lini. Ada bek kanan PSG Achraf Hakimi, ada winger kanan Chelsea Hakim Ziyech, dan ada penyerang Sevilla Youssef En-Nesyri.
Bagi saya, Maroko layak sampai ke titik yang sekarang. Sebab, tim berjuluk Singa Atlas itu tak hanya didukung kemampuan teknis para pemain, tapi juga tingginya passion mereka.
Mereka memang lahir di berbagai negara berbeda. Tapi, mereka selalu mati-matian mengerahkan segalanya untuk Maroko. Ini tentu tak lepas dari kehebatan sang pelatih, Walid Regragui, meramu Romain Saiss dkk jadi satu kekuatan kompak dan solid.
Saya bangga sekali dengan capaian mereka. Sama bangganya ketika menyaksikan Singa Atlas di Piala Dunia 1998. Kenapa? Sebab, ada paman saya, Youssef Rossi, yang turut bermain ketika itu. Dia satu tim dengan legenda Maroko lainnya, Noureddine Naybet, di lini pertahanan.
Piala Dunia 1998 pula yang membuat saya memutuskan menjadi seorang striker. Tidak mengikuti jejak paman saya yang berposisi sebagai bek tengah.
Kenapa? Karena adanya Ronaldo dari Brasil. Brasil satu grup dengan Maroko saat itu. Ronaldo berhadapan langsung dengan paman saya. Permainannya luar biasa, mencetak satu gol. Dari situlah, saya terpukau dan ingin jadi seperti Ronaldo. Dia idola saya. Saya punya banyak foto Ronaldo dengan paman.
Sejak Piala Dunia 1998 itu, sepak bola Maroko berkembang seiring perjalanan waktu. Capaian mereka hingga ke semifinal adalah buah proses panjang.
Di semifinal sudah menunggu Prancis. Apakah kejutan Maroko akan berlanjut? Kenapa tidak. Walau memang Singa Atlas harus berhati-hati menghadapi Les Bleus. Terutama dua pemain andalan mereka, Kylian Mbappe dan Ousmane Dembele. Mereka tidak mudah dikawal dan dari mereka pula, ruang untuk Olivier Giroud terbuka.
Kita semua tahu Giroud salah satu penyerang tipikal penyelesai yang sangat berbahaya. Bagus dalam menahan bola, kuat berduel, dan punya dua kaki serta sundulan yang sama baiknya.
Saya pikir peluang Maroko akan terbuka masuk ke final jika lini pertahanan mengunci mati tiga pemain itu. Mbappe, Dembele, dan Giroud.
Prancis mungkin memang akan mendominasi serangan. Tapi, justru di situlah celah yang bisa dimanfaatkan Maroko. Kecepatan Ziyech dan En-Nesyri bisa merepotkan pertahanan Les Bleus. Hakimi juga bakal banyak mendukung dari sayap.
Ziyech dan Hakimi saya kira bakal menghadirkan banyak problem bagi Prancis. Di sisi lain, saya juga sungguh berharap Saiss bisa bermain. Dia lebih dari sekadar bek: dia pemimpin yang mampu menenangkan para pemain ketika Maroko berada di bawah tekanan.
Saya harap laga berakhir 90 menit. Tapi, jika harus diakhiri adu penalti, Anda tahu kan kemampuan Maroko saat adu penalti dengan Spanyol di babak 16 besar. Kiper Yassine Bounou piawai sekali.
Tendangan penalti adalah permainan pikiran. Prancis akan tertekan karena menyandang status negara favorit juara. Mereka juga dijagokan masuk ke final. Otomatis ini bakal jadi keuntungan bagi Maroko untuk bisa kembali mencatatkan kejutan. (*/c17/ttg)
*) KARIM ROSSI, Pemain asal Swiss keturunan Maroko; pernah bermain di Inggris, Belgia, dan Italia; kini membela Dewa United
Seperti disampaikan kepada wartawan Jawa Pos Farid S. Maulana