PALANGKA RAYA-Setelah menanti selama 26 tahun, Kota Palangka Raya akhirnya meraih lagi piala Adipura. Di era kepemimpinan Fairid Naparin, Palangka Raya menjadi satu-satunya daerah di Provinsi Kalteng yang dianugerahi penghargaan sebagai kota terbersih kategori kota sedang. Terakhir Palangka Raya mendapat Adipura tahun 1995 pada era pemerintahan Nahson Taway.
Penantian panjang selama 26 tahun akhirnya terwujud. Di bawah komando Wali Kota Palangka Raya Fairid Naparin, Kota Cantik mendapatkan lagi piala Adipura. Keberhasilan ini merupakan bukti atas kerja nyata Fairid dalam kebersihan serta pengelolaan lingkungan perkotaan.
Atas penghargaan Adipura tahun 2022 tersebut, Fairid Naparin mengatakan, selama 26 tahun kota tidak meraih Adipura bukan berarti kota tidak bagus, tapi karena ada beberapa pemahaman yang harus dikembangkan. Sebab, kategori penilaian Adipura tidak hanya soal sampah rumah tangga yang diangkut, lalu dibuang ke tempat pembuangan akhir (TPA).
“Selama ini persepsi kita seperti itu. Nah, lambat laun saya beserta seluruh jajaran pemko mencoba memahami, ternyata untuk meraih Adipura ada di sistem pengelolaan sampahnya dan pemberdayaan terhadap masyarakat atau pengurangan sampah timbulan. Jadi dalam penilaian Adipura, nilai besarnya ada di TPA,” ucap Fairid usai menerima penganugerahan Adipura di Jakarta, Selasa (28/2).
Berangkat dari hal itu, lanjut Fairid, pemko mulai berbenah sejak 2020 lalu meski tahun itu mulai merebak Covid-19. Semenjak pandemi, ia bersama jajaran berupaya mencicil pekerjaan itu. Hal pertama yang dilakukan adalah penataan TPA, kemudian tidak open damping, jalan menuju TPA dibenahi, dan melakukan penghijauan.
“Selain itu, kami mengupayakan penambahan alat-alat di TPA, seperti ekskavator, loader, dan truk-truk untuk pengelolaan sampah di TPA, termasuk gas metan yang dihasilkan sampah disalurkan ke rumah-rumah warga di sekitar,” imbuhnya.
Lebih lanjut Fairid menjelaskan, untuk memaksimalkan pengurangan timbunan sampah, pemko juga melakukan pengelolaan dari sampah rumah tangga menjadi dagot, daur ulang, dan lain-lain. Sisanya diantar ke TPA.
“Nilai yang juga cukup penting adalah pengurangan timbunan sampah rumah tangga yang diantar ke TPA. Alhamdulillah Palangka Raya untuk target ini di tingkat nasional berada pada angka 26 persen. Jadi dari hulu ke hilir tertangani. Kami juga menambah depo, TPS 3R, amrol, truk sampah, dan tosa,” imbuhnya.
Meski sudah mendapatkan Adipura, Fairid merasa belum maskimal. “Namun kita sudah berprogres dalam sistem pengelolaan persampahan seperti yang diinginkan pusat yang menjadi salah satu indikator penilaian Adipura,” ujarnya.
“Jadi kenapa pemko mendapat Adipura, karena kami berkomitmen tidak hanya kotanya bersih dari sampah, tetapi juga karena pengelolaan yang tersistem dan berkelanjutan, hal ini juga karena ada keterlibatan masyarakat dalam mengelola dan mendaur ulang sampah, di samping ada perda pemerintah yang mengatur tentang penggunaan kantong plastik,” tegasnya.
Wali kota juga menyebut, keterlibatan masyarakat sangat berperan penting dalam keberhasilan meraih piala Adipura. Karena itu pihaknya kerap memberikan edukasi dan pemahaman kepada masyarakat untuk bijak dalam membuang sampah dan mengelola sampah rumah tangga dengan baik.
“Terima kasih kepada seluruh masyarakat Palangka Raya, karena pencapaian ini bukan semata-mata kinerja pemko, melainkan juga berkat kesadaran dan dukungan masyarakat. Saya juga berpesan kepada masyarakat agar ke depannya bersama-sama mempertahankan penghargaan Adipura ini dan menaikkannya ke level yang lebih tinggi yakni Adipura Kencana,” tandasnya. (aza/ena/ce/ala)