Site icon KaltengPos

Mengabdi tanpa Pamrih, Fitriani: Jadi Polisi Tidak Cukup 24 Jam

LOGMAN/KALTENG POS Brigpol Fitriani Maisyarah

Prestasi membanggakan diraih Fitriani Maisyarah. Polisi wanita (polwan) berpangkat brigadir polisi (brigpol) yang berdinas di Polres Barito Timur (Bartim) itu meraih penghargaan sebagai polisi berdedikasi pada Hoegeng Award 2023.

LOGMAN, Tamiang Layang

“JADI polisi tidak cukup 24 jam.” Itulah kalimat yang terlontar dari Fitriani Maisyarah. Polwan yang berdinas di Polres Barito Timur itu terus menyiratkan semangat pengabdian untuk selalu memberikan pelayanan maksimal sekaligus pengayom masyarakat. Buktinya, sebelum melayani wawancara dengan Kalteng Pos, Fitriani masih disibukkan dengan banyak aktivitas.

“Sudah biasa dan memang menjadi tugas kami. Maaf, baru bisa bertemu. Tadi malam sampai dini hari membantu mengantar warga ke rumah sakit,” kata perempuan kelahiran 10 Mei 1989 itu sambil tersipu.

Fitri, sapaan akrab srikandi Polres Bartim itu, mulai membuka perbincangan hangat tentang semangatnya menjadi seorang polisi. Motivasinya adalah untuk membantu orang yang kesusahan.

“Cita-cita dari kecil menjadi bidan, tetapi karena tidak cukup uang untuk kuliah, coba-coba daftar polisi dan lulus pendidikan tahun 2009. Saya pun mengabdi dan menjalankan tugas layaknya polisi pada umumnya,” tutur wanita berhijab yang murah senyum itu.

Brigpol Fitriani menjabat sebagai Ba Sium Polres Barito Timur, kemudian menjabat bhabinkamtibmas Desa Haringen sejak 2019 lalu. Berbagai inovasi ditelurkan untuk meningkatkan pelayanan di tingkat desa. Antara lain, Gerobak 3 Pilar Desa yang berhasil mendapatkan penghargaan dari Kapolri.

Wanita yang dianugerahi dua orang anak itu, dalam pelaksanaan tugas sebagai bhabinkamtibmas, selalu bersinergi dengan babinsa dan aparat desa untuk mengentaskan masyarakat dari kemiskinan, mendampingi masyarakat dalam menyelesaikan permasalahan hukum, membantu masyarakat yang dilanda musibah, bahkan aktif menekan angka kebakaran hutan dan lahan atau mitigasi bencana.

Dalam pencegahan karhutla, Fitriani bekerja sama dengan pemangku pemerintahan desa menyosialisasikan bahaya kebakaran, baik secara langsung maupun melalui media sosial.

Selain itu, bhabinkamtibmas berparas ayu itu memodifikasi motor yang dapat digunakan untuk memadamkan kebakaran lahan.

Motor karhutla hasil modifikasi itu mampu mencapai lokasi kebakaran yang terletak jauh dari jalan raya atau yang berada di tengah hutan. Sehingga angka kebakaran lahan di desa binaannya itu menurun secara signifikan.

Di tengah kesibukan dan segudang prestasi yang diraihnya, ternyata ada satu keinginan Fitriani yang belum terwujud. Yaitu melaksanakan rukun Islam kelima.

“Ingin sekali bisa naik haji bersama suami. Itu adalah satu-satunya keinginan saya yang belum terwujud,” ungkapnya.

Selama menjadi polwan, Fitriani merasa bahagia karena bisa membantu sesama. Tugas dan tanggung jawab yang dijalaninya dengan ikhlas dan tanpa pamrih akan terus dilakukan sebagai seorang abdi negara yang sehari-hari hidup dan melayani di tengah masyarakat. (*/ce/ala)

Exit mobile version