PALANGKA RAYA-Kelompok Tani Hutan (KTH) Borneo Citra Lestari yang terletak di Jalan Datu Mangku Kelurahan Kereng Bangkirai memiliki cara sendiri dalam upaya berkontribusi mengurangi sampah plastik terutama sampah sedotan plastik. Yaitu membuat sedotan ber-bahan utama atau dasar dari purun.
Dikatakan Pendamping KTH Borneo Citra Lestari Abdul Rahman Ramli, pembuatan sedotan dari purun ini sudah dilakukan semenjak Tahun 2020 lalu, di mana pihaknya melirik bahwa purun ini tidak hanya bisa dijadikan topi, tikar saja, tetapi juga bisa dijadikan sebuah alat bantu minum yaitu sedotan.
“Sedotan ini (purun, red) tercipta hasil inovasi dan pola pikir kreatifitas masyarakat dalam memanfaatkan hasil sumber daya alam yang ada agar bisa menjadi sebuah benda yang memiliki fungsi dan nilai ekonomis,” ucapnya kepada Kalteng Pos, Jumat (2/4).
Dikatakannya, untuk bahan baku sendiri pihaknya bekerja sama dengan para masyarakat sekitar dan terkadang juga membeli bahan baku purunnya dari luar Kota untuk memenuhi kebutuhan stok bahan baku.Untuk pembuatan sedotan purun sendiri, pihajnya memiliki spesifikasi khusus yaitu memiliki ukuran panjang 50 sentimeter dengan diameter 5 milimeter, yang merupakan ukuran ideal untuk membuat sedotan purun.
Proses dalam pembuatan sedotan purun ini adalah, pertama pihaknya melakukan sortir terhadap purunnya. Dimana hanya purun yang berwarna hijau tua saja yang digunakan, kemudian dipotong sepanjang 15 sampai 20 sentimeter sesuai dengan pesanan. Sesudah di potong, kemudian purun tersebut direbus menggunakan ramuan khusus di air mendidih selama 10 menit sebagai upaya sterilisasi, agar bebas bakteri dan bebas dari zat-zat lainnya.
Setelah direbus, langsung di jemur di tempat khusus menggunakan panas matahari di luar ruangan dengan estimasi waktu dua sampai tiga hati. Kemudian setelah dijemur di luar ruangan di jemur lagi dalam ruangan dalam waktu dua hari. Setelah semua selesai dikeringkan, pihaknya mengirimkan bahan purun tersebut ke Kota Buntok untuk dilakukan proses pelubangan, pensterilan di ruang ultra violet sampai dengan pengemasan sedotan purunnya.
“Saat ini kami terkendala alat pelubangan, pensterilan menggunakan Ultra Violet dan pengepakan, sehingga ini yang kami harapkan dari pemerintah kota, provinsi maupun dari instansi lain untuk membantu kami dalam ketersediaan alatnya,” tuturnya. Lebih lanjut dirinya menjelaskan, dalam sekali produksi pihaknya bisa menghasilkan 20.000 batang sedotan purun. Dimana nanti dikemas dalam satu kotak berisi sebanyak 50 buah sedotan purun dengan harga Rp15 ribu. Jadi bisa disimpulkan 400 kemasan atau kotak yang bisa hasilkan perharinya.
Untuk pemasaran sendiri, pihaknya mengaku cukup sulit, bahkan pihaknya sudah menjajakan kepada pelaku usaha lokal dengan cara seperti sales door to door.Sementara untuk penjualan di luar kota pihaknya mengaku cukup laris, terurama di daerah Bali, Kupang, Padang dan Yogyakarta. Sedangkan untuk di luar negeri seperti Australia, Jepang dan Inggris pihaknya hanya bisa mengirimkan sampel.Karena di tengah kondisi pandemi Covid -19 Kota Palangka Raya seperti ini agak sulit mengirim barang ke luar negeri.
“ Kami berharap pemerintah kota dan provinsi Kalteng bisa membantu mengenalkan produk ini kepada masyarakat dan membantu memasarkannya terutama kepada para pelaku usaha kuliner dan kepada para hotel – hotel,” pungkasnya. (ahm/ram/bud)