PALANGKA RAYA-Dunia sepak bola sedang berduka. Tragedi Kanjuruhan yang menewaskan ratusan Aremania—sebutan pendukung Arema FC meninggalkan duka mendalam. Tragedi ini membuat suporter dari berbagai klub di Kota Palangka Raya menggelar aksi solidaritas di Stadion Tuah Pahoe, Senin malam (3/10). Para pencinta sepak bola di Kota Cantik –julukan Kota Palangka Raya bersama-sama menyalakan lilin sebagai bentuk belasungkawa.
Ratusan suporter dari berbagai klub di Palangka Raya meluapkan kesedihan atas tragedi yang menimpa suporter Arema di Stadion Kanjuruhan. Baik suporter maupun personel kepolisian sama-sama menyalakan lilin dan menabur bunga sebagai tanda duka. Beberapa suporter tak bisa menahan kesedihan. Isak tangis mengiringi doa lintas agama malam itu. Sesekali suporter meneriakkan harapan mereka agar tragedi ini diusut hingga tuntas.
Ahmad Syarif selaku perwakilan suporter Kalteng Mania dengan tegas meminta agar pihak berwenang segera mengusut tuntas tragedi ini. Pihaknya juga mengutuk keras segala bentuk kekerasan terhadap supporter sepak bola.
“Usut tuntas kasus ini, kami segenap suporter Kalteng Putra mengucapkan turut berdukacita untuk saudara kami di Kanjuruhan yang gugur, tragedi ini sangat menyayat hati dan mengerikan, cukup tragedi ini saja yang terjadi, jangan ada lagi tragedi yang lain,” tegas Ahmad Syarif di hadapan para suporter yang memadati Stadion Tuah Pahoe.
Agar hal serupa tidak terulang kembali, Syarif meminta aparat penegak hukum tidak bertindak seperti yang dilakukan di Stadion Kanjuruhan. Terutama saat mengawal pertandingan sepak bola di Kota Palangka Raya. Jangan sampai ada tindakan di luar batas. ”Ini jadi pembelajaran untuk kita, jangan sampai ini terjadi lagi, jangan melakukan hal yang di luar batas kepada suporter,” cetusnya.
Sementara itu, Media Officer Aremania Palangka Raya Rizki Rahmadian mengakui bahwa pihaknya memang salah. Namun tindakan represif dari kepolisian juga dianggap sangat mencederai sepak bola. Ia mempertanyakan mengapa ada penyerangan terhadap suporter yang berada di tribun. Seharusnya yang ditangani adalah supporter yang masuk ke lapangan.
“Padahal dalam peraturan FIFA sudah disebutkan bahwa senjata api dan gas air mata dilarang digunakan di stadion untuk mengendalikan massa,” ucapnya.
Karena itu pihaknya berharap agar ke depannya kepolisian selaku petugas keamanan tidak lagi melakukan tindakan represif dalam proses pengamanan massa saat pertandingan sepak bola digelar.
“Kami sangat kecewa dengan polisi atas kejadian di Kanjuruhan, Malang. Jelas sekali terlihat dari video yang beredar di internet, teman-teman kami diinjak, dipukul, dan disiram dengan gas air mata,” tuturnya.
Harapan pihaknya juga diutarakan kepada sesama suporter agar lebih dewasa dalam berpikir dan bertindak saat menyaksikan pertandingan sepak bola.
Ungkapan hati juga diutarakan Ketua Umum Bonek Palangka Raya Syahrul Gunawan. Berkaca dari tragedi yang menimpa Aremania, ia mengimbau agar para suporter lebih bijak dan dewasa dalam menyikapi hasil pertandingan.
“Rivalitas sepak bola itu hanya 90 menit, selebihnya kita saudara, apalagi kita ini ada di Indonesia yang notabene beranekaragam,” tuturnya.
Pihaknya juga sangat menyayangkan kejadian kelam di Kanjuruhan. “Tapi alhamdulillah mas, kami selalu berdampingan di sini, permasalahan yang ada di Surabaya tidak pernah kami ikutkan di Palangka Raya,” tuturnya.
Di tempat yang sama, Kapolresta Palangka Raya Kombes Pol Budi Santosa menyatakan turut berduka atas tragedi Kanjuruhan. Menurutnya peristiwa kelam ini menjadi pembelajaran bagi kepolisian khususnya di Kota Palangka Raya, karena Kalteng punya klub sepak bola yang sedang berkompetisi di Liga 2. Hal-hal yang disampaikan perwakilan suporter juga dijadikan sebagai pembelajaran bersama agar tragedi serupa tidak terulang kembali.
“Kejadian ini menjadi pembelajaran bagi kita semua, baik kami sebagai kepolisian maupun bagi para suporter, mari kita sama-sama membawa diri ke arah perdamaian dan menikmati olahraga tanpa ada gesekan, mengamankan dengan humanis, sehingga semua pihak bisa menikmati pertandingan sepak bola, ingatlah bahwa nyawa kita lebih berharga, semoga peristiwa ini menjadi pembelajaran untuk kita,” tegasnya. (*dan/ena/ce/ala)