MELALUI perjalanan yang melibatkan teka-teki dan petualangan, para ayah diberi kesempatan langka untuk berbagi waktu berkualitas bersama anak-anak mereka. Tidak hanya menjadi momen berharga bagi anak-anak, kegiatan ini juga diharapkan menjadi inspirasi bagi masyarakat luas, khususnya di Palangka Raya, dalam membangun kedekatan keluarga yang kokoh.
Iqbal Reza, ketua panitia dan juga guru olahraga di SMP Sahabat Alam, menjelaskan bahwa acara ini memiliki tujuan mendalam untuk menciptakan bonding antara ayah dan anak. “Harapan kami, anak-anak tidak hanya melihat sosok ayah sebagai penyedia finansial, tetapi juga sebagai figur yang hadir dalam pengasuhan dan perkembangan mereka,” ucap Reza, Minggu (3/10/2024).
“Dalam agama Islam, kita bercita-cita membangun keluarga yang sakinah, mawaddah, warahmah. Dengan kegiatan seperti ini, semoga kita bisa mencapai tujuan tersebut,” tambahnya.
Ia menjelaskan, penting bagi anak-anak untuk merasakan kehadiran dan perhatian seorang ayah dalam keluarga, bukan sekadar pemberi nafkah atau pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Dengan adanya kedekatan emosional ini, diharapkan anak-anak dapat tumbuh menjadi pribadi yang bahagia dan siap menerima pelajaran dengan baik di lembaga pendidikan formal.
Ditambahkan Qonita selaku humas Sekolah Alam sekaligus penanggung jawab Sekolah Kepompong, kegiatan Safar Bersama Ayah bukan sekadar perjalanan biasa. Di tiap destinasi, para peserta disambut dengan berbagai tantangan dan teka-teki yang harus dipecahkan bersama, untuk mendapatkan petunjuk menuju lokasi berikutnya.
Ada sekitar 10 destinasi yang harus dilalui para ayah dan anak. Masing-masing memberikan pengalaman berbeda. Mulai dari masjid tertua di Palangka Raya sampai kebun buah di pinggiran kota.
“Anak-anak dari berbagai tingkatan akan merasakan pengalaman berbeda pula. Misalnya, di masjid mereka diajarkan wudu dan salat Duha. Di Monumen Soekarno, anak-anak yang lebih besar akan mempelajari sejarah. Ini bukan hanya perjalanan, tetapi juga pembelajaran,” terangnya.
Kegiatan ini dirancang untuk melibatkan anak-anak dari berbagai usia, mulai dari TK hingga SMP. Tiap kelompok menempuh rute yang disesuaikan, apakah menggunakan sepeda, motor, atau mobil, sehingga seluruh perjalanan terasa nyaman dan menarik.
Safar Bersama Ayah ini menjadi lebih spesial dengan keterlibatan penuh dari para orang tua yang rutin mengikuti Sekolah Kepompong, suatu program khusus di Sekolah Sahabat Alam yang memberikan pendidikan bagi orang tua mengenai berbagai topik pengasuhan. “Dua minggu sebelum acara ini, Sekolah Kepompong menyelenggarakan materi tentang manfaat traveling bersama ayah. Para orang tua tidak hanya bersemangat, tetapi juga lebih memahami pentingnya meluangkan waktu untuk mendampingi anak,” jelasnya.
Menurut Qonita, antusiasme yang tinggi dari para orang tua menjadi penanda bahwa mereka mulai menyadari kebutuhan emosional anak-anak mereka. “Mendengar cerita dari anak-anak yang senang bisa menghabiskan waktu bersama ayah mereka, kami merasa acara ini berhasil membawa kebahagiaan yang diinginkan,” ujarnya.
Melihat antusiasme yang luar biasa, Sekolah Sahabat Alam berencana menjadikan Safar Bersama Ayah sebagai acara tahunan. Ke depannya, mereka merencanakan konsep yang bervariasi, seperti camping di luar kota atau alam yang lebih menantang. Hal ini akan memberikan pengalaman baru bagi para peserta dan mendorong para ayah untuk lebih kreatif dalam mendekatkan diri dengan anak-anak mereka.
“Ini bukan hanya tentang kebersamaan, tetapi juga tentang mendekatkan diri secara emosional. Kita sering melihat ayah yang ada di rumah, tetapi tidak benar-benar dekat dengan anak. Dengan kegiatan seperti ini, semoga ayah-ayah bisa menciptakan kedekatan yang lebih dari sekadar kehadiran fisik,” pungkasnya.
Aris, seorang ayah dari dua anak yang bersekolah di Sekolah Sahabat Alam, yaitu Bagus dan Bagas, mengungkapkan kebahagiaannya atas inisiatif sekolah tersebut. “Inti kegiatan ini adalah perjalanan ayah dan anak. Antusiasme dari para ayah sangat luar biasa. Hampir seluruh ayah pelajar SMP Sahabat Alam ikut serta,” ujarnya.
Dalam kegiatan ini, peserta akan melewati berbagai pos yang tersebar di rute yang telah ditentukan. Tiap pos menyajikan teka-teki atau tugas yang harus diselesaikan bersama untuk memperoleh petunjuk menuju lokasi berikut.
“Saya pikir ini akan menjadi pengalaman yang menarik. Tantangannya ada, tetapi juga akan menciptakan kedekatan antara ayah dan anak,” tambahnya.
Lebih lanjut Aris menjelaskan, tujuan utama dari kegiatan ini adalah untuk menguatkan kedekatan psikologis, bukan sekadar kedekatan fisik antara ayah dan anak. Hal ini penting, terutama bagi anak yang sedang dalam fase memenuhi kebutuhan emosional mereka.
“Kegiatan ini memberikan kesempatan kepada ayah untuk menghabiskan waktu bersama anak tanpa kehadiran ibu, sehingga diharapkan mereka bisa lebih memahami dan menciptakan ikatan emosional yang lebih erat,” ungkap Aris.
Ia mengatakan, para ayah yang sibuk bekerja sering kali tak punya waktu cukup untuk membangun hubungan yang erat dengan anak-anak mereka.
Kegiatan ini diharapkan dapat memecahkan hambatan komunikasi yang sering kali muncul antara ayah dan anak, terutama pada usia remaja. “Anak saya sudah di tingkat SMP dan mulai punya dunia sendiri. Jika orang tua tidak menawarkan pendekatan yang menarik, anak-anak mungkin enggan untuk dekat dengan ayah mereka,” tuturnya.
Melalui kegiatan Safar Bersama Ayah, diharapkan hubungan antara ayah dan anak makin akrab dan komunikatif. “Mudah-mudahan ke depan akan ada lagi kegiatan serupa, sehingga para ayah bisa makin kreatif dalam membangun kedekatan dengan anak-anak mereka,” tandasnya. (*/ce/ala)