PALANGKA RAYA-Dinamika politik di Kalimantan Tengah (Kalteng) makin menarik diikuti. Tarik ulur dukungan masih menghiasi kontestasi pemilihan gubernur dan wakil gubernur. Sejumlah partai politik (parpol) sudah menerbitkan rekomendasi dukungan. Sebagian parpol lagi masih menunggu arah politik partai-partai besar.
Gerindra sudah mengumumkan dukungan kepada pasangan Agustiar Sabran-Edy Pratowo, PAN menugaskan Supian Hadi, Golkar sudah lama menugaskan Abdul Razak sebagai bakal calon gubernur, dan Demokrat menjagokan Nadalsyah. Lantas, bagaimana dengan langkah politik Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).
Partai yang dipimpin Habib Ismail itu sampai saat ini belum memperlihatkan secara jelas arah dukungan politik. Hingga muncul pertanyaan, ke mana arah PKB Kalteng? Padahal raihan suara PKB pada pemilihan legislatif 2024 terbilang lumayan. Walau tidak mengalami penambahan, tetapi partai yang dikenal sebagai partainya para kiai itu berhasil mempertahankan empat kursi. Jumlah yang sangat berpengaruh dalam suatu koalisi pengusung.
Saat ditanya kapan PKB Kalteng berlabuh, dengan santai Habib Ismail menjawab bahwa PKB masih melihat ke mana dukungan PDIP. “Menunggu arah dukungan PDIP,” ucap Habib Ismail.
Menanggapi itu, pengamat politik dari Universitas Muhammadiyah Palangka Raya (UMPR) Farid Zaky mengatakan, saat ini PKB Kalteng seperti tidak biasanya. PKB tampak adem ayem. Tidak terpengaruh dengan gejolak perpolitikan.
Ia melihat Ketua DPW PKB Kalteng Habib Ismail biasa melakukan manuver. Habib selalu membuat pertunjukan yang cantik pada tahapan pilkada.
“Ini bisa jadi karena ada negosiasi yang alot atau transaksional yang sedang berdinamika. Saya kira bukan di Kalteng saja,” ungkap Farid Zaky, Senin (5/8/2024).
Pernyataan itu bukan tanpa alasan. Ia menduga saat ini partai politik menitikberatkan pada Pilkada Jakarta. Saat Jakarta sudah menunjukan figur, selanjutnya di daerah-daerah lain yang mulai bergerilya.
Farid juga menilai Habib Ismail merupkan figur yang fleksibel dalam memimpin partai.
“Selama ini kan manuvernya ringan-ringan saja. Mungkin sudah ada komunikasi, tetapi belum sejalan. Saya kira PKB akan bereaksi kalau ada poros dari partai besar sudah terbentuk, saat itulah baru mereka ninbrung,” tuturnya.
Menurutnya, PKB yang memiliki empat kursi di DPRD provinsi, punya nilai tawar yang tinggi, walau bukan sebagai nakhoda utama.
“Jadi memang selama ini tergantung pada Habib Ismail, terlihat di beberapa kesempatan, walaupun masih maju mundur, mengingat saat ini kondisinya tidak seprima dulu,” ucapnya. (irj/ce/ala)