Site icon KaltengPos

Perbanyak Event Kebudayaan, Lestarikan Alat Musik Tradisional

MUSIK LOKAL: Bellacoustic Band, seniman lokal yang konsisten membawakan musik tradisional Kalteng. FOTO: BELLACOUSTIC UNTUK KALTENG POS

Tiap tanggal 9 Maret diperingati sebagai Hari Musik Nasional. Momentum ini menjadi pengingat dan penyemangat bagi semua pihak untuk sama-sama melestarikan alat musik tradisional agar tetap lestari dan tidak tergerus zaman.

AKHMAD DHANI-IRPAN JURAYZ, Palangka Raya

ALAT musik tradisional tersebar di tiap daerah se-Kalteng. Masing-masing daerah memiliki ciri khas alat musik tradisional. Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kalteng Adiah Chandra Sari melalui Kepala Bidang Kesenian, Tradisi, dan Warisan Budaya Disbudpar Kalteng Gauri Vidya Dhaneswara mengatakan, alat musik tradisional Kalteng yang dikenal secara umum adalah kecapi, rabab (bukan rebab, karena kalau ditulis rebab beda lagi jenis alat musiknya), gandang, garantung, dan kangkanong.

“Alat-alat musik ini lazim dijumpai di daerah-daerah seperti Kalteng, seperti yang berdomisili di ngaju, tapi kangkanong juga, masyarakat di daerah Barito juga punya, karakteristiknya punya nada yang banyak, tapi bukan diatonik,” ucap Gaury kepada Kalteng Pos, Rabu (8/3/2023).

Selain itu terdapat suling. Ada dua jenis, yakni suling balawung dan suling bahalang. “Suling balawung itu semacam anyaman, terlihat seperti suling sunda, kalau suling bahalang itu biasa saja, enggak ada anyamannya,” bebernya.

Alat musik tradisional tersebut merupakan alat musik tradisional yang sangat dikenal masyarakat. Sebenarnya alat musik tradisional Kalteng sangat banyak. “Tetapi saya tidak dapat memastikan berapa jumlahnya, tapi yang jelas banyak, tiap daerah punya alat musik khasnya, kalau mau lebih detail, saya harus buka data lagi, dan itu tidak sebentar,” ungkapnya.

Pelestarian alat musik lokal saat ini menghadapi banyak tantangan. Di antaranya adalah potensi penyeragaman alat musik, seperti pemesanan gong untuk sanggar di Kalteng yang notabene digunakan untuk alat musik khas Dayak, namun yang didatangkan justru gong gamelan.

“Kita harus memastikan itu sesuai spek, kalau yang diminta untuk kebutuhan tari Dayak, tapi yang datang itu gong gamelan, kan beda, nada dan pukulan pun beda,” ucapnya.

Ditanya mengenai jumlah perajin alat musik tradisional, menurut Gauri Kalteng tidak kekurangan. Hanya saja, bahan baku yang digunakan untuk membuat alat musik itu makin sulit ditemukan. Kendala yang dihadapi selama ini adalah kurangnya perajin bahan baku. Kondisi ini juga dipicu oleh kebijakan yang kurang menyentuh, sehingga proses pencarian bahan baku alat musik dari Kalteng sendiri, wilayah yang menjadi tempat lahirnya alat musik itu terkendala.

“Kita kekurangan perajin logam kuningan, logam kuningan ini banyak digunakan sebagai bahan baku pembuatan alat musik tradisional, saat ini bahan baku itu harus dipesan dari Pulau Jawa, tentu dengan spek dan karakteristik logam yang disesuaikan, inilah kendala yang dihadapi, diperlukan kebijakan dari hulu, misal untuk membuat logam kuningan, gimana kondisi bahan baku di daerah kita, atau untuk membuat gong dengan diameter yang besar kita butuh pohon yang berdiameter besar, inilah tantangan kita,” bebernya.

Gauri menyebut saat ini pihaknya terus berupaya melestarikan alat musik lokal dengan cara terus melestarikan proses pembuatan alat musik tradisional khas Kalteng, agar ciri khas bunyinya tidak hilang. Program prioritas yang dijalankan adalah memperbanyak gelaran event-event kebudayaan. Sebab, melalui event-event kebudayaan itu akan tercipta hegemoni budaya lokal dalam kehidupan masyarakat Kalteng.

“Kuantitas event kebudayaan harus diperbanyak, jangan hanya konser, diharapkan teman-teman disbudpar kabupaten/kota juga melakukan hal serupa,” tandasnya.

Musik lokal Kalteng bisa berbicara tradisi maupun tradisional. Musik lahir di suatu daerah dari alat-alat yang berbau alam dan diturunkan secara turun-temurun sehingga membentuk tradisi suatu kelompok. Hal ini diungkapkan Igor, salah satu seniman di Kota Palangka Raya.

Menurutnya alat musik yang bersumber dari alam, seperti kecapi, katambung, dan berbagai alat musik khas lain memiliki basic musik, yang mana nadanya termasuk bagian pentatonis dan nada-nadanya lebih ke arah minor.

“Namun itu masih kami kaji, karena bisa kita lihat mengapa Kalteng, Kalbar, Kaltim, Kalsel, dan Kaltara bisa berbeda, padahal satu rumpun,” ungkap Igor saat diwawancara, Rabu (8/3/2023).

Seiring perkembangan zaman, Igor merasa bangga bahwa musik lokal beserta alat-alatnya sudah banyak dikenal masyarakat luas, baik oleh pemuda maupun orang tua. Dimulai sejak kepemimpinan Gubernur Agustin Teras Narang periode 2005-2015.

“Karena pada tahun-tahun itu musik lokal diapresiasi oleh pemerintah, itu menjadi batu loncatan, banyak alat-alat musik tradisional yang jadi terkenal karena diminati anak-anak muda Kalteng,” tuturnya.

Hal itu didukung dengan kesenian khas Kalteng yang bisa ditemui di sekolah menengah pertama hingga atas yang menjadikan kesenian daerah menjadi kegiatan tambahan. Juga faktor lingkungan yang menjadikan anak-anak muda terbiasa dan menyukai kesenian daerah.

Igor yang juga merupakan personel Bellacoustic Band ini menjelaskan bahwa sudah ada banyak band yang mulai mengkolaborasikan musik tradisional dengan genre yang dibawakan.

Dengan perkembangan ini, musik tradisional Kalteng mampu bersaing di tingkat nasional maupun internasional. Apalagi sumber daya manusia (SDM) mumpuni. Banyak anak muda yang mulai ikut berperan dalam memainkannya dan berkarya.

“Dengan perkembangan inilah saya pikir musik lokal mampu bersaing dengan musik lain di tingkat nasional maupun internasional, bahkan SDM yang memainkannya sudah ada di mana-mana,” ungkapnya.

Bellacoustic Band merupakan band yang konsisten membawakan musik tradisional yang dikombinasikan dengan alat music tradisional. Band musik ini sengaja dibentuk untuk melestarikan kesenian dan kebudayaan lokal Kalteng, khususnya musik tradisional.

“Paling utama kami mau memperkenalkan alat music daerah seperti kecapi, alat musik petik khas Kalteng, sebagai identitas Kalteng,” tegas Igor.

Kehadiran Bellacoustic Band ini diharapkan bisa menjadi influencer melalui musik-musik yang dibawakan. Igor bersyukur karyanya bisa diterima baik di tingkat lokal maupun nasional. Pihaknya akan terus memperbaiki kekurangan band ini.

“Yang pasti akan selalu menjadi prioritas kami untuk melestarikan musik lokal agar bisa terus eksis, musik yang kami bawakan itu mewakili semua genre yang ada, kecuali dangdut,” ucap Igor, vokalis sekaligus gitaris Bellacoustic Band. (*/ce/ala)

Exit mobile version