Memasuki hari kelima, Kamis (22/9), rombongan perjalanan rohani PT Flo Go masih bersemangat. Hari itu kami berangkat dari Kota Kairo ke Gunung Sinai yang masuk dalam wilayah Asia. Tempat Tuhan menampakan diri dan memberikan 10 perintah-Nya kepada Musa serta peraturan tentang kebaktian (Keluaran 19 dan 20).
AZUBA, Kairo
PERJALANAN waktu itu kurang lebih memakan waktu 8 jam menggunakan bus. Selama perjalanan diadakan ibadah, mendengarkan kesaksian dari beberapa peserta, dan penjelasan tentang geografis Mesir dari Rami, pemandu (guide) dari Mesir.
Dalam perjalanan hari itu, rombongan juga berkesempatan melihat Laut Merah atau Laut Taberau yang dibelah oleh Musa atas perintah Tuhan untuk menyelamatkan bangsa Israel dari kejaran pasukan Firaun (Keluaran 14:15-31).
“Jadi hari ini (Kamis) kita makan siang di Benua Afrika dan makan malam di Asia, karena wilayah Mesir ada di Benua Afrika dan Benua Asia,” kata Rami ketika bus mendekati Terusan Suez di Semenanjung Sinai.
Terusan Suez berbentuk terowongan ini adalah terusan yang menghubungkan antara Laut Mediterania dengan Laut Merah. Saat melewati terusan ini, lubang telinga akan terasa sakit seperti naik pesawat karena tekanannya. Namun akan kembali seperti biasa melewati terowongan ini.
Selama perjalanan, Rami menceritakan sejarah dibangunnya Terusan Suez. Dikatakannya bahwa biaya pembangunan berasal dari Firaun (sebutan raja di Mesir). Terusan Suez ini digagas oleh seorang insinyur Perancis bernama Louis Maurice Adolphe Linant de Bellefonds. Sebelum ada kesepakatan dengan Firaun untuk membangun sebuah terusan yang bisa menembus Laut Tengah menuju Laut Merah, Louis terlebih dahulu melakukan penelitian. Ia menemukan bahwa Laut Tengah dan Laut Merah memiliki ketinggian yang sama. Megaproyek itu pun mulai dibangun tahun 1854, diprakarsai insinyur Perancis, Ferdinand Vicomte de Lesseps.
Sesudah melewati Terusan Suez yang dijaga ketat oleh para tentara, sekitar pukul 16.00 waktu Mesir akhirnya kami tiba di kaki Gunung Sinai. Beberapa peserta sempat mencoba menaiki unta milik Suku Baduin yang tinggal di wilayah itu. Satu kali naik dan berfoto harus membayar 1 dolar (1 USD) kepada pemilik unta untuk memberkati mereka. Jika ingin naik ke puncak Gunung Sinai, bisa juga menggunakan Unta dengan membayar 18 dolar (18 USD). Namun hanya diantar sampai di leher puncak Sinai. Selanjutnya harus berjalan kaki dan menapaki 3.750 anak tangga. Untuk mencapai puncak Sinai, perjalanan ditempuh kurang lebih 3 jam.
Di puncak terdapat gereja tempat berdoa. Pengunjung tak perlu khawatir haus atau kelaparan. Di leher Gunung Sinai ada suku Baduin yang berjualan. Hanya perlu menyiapkan uang untuk belanja. Selama menaiki unta, disarankan agar berpegang kuat-kuat pada sisi depan dan belakang agar tidak terjatuh.
Rombongan kami cukup beruntung karena bisa diizinkan masuk ke Biara St Catherine atau yang dikenal dengan Gereja Semak Belukar. Ini merupakan tempat pertama kalinya Musa dipanggil Tuhan untuk diutus menyelamatkan bangsa Israel dari perbudakan Mesir (Keluaran 2:23-25). Saat itu malaikat menampakan diri kepada Musa dalam nyala api yang keluar dari semak berduri (Keluaran 3:1-2).
Menurut Rami, tidak semua pengunjung bisa diizinkan masuk ke tempat itu. Benar saja. Hari itu hanya rombongan Flo Go yang bisa masuk. Puji Tuhan. Saat itu waktu menunjukkan pukul 17.00, tapi terlihat seperti pukul 16.00 Indonesia. Masih terang.
Setelah memasuki tempat yang terletak di kaki Gunung Sinai itu, terlihat ada banyak pohon berbuah seperti zaitun dan berbagai sayuran. Tumbuh dengan sangat subur. Saat mendekati semak duri tempat Tuhan berbicara dengan Musa, semua peserta melepaskan kasut. Sama seperti yang Musa lakukan dahulu (Keluaran 3:2-6). Pastor Thomas yang memimpin ibadah saat itu. Sebelumnya peserta bersama-sama menyanyikan lagu pujian untuk Tuhan. Hadirat yang dahsyat sangat terasa di tempat ini. Semua peserta berdoa dengan khusyuk.
Semak duri yang kini berusia 3.600 tahun itu tampak hidup dan masih terlihat hijau. Semak belukar ini tumbuh di dekat sumur, tempat Musa bertemu istrinya. Sumur tersebut bernama Sumur Yitro. Sampai sekarang sumur itu masih ada airnya. Sesudah berdoa, peserta beramai-ramai meminum air dari sumur itu untuk melepas dahaga. Ada beberapa peserta yang membawa pulang air sumur itu menggunakan botol minuman.
Air dari sumur ini cukup unik. Terasa sejuk saat diminum. Dahsyatnya, di gurun pasir ini ada sumur yang airnya tidak pernah kering. Bahkan Suku Baduain menggunakan air dari sumur ini untuk kebutuhan harian mereka.
Ketika matahari mulai terbenam, rombongan diminta untuk kembali ke bus. Sebelum sampai menuju Taba, batas Israel dengan Mesir, peserta diajak untuk menikmati makan malam di Restoran Korean Chinese. Letaknya di tengah gurun pasir. Menu yang disajikan sangat cocok dengan lidah orang Indonesia.
Setengah jam kemudian, rombongan kembali memasuki bus yang mengantar menuju Hotel Tolip Taba Resort. Hotel ini posisinya tepat di tepi Laut Merah, sebelah utara wilayah Mesir. Dari hotel ini kita bisa memandang tiga negara perbatasan Mesir, yakni Israel, Jordania, dan Saudi Arabia. Paling dekat adalah Israel.
Menjadi peserta Flo Go memang dimanjakan dengan fasilitas hotel yang sangat memuaskan dan makanan yang berlimpah. Bahkan koper peserta pun langsung diantar ke depan pintu kamar masing-masing. Kamar yang ditempati peserta pun sangat luas dengan kasurnya yang begitu empuk. Sangat nyaman untuk istirihat malam dan pemulihan stamina untuk perjalanan esok hari.
Hari keenam, siang hari sekitar pukul 12.00 waktu setempat, semua peserta masuk ke bus menuju perbatasan Mesir-Israel. Dari Hotel Tolip Taba Resort, hanya butuh waktu 5 menit. Dekat sekali. Saat memasuki wilayah perbatasan, semua urusan berjalan lancar karena ditangani langsung Flo Go. Dari perbatasan Israel menuju St Joseph Hotel, Betlehem, wilayah pendudukan Palestina, hari sudah gelap. (bersambung/ce/ala)