PALANGKA RAYA – Dewan Adat Dayak (DAD) Kalteng merasa penting untuk melakukan koordinasi dengan jajarannya hingga ke kabupaten dan kota. Namun sayangnya Pandemi Covid-19 masih tetap berlangsung. Rapat dalam rangka meningkatkan sinergi kelembagaan organisasi adat Dayak itu digelar secara virtual melalui zoom meeting pada Senin (19/4).
Ketua Umum DAD Kalteng, Agustiar Sabran mengapresasi keikutsertaan seluruh DAD Kabupaten dan Kota se Kalteng. Apalagi sebagian besar didampingi Ketua Umum dan segenap elemen pengurus, termasuk Badan Pertahanan Adat Dayak (Batamad) serta perwakilan Damang dari daerah masing-masing.
Pada kesempatan itu, Agustiar Sabran yang juga Anggota DPR RI Daerah Pemilihan Kalteng mengingatkan pentingnya sinergitas kelembagaan adat Dayak dalam membangun Bumi Tambun Bungai ini. Sehingga warga Dayak sebagai penduduk asli Kalteng bukan hanya menjadi penonton di daerah sendiri.
“Kita harus menjadi tuan rumah. Mari saling bersinergi. Jangan berjalan sendiri-sendiri. Tapi harus saling menghargai. Tanggalkan perbedaan demi kemaslahatan bersama. Kita harus merdeka dari kemiskinan, keterasingan, pengangguran dan lainnya yang masih ada,”kata pria yang juga kakak kandung Sugianto Sabran, Gubernur Kalteng itu dengan penuh semangat.
Agustiar berharap jangan ada lagi warga atau masyarakat yang terus menerus menjadi korban kemiskinan dan keterasingan. Apalagi dia sendiri mengaku pernah menjadi korban dan merasakannya. Karena ini Agustiar mengajak semua elemen masyarakat bersatu. “Belum ada kata terlambat. Mari kita semua tingkatkan sinergi bukan berjalan sendiri-sendiri dan saling menyalahkan,” tegasnya.
Karena itu dia sangat berharap apa yang sudah menjadi bahasan dalam Rakor DAD ini diaplikasikan dalam aksi-aksi bersama. Secara khusus untuk memperkuat eksistensi DAD dan Batamad, serta Damang se Kalteng, supaya bisa bersinergi dalam filosofi huma betang dengan belum bahadat, supaya organisasi ini benar-benar membela utus. “Kalau bukan kita siapa lagi. Kalau tidak sekarang kapan lagi,” tukasnya.
Wakil Ketua DAD, Rahmad Nasution Hamka juga menekankan supaya seluruh warga Kalteng menjunjung tinggi salah satu filosofi Dayak, yakni Belum Bahadat dan saling menghargai. Apalagi dengan sesama orang Dayak. Tidak saling menjatuhkan. “Hargai batas-batas. Jangankan se Kalimantan dalam satu sungai saja, Budaya Dayak bisa berbeda-beda. Mari kita saling menghargai,” jelasnya.
Dalam rakor DAD itu dibahas tentang Mekanisme Penyelasaian Konflik yang kerap terjadi antara masyarakat adat dengan pihak-pihak terkait. Dibahas juga terkait Rencana Peraturan Daerah (Raperda) tentang Masyarakat Hukum Adat yang dibahas oleh Dr. Mambang Tubil dan Dr. Jhon Retei Arisandi.
Dilanjutkan dengan Program Dayak Bahadat atau Dayak Bergerak untuk Hukum Adat oleh Sekum DAD Kalteng, Yulindra Deddy Lampe. Sesi terakhir dipandu oleh Ketua Harian DAD Kalteng Dr. Andrie Elia Embang terkait Pergub 1/2020 tentang Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan di Kalteng.
“Masalah ini kerap menjadi persoalan. Makanya segenap masyarakat harus tahu. Jangan malah terjadi kriminalisasi. Kebakaran hutan dan lahan harus kita cegah. Bahkan ada kewajiban dari setiap kita untuk mencegahnya. Dalam Pergup ini ada panduan terkait pembukaan hutan dan lahan. Karenanya perlu disosialisasikan,” kata Andrie seraya menawarkan konsep Kearifan Lokal Dayak Dalam Mengelola Api dalam makalahnya.
Sementara itu, Panglima Batamad Yuandrias menyatakan siap mengawal apa yang menjadi keputusan DAD Kalteng. Apalagi Batamad merupakan bagian dari DAD. Namun dia juga berharap supaya dalam proses apa saja yang menjadi keputusan itu pihaknya selalu dilibatkan, sehingga memudahkan mereka melakukan eksekusi sebagai pengawal keputusan DAD. (ron/nue/ala)