PALANGKA RAYA-Curah hujan di wilayah Kalimantan Tengah (Kalteng) cukup tinggi dalam beberapa hari terakhir. Bencana banjir yang melanda sejumlah kabupaten/kota di Bumi Tambun Bungai tidak bisa dihindarkan. Genangan air kian hari kian tinggi. Masyarakat harus tetap waspada. Pasalnya, beberapa hari ke depan hujan diperkirakan masih mengguyuri wilayah Kalteng dan berpotensi menyebabkan banjir yang lebih besar.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Tjilik Riwut Palangka Raya memperkirakan potensi hujan masih tinggi di wilayah Kalteng dan sekitarnya dalam beberapa hari ke depan. Karena itu, harus tetap ada kewaspadaan terhadap dampak yang ditimbulkan, seperti banjir, banjir bandang, tanah longsor, dan pohon tumbang, agar tidak menimbulkan hal-hal yang merugikan masyarakat.
“Terkait prakiraaan cuaca seminggu ke depan, ada potensi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat yang dapat disertai kilat atau petir serta angin kencang merata di seluruh wilayah Kalimantan Tengah,” kata prakirawan cuaca (forcaster) BMKG Stasiun Tjilik Riwut Palangka Raya Ika Priti kepada Kalteng Pos, Senin (15/11).
Mengingat saat ini curah hujan sangat tinggi, maka masyarakat Kalteng diimbau selalu waspada dan berhati-hati terhadap potensi bencana.
“Ketika sedang dalam perjalanan (berkendaraan roda dua) dan terjadi hujan lebat dan angin kencang, sebaiknya berteduh dahulu di bangunan permanen yang kokoh. Jangan berteduh di bawah pohon, papan reklame, atau baliho yang rawan roboh kalau ditiup angin kencang,” harapnya.
Berdasarkan peta prakiraan daerah potensi banjir pada dasarian II dan II Nov 2021 dan dasarian I Desember 2021, secara umum Kalteng dalam kategori rendah hingga menengah. Namun yang perlu diwaspadai terutama pemukiman yang berada di dekat atau di sekitar aliran sungai yang mudah meluap.
Sementara itu, prospek tinggi gelombang mingguan di wilayah perairan selatan Kalteng berpotensi sekitar 0.5-1.0 meter. Walaupun masih dalam kategori rendah, tapi masyarakat diminta untuk tetap meningkatkan kewaspadaan.
Terpisah, Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Badan Penanggulangan Bencana dan Pemadam Kebakaran (BPB-PK) Kalteng Erlin Hardi mengatakan, saat ini daerah yang terdampak banjir mencakup Kota Palangka Raya, Kabupaten Katingan, Pulang Pisau (Pulpis), Kotawaringin Timur (Kotim), Barito Selatan (Barsel), dan Murung Raya (Mura).
“Mura tidak seberapa. Justru kini Palangka Raya yang lebih parah. Di Katingan, akses jalan yang parah, tapi beruntung saat ini sudah ditangani,” kata Erlin.
Lebih lanjut dijelaskannya, banjir yang terjadi di Palangka Raya merupakan kiriman dari wilayah hulu, karena adanya intensi hujan sebagai dampak fenomena La Nina. Alhasil, sebagian warga di Kota Palangka Raya sudah mulai mengungsi.
“Berkenaan akses jalan masuk atau keluar Palangka Raya, memang pada beberapa titik akses jalan terdampak banjir, tapi seperti di Katingan dan Pulang Pisau khususnya di Tumbang Samba masih bisa dilewati. Angkutan sembako pun masih lancar,” ucapnya.
Wilayah terparah yakni di Jalan Kompleks Mendawai Sosial dan Jalan Anoi. Berdasarkan pantauan Kalteng Pos, kemarin (15/11), masih banyak warga yang memilih bertahan di rumah masing-masing meski genangan air makin tinggi.
Banyak alasan yang menyebabkan warga memilih bertahan di rumah mereka. Ada yang beralasan demi menjaga benda-benda berharga. Ada pula yang beralasan karena tak ada tempat bagi mereka untuk mengungsi. Bahkan ada yang mengaku kesulitan untuk membawa atau memindahkan barang-barang bila terpaksa harus mengungsi.
Warga bernama Raudhatul Jannah mengaku, di saat terjadi banjir, keluarganya kesulitan untuk mengamankan dan menjaga barang barang berharga yang ada bila terpaksa ditinggalkan. “Lebih baik di rumah mengamankan barang-barang,” kata perempuan yang mengaku baru setahun tinggal di rumah yang baru dibangun itu.
Ditambahkan Raudhatul, bila rumah tersebut harus ditinggalkan, ia dan keluarganya tidak akan tahu kondisi barang-barang yang ditinggalkan. “Takutnya kalau ditinggal, kita enggak tahu kondisi keamanannya gimana, situasi rumah gimana, apalagi kalau air naik terus,” ujar perempuan yang tinggal di RT 05 RW 07.
Raudhatul mengatakan, sejumlah barang berharga, terutama barang-barang elektronik sudah diamankan dan ditaruh pada tempat yang lebih tinggi untuk menghindari banjir yang menggenangi rumah.
“Barang-barang sudah dinaikin ke atas, seperti televisi, kulkas, semua sudah aman, tapi kalau air nanti naik lagi dan kami tidak ada di sini, enggak tahu lagi gimana keadaannya,” ujar Raudhatul.
Raudhatul menyebut bahwa banyak tetangganya yang memilih bertahan dengan alasan yang sama sepertinya. Ketika ditanya soal antisipasi bila sewaktu-waktu banjir makin parah dan genangan air makin tinggi, Raudhatul mengatakan bahwa dia dan keluarganya akan tetap bertahan.
“Rencananya kami bikin panggung yang lebih tinggi lagi, tetap di dalam rumah,” ucapnya.
Kapolresta Palangka Raya Kombes Pol Sandi Alfadien Mustofa saat ditemui Kalteng Pos di posko penanggulangan banjir Polda Kalteng yang dibangun di kompleks Pasar Kahayan, mengimbau kepada warga yang terdampak banjir untuk segera mengungsi ke tempat yang lebih aman.
“Kami imbau untuk warga yang masih bertahan dengan situasi kemungkinan banjir yang makin tinggi, demi keselamatan sebaiknya segera mengungsi ke tempat yang aman,” ucap kapolresta.
Dikatakan kapolresta, pihaknya dibantu satuan dari Polda Kalteng telah menyiapkan sarana untuk proses evakuasi terhadap warga yang tempat tinggalnya terisolasi akibat banjir.
Selain itu, Polresta Palangka Raya juga telah menyiapkan posko pengungsian sementara bagi warga yang tempat tinggalnya terdampak banjir. Posko tersebut juga dilengkapi dengan dapur lapangan yang akan menyuplai kebutuhan pokok maupun bahan makanan.
“Selain itu kami juga menyiapkan layanan kesehatan yang ditangani oleh Biddokkes Polda Kalteng,” ujar Sandi sembari menambahkan bahwa posko yang sudah dibangun berjumlah 11 posko.
Perihal adanya kerisauan warga terkait keamanan rumah yang ditinggal mengungsi, Sandi mengatakan, pihak polresta maupun polda telah menyiapkan personel kepolisian yang akan memantau rumah-rumah tersebut demi menjamin keamanan rumah maupun harta benda di dalamnya.
Dikatakan Sandi, pihaknya juga menyiapkan tempat penampungan khusus barang-barang berharga milik warga yang mengungsi dari kompleks Mendawai.
“Seperti sepeda motor yang diungsikan warga, kami melayani penampungan parkir dengan memastikan keamanannya, karena ada anggota yang berjaga,” pungkasnya.
Sementara itu, Wali Kota Palangka Raya Fairid Naparin resmi menetapkan status Siaga Darurat Banjir untuk Kota Palangka Raya. Sejauh ini ada 4 kecamatan dan 17 kelurahan yang terdampak banjir. Pemerintah kota (pemko) juga telah mendirikan 14 posko pengungsian yang tersebar di 4 kecamatan terdampak banjir.
Posko pertama berada di Kelurahan Langkai (tepatnya di SDN 1 Langkai). Kedua di Puskesmas Pahandut. Ketiga di Pelabuhan Rambang, Kelurahan Pahandut. Keempat di kawasan Bandara Tjilik Riwut lama, Kelurahan Tanjung Pinang.
Kelima di titik nol untuk pengungsi dari Kelurahan Pahandut Seberang dan Tumbang Rungan. Keenam di halaman kantor Kelurahan Ketimpun. Ketujuh di Jalan Arut. Kedelapan di Jalan Pelatuk. Sembilan di kompleks Pasar Kahayan untuk pengungsi warga Kelurahan Palangka.
Kesepuluh, posko gabungan aula Kecamatan Sebangau untuk pengungsi dari Kelurahan Danau Tundai, Bereng Bengkel, dan Kameloh Baru. Kesebelas di Aula Kelurahan Kalampangan. Kedua belas di GOR RW Kalampangan. Ketiga belas di Dermaga Tangkiling untuk pengungsi dari Kelurahan Tangkiling, Tumbang Tahai, dan Banturung. Keempat belas di SDN Marang untuk warga Kelurahan Marang.
“Masalah logistik dan kesehatan masyarakat saat ini sedang kami siapkan dan upayakan, intinya masyarakat jangan khawatir, karena saat ini kami pemerintah sedang melakukan upaya terbaik,” kata Fairid, kemarin.
Perihal warga bersikeras bertahan di rumah masing-masing, saat ini camat, lurah, maupun anggota posko terus melakukan upaya sosialisasi kepada masyarakat agar segera mengungsi.
“Harapan kita semua semoga debit air segera menurun, dengan adanya status Siaga Darurat Banjir ini, saya minta lurah dan camat proaktif dalam membantu BPBD menangani banjir, baik evakuasi maupun hal lain,” terangnya.
Bencana banjir yang beruntun melanda Kalteng mendapat sorotan tajam dari para pegiat lingkungan. Ketua Kampanye Hutan Greenpeace Indonesia Arie Rompas mengatakan, dalam dua tahun ini banjir skala besar sudah terjadi dua kali. Karena itu, model pembangunan yang merusak lingkungan harus segera dihentikan, karena dampaknya dirasakan masyarakat luas.
“Sudah seharusnya pembangunan tidak mengekstraksi SDA dan berbasis lahan yang berdampak pada deforestasi,” katanya saat dikonfirmasi, Senin (15/11).
Diungkapkannya, di Kalteng terdapat banyak perusahaan besar yang merusak hutan dan merubah landscape daerah aliran sungai (DAS). “Pemerintah juga harus melakukan evaluasi terhadap izin-izin yang sudah diberikan, jadi izin yang diberikan ini tidak bisa dilanjutkan atau ditambah lagi,” ungkapnya kepada Kalteng Pos.
Sementara itu, dalam jangka waktu menengah atau ke depan, wilayah hutan yang rusak harus secepatnya dilakukan rehabilitasi. Sungai tidak mampu lagi menampung air karena mengecil dan juga erosi dari pembangunan-pembangunan yang mengakibatkan tanah atau lumpur mengalir ke sungai.
“Jadi tidak hanya air yang mengalir, tapi juga membawa tanah dan pasir dari pembukaan lahan,” sebutnya.
Padahal, apabila hutan terjaga, maka selain berfungsi menahan air, juga menahan erosi tanah. Kondisi erosi sungai menjadi salah satu pendorong kapasitas sungai sudah tidak memungkinkan lagi menampung air saat turun hujan yang terus-menerus.
“Solusinya jangan buka lahan lagi, wilayah hutan yang sudah rusak harus segera direhabilitasi,” katanya.
Apabila wilayah hutan tidak rusak, maka setidaknya dapat mengurangi dampak. Dengan kondisi hutan Kalteng saat ini, apabila tidak ada penanganan dari pemerintah untuk pemulihan hutan dan pembukaan lahan dibiarkan makin luas, maka bencana banjir akan makin sering terjadi.
“Jika diamati, di Kalteng ini banjir makin sering terjadi dibandingkan dahulu, intensitas hujan seharusnya akan lebih tinggi pada Desember dan Januari nanti, tapi sekarang ini malah sudah terjadi banjir” bebernya.
Pemberian bantuan oleh pemerintah kepada masyarakat terdampak banjir bukanlah solusi terbaik mengatasi bencana alam ini. “Memang itu dibutuhkan masyarakat saat terjadi banjir, tetapi seberapa besar sih biaya yang disediakan pemerintah jika akar masalah tidak bisa diatasi,” pungkasnya. (nue/sja/ahm/abw/ce/ala)