Menakar Program Makan Bergizi Gratis di Kalteng
PALANGKA RAYA-Program makan bergizi gratis Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming mulai disimulasikan di sejumlah daerah. Di Kalteng sendiri memang program ini belum ada disimulasikan untuk nominal anggaran setiap porsinya, meskipun demikian ada sekolah di Palangka Raya ternyata sudah menerapkan program makan siang bergizi untuk peserta didiknya.
Salah satu sekolah yang menerapkan makan bergizi ialah SDiT Al-Furqan Kota Palangka Raya. Pihaknya mempersiapkan makan siang untuk peserta didiknya setiap pukul 11.00 WIB. Kondimen atau bahan-bahan makanan yang dipersiapkan pun bervariatif. Nasi, lauk pauk, sayur, buah, dan minuman pun terlihat di piring yang akan disantap oleh para murid. Bahkan, juga dipersiapkan snack berupa kue di jam istirahat pertama.
“Setiap hari, kami menyediakan makanan untuk anak anak itu berbeda. Jadi ga itu itu aja menunya. Supaya anak tidak bosan. Kadang ayam, kadang ikan, kadang telur, dikombinasikan dengan sayur dan ditambah buah,” kata Kepala SDiT Al-Furqan, Ahmad saat ditemui Kalteng Pos di ruang kerjanya, Senin (19/8/2024).
Dari semua kondimen yang dipersiapkan, pihaknya menganggarkan ke biaya sumbangan pembinaan pendidikan (SPP) dalam satu bulan. Sehingga, orang tua murid berhak membayar biaya makan siang sebanyak Rp400.000 setiap bulannya.
“400 ribu rupiah itukan bisa kita kalkulasikan. Jadi setiap harinya itu Rp20.000 per porsi. Tentu itu sudah terinput semua. Mulai dari snack, makanan, hingga minuman,” ucapnya.
Mengenai program makan bergizi gratis yang diperkirakan ahli gizi Rp10.000 setiap porsinya. Ahmad mengatakan dengan dianggarkan angka tersebut, menurutnya masih belum tercukupi. Sebab, di kandungan makanan juga memiliki tiga komponen penting, seperti halnya zat tenaga, zat pembangun, dan zat energi.
“Tiga komponen ini harus lengkap. Apabila ingin dikatakan empat sehat lima sempurna,” tuturnya
Artinya, di SDiT Al-Furqan sendiri, anggaran Rp.20.000 per porsi setiap harinya bisa dikatakan cukup dan bergizi. Ia menjelaskan, tidak bisa memaksakan satu porsi seharga sepuluh ribu namun kondimen makanannya bernilai lima belas ribu.
“Kami tetap memberikan pelayanan kepada anak-anak. Pastinya makan dan minum yang bergizi serta disesuaikan dengan porsinya. Kami juga melarang anak-anak untuk berbelanja di luar sekolah. Demi menghindari anak-anak membeli ataupun mengonsumsi jajanan sembarangan,” tegasnya.
Program ini sebenarnya telah dilakukan sejak lama. Para peserta didik menerima makan siang dengan menu yang bervariasi setiap harinya, mulai dari soto, ayam goreng, ayam Krispi, sup, dan lain sebagainya yang disajikan dengan nasi, sayur-sayuran, hingga buah-buahan. Di antara variasi menu yang disajikan, beberapa menu menjadi favorit dari anak-anak yang ada di SDiT Al-Furqan ini. Anak-anak bahkan mengaku menantikan hari di mana menu favoritnya akan kembali menjadi bagian dari menu makan siang mereka.
Seperti kata Alif salah satu anak kelas 3 mengatakan, ayam krispi dan soto menjadi menu favoritnya. Ia bahkan bisa menambah porsi makannya jika hari dimana menu favoritnya itu tiba. “Semua menu makan siangnya enak, tapi yang paling aku suka itu ayam krispi dan juga soto,” ujarnya, pada Senin (19/8/2024).
Sementara itu, murid kelas 4, Aang mengungkapkan, ia sangat suka dengan menu ayam goreng. Ia akan menyantap ayam goreng itu bersamaan dengan timun dan berbagai kondimen yang lain.
“Menu yang paling aku suka itu ayam goreng, biasanya menu itu disajikan waktu hari Rabu,” ungkapnya.
Pendapat serupa juga disampaikan oleh banyak peserta didik lainnya, yang menganggap ayam goreng sebagai menu yang paling ditunggu-tunggu.
Meskipun demikian, pihak sekolah tetap berkomitmen untuk menyajikan makanan yang seimbang. Ayam goreng disajikan bersama dengan sayur-sayuran, nasi, dan buah-buahan untuk memastikan kebutuhan gizi anak-anak terpenuhi.
Retno Handayani (49), seorang pelaku UMKM sekaligus pemilik warung makan Nasi Campur Khas Jawa di Jalan Sangga Buana, menyampaikan tanggapannya terkait anggaran makan bergizi gratis yang diperkirakan Rp15.000 tersebut. Menurutnya, dengan harga bahan pangan yang tidak menentu saat ini, anggaran Rp 15 ribu per porsi akan membuat usaha catering mengalami kesulitan, terutama jika harus menyediakan menu yang lengkap dengan minuman dan buah.
“Di pasaran, harga bahan-bahan saat ini sudah cukup tinggi dan sering naik turun. Jika harga bahan pangan turun, kita masih bisa menyiasatinya dengan mengatur porsi. Namun, jika harga naik, kita akan kesulitan. Mau mengurangi porsi, kasihan anak-anak yang makan. Tapi kalau tetap dengan porsi normal, pelaku usaha yang akan merugi. Apalagi jika harus menyediakan minuman dan buah, harga Rp 15 ribu jelas tidak cukup. Jangan lagi kalau di turunkan jadi harga Rp 7.500 per porsi,” ujarnya, Senin (19/8/2024).
Retno, yang sudah menggeluti usaha kuliner selama 13 tahun, menambahkan bahwa dalam penyediaan catering, harga minimal yang ia tetapkan biasanya Rp20 ribu per porsi untuk ukuran porsi standar. Hal ini mempertimbangkan biaya pembelian bahan baku, biaya operasional seperti gas, serta upah tenaga kerja yang membantu dalam proses memasak.
Meskipun demikian, Retno tetap menyatakan dukungannya terhadap program makan siang gratis ini, terutama karena program ini dapat membantu para pelaku UMKM lokal, termasuk usahanya yang berlokasi dekat dengan sebuah Sekolah Dasar (SD). Namun, ia berharap anggaran untuk program ini dapat ditinjau kembali agar lebih realistis dan dapat memenuhi kebutuhan gizi anak-anak.
“Kalau Rp15 ribu, paling bisa untuk nasi, lauk utama seperti ayam atau ikan, sayur, dan menu pendamping seperti perkedel atau tahu tempe. Untuk menambahkan air mineral gelas mungkin masih bisa, tapi itu sudah sangat mentok sekali. Minimal, kalau mau lengkap, Rp20 ribu per porsi sudah cukup,” tambahnya.
Senada dengan Retno, Sapta Yuliana (37), seorang pelaku usaha rumahan di Jalan Lewu Tatau yang juga menyediakan layanan catering, menilai bahwa anggaran Rp 15 ribu per porsi masih bisa mencukupi untuk menyediakan makan siang bagi anak sekolah, meski tanpa buah dan minuman. Ia menegaskan bahwa menu yang bisa disiapkan dengan anggaran tersebut hanya mencakup nasi, mie, ayam, dan sayur dalam porsi normal.
“Untuk porsi normal, Rp 15 ribu bisa untuk nasi, mie, ayam, dan sayur. Tapi kita belum tahu apakah menu tersebut nanti benar-benar bisa memenuhi kebutuhan gizi anak-anak, karena untuk makanan yang bergizi, biasanya dananya tidak sedikit,” katanya, Senin (19/8/2024).
Sapta juga menyoroti perbedaan harga bahan pangan di berbagai daerah. Menurutnya, anggaran Rp 15 ribu mungkin lebih realistis jika diterapkan di Pulau Jawa, di mana harga bahan pangan relatif lebih murah. Namun, untuk daerah seperti Kalimantan, ia menyarankan agar anggaran disesuaikan dengan kondisi lokal.
Selain itu, mengenai penggunaan bahan pangan lokal, ia juga setuju karena hal ini dapat menekan biaya. Dengan memanfaatkan bahan pangan lokal yang mudah didapat, pelaku usaha dapat mengurangi beban biaya produksi.
“Saya setuju dengan penggunaan bahan pangan lokal, karena itu bisa membantu menekan biaya. Namun, agar program ini dapat memenuhi kebutuhan gizi anak-anak, saya pikir anggaran yang ideal adalah sekitar Rp 20 ribu per porsi, sudah termasuk minuman atau susu serta buah,” pungkasnya.
Terpisah, Wakil Gubernur (Wagub) Kalteng H Edy Pratowo mengatakan, secara informal memang sudah ada komunikasi antara kementerian dan lembaga yang berkenaan dengan implementasi program makan bergizi gratis tersebut.
“Saya kira uji coba di berbagai tempat dalam pelaksanaan makan gratis itu memberikan efek yang sangat baik, sehingga kami Kalteng melalui perangkat daerah terkait akan mempersiapkan itu semua juga,” kata Edy kepada awak media usai melepas Kontingen Porwanas XIV di Halaman Kantor PWI Kalteng, Senin (19/8/2024).
Edy menjelaskan, program makan bergizi gratis ini tentu bakal didukung penuh oleh Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Pemerintah pusat nantinya bisa menyalurkan pembiayaan bantuan makan gratis itu kepada pemerintah daerah, baik provinsi maupun kabupaten/kota.
“Terkait teknis pelaksanaannya bagaimana, tentu kami akan menunggu petunjuk teknis lebih lanjut,” ucapnya.
Edy mengaku Pemprov Kalteng tentunya siap bersinergi dengan pemerintah pusat untuk mengimplementasikan program ini. Perihal sejauh mana keterlibatan pemerintah daerah itu, tentu akan ada regulasi lagi yang mengatur terkait itu.
“Kalau ini program pemerintah pusat kami kan harus bersinergi, turut mendukung, sejauh mana keterlibatan dukungan itu pasti ada peraturan pemerintah atau regulasinya yang akan ada,” pungkasnya. (ham/bim*/dan/ovi/ala)