PALANGKA RAYA-Secara perlahan minyak goreng (migor) mulai dipajang di berbagai lapak pasar, warung-warung, toko, hingga ritel modern. Sayangnya, harga jualnya melambung tinggi alias mahal. Padahal Indonesia khususnya Bumi Tambun Bungai merupakan penghasil terbesar minyak sawit atau crude palm oil (CPO).
“Hari ini kita menuju tikus yang mati di lumbung padi. Indonesia sebagai negara nomor satu penghasil minyak sawit di dunia, tapi minyak goreng sangat langka di pasaran. Kalaupun ada, harganya luar biasa mahal,” kata Ketua KNPI Kalteng Muhammad Alfian Mawardi, Senin (21/3).
Dia menyebut, kelangkaan minyak goreng di negara penghasil minyak sawit seharusnya mustahil terjadi. Namun justru terjadi di Indonesia, khususnya Kalteng yang merupakan provinsi penghasil terbesar minyak kelapa sawit di Indonesia.
“Ya, minyak goreng itu langka. Sangat memberikan dampak luar biasa bagi masyarakat, khususnya emak-emak dan pedagang yang menggunakan minyak goreng. Hantaman ini sungguh menyayat hati, karena terjadi saat ekonomi Indonesia belum pulih dari hantaman pandemi Covid-9,” ucapnya.
Kelangkaan dan tingginya harga minyak goreng, disusul dengan naiknya harga BBM (Dexlite dan Pertamina Dex) serta solar yang mengalami kelangkaan. Hal ini sangat berdampak pada biaya angkut bahan makanan serta kebutuhan lainnya. Alhasil semua harga naik.
“Ada yang berkata ini pengalihan isu untuk memburamkan harga BBM yang melambung. Kami minta negara yang kaya dengan kelapa sawit ini bisa berguna bagi masyarakat kecil. Saat ini kami membutuhkan sosuli terbaik dari pemimpin negara, karena kami masih percaya kalian mampu. Namun jika tidak ada solusi, pemuda akan bergerak dengan caranya,” pungkasnya.
Sementara itu, menjelang bulan Ramadan, Pemprov Kalteng bersama Satgas Pangan melakukan pengecekan harga dan stok pangan di wilayah Kota Palangka Raya. Pemantauan itu dilaksanakan di pasar tradisional maupun retail modern. Juga mengecek stok barang kebutuhan pokok di sejumlah distributor.
Gubernur Kalteng H Sugianto Sabran melalui Asisten Setda Provinsi Kalteng Bidang Perekonomian dan Pembangunan Ir Leonard S Ampung mengatakan, pihaknya bersama tim Satgas Pangan melaksanakan sidak pasar dengan tujuan memantau harga barang di pasaran. “Terutama minyak goreng, gula pasir, beras, daging, telur, dan beberapa bahan kebutuhan pokok lainnya,” katanya kepada media saat dijumpai di Jalan RTA Milono, kemarin.
Dari sidak yang dilakukan itu, diketahui bahwa stok kebutuhan pokok masih mencukupi dan tersedia, walaupun harganya mengikuti mekanisme pasar. “Harga minyak goreng berkisar Rp24.000. Itu yang kami pantau di beberapa lokasi penjualan. Namun beberapa juga yang masih menunggu pendistribusian dari distributor. Ada keengganan untuk menjual, karena harga masih belum mengikuti harga terdahulu, tapi stoknya tersedia,” bebernya.
Karena itu pihaknya meminta masyarakat tidak cemas soal stok kebutuhan pokok, walalu saat ini harga jual masih mengikuti mekanisme pasar.
“Kami dari perangkat daerah terkait akan menghubungi distributor untuk bisa meyakinkan bahwa harga sesuia dengan yang ditetapkan sebelumnya,” kata Leonard.
Selain itu, pihaknya berharap agar distributor tetap terbuka dan menginformasikan kepada masyarakat bahwa stok minyak goreng masih cukup untuk kebutuhan masyarakat.
Sementara itu, Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disdagperin) Provinsi Kalteng Hj Aster Binawaty menjelaskan, di Pasar Kahayan terjadi kenaikan harga jual minyak goreng kemasan premium. Dari harga awal Rp25.000/liter, naik menjadi Rp27.000/liter.
“Kenaikannya sekitar Rp2.000 (8.00%), dikarenakan hanya ada beberapa kios yang menjual eceran minyak goreng kemasan premium, stok barang tidak banyak. Minyak goreng kemasan premium yang beredar di Pasar Kahayan hanya merek Marunting dan Hemart. Kalaupun ada minyak goreng kemasan premium seperti merek Sunco, Filma, Bimoli, per liternya dijual Rp30.000, “ sebutnya.
Sementara itu, Direktur Reserse Kriminal Khusus (Dirreskrimsus) Polda Kalteng Kombes Pol Bonny Djianto mengatakan, sidak harga di pasaran merupakan tindak lanjut instruksi dari Mabes Polri kepada setiap jajaran Polda untuk mengecek ketersediaan pangan di tengah masyarakat.
“Kalau perhitungan nasional, sebenarnya minyak goreng tidak langka. Kemarin itu hanyalah masalah transisi harga, makanya mungkin ada yang menahan, tapi masih belum masuk kategori penimbunan,” ucapnya.
Ia menegaskan bahwa pihaknya belum menemukan peredaran minyak goreng oplosan, seperti kasus yang terjadi di daerah lain. Mengenai stok atau persediaan barang-barang kebutuhan pokok, sejauh ini masih mencukupi.
Sebagai upaya untuk mendorong keterbukaan pihak distributor, ia sudah memerintahkan anggota untuk melakukan pengecekan lapangan sampai ke tingkat produsen.
“Kami akan mengecek berapa stok yang akan dikeluarkan produsen ke distributor sampai tingkat eceran maupun pembeli. Jika ditemukan ada pelanggaran, maka sudah pasti akan ditindak tegas sesuai aturan hukum yang berlaku,” tegasnya.
Menjelang datangnya bulan Ramadan dan perayaan Idulfitri, ada harapan besar dari masyarakat agar harga kebutuhan pokok stabil kembali dan stok mencukupi untuk kebutuhan masyarakat yang tentunya akan meningkat. (arj/nue/ce/ala/ko)