PALANGKA RAYA-Banjir yang melanda sejumlah wilayah di Kalimantan Tengah (Kalteng) sejak pertengahan Oktober terus meluas. Menurut laporan terbaru dari Badan Penanggulangan Bencana dan Pemadam Kebakaran (BPB-PK) Kalteng, banjir kini telah berdampak pada 16 kecamatan di empat kabupaten, dengan total lebih dari 44.000 jiwa terdampak.
“Bencana kali ini disebabkan oleh curah hujan tinggi, mengakibatkan meluapnya sungai-sungai besar hingga merendam ribuan rumah warga,” kata Kepala BPB-PK Kalteng Ahmad Thoyib saat dikonfirmasi Kalteng Pos, Selasa (22/10/2024).
Di Kabupaten Murung Raya, yang merupakan salah satu daerah paling terdampak, banjir telah terjadi selama tujuh hari sejak 15 Oktober 2024.
“Sebanyak 7 kecamatan dan 50 desa/kelurahan dilanda banjir dengan ketinggian air mencapai 9,6 meter di beberapa wilayah. Jumlah warga terdampak mencapai 10.946 jiwa, dengan lebih dari 3.100 rumah terendam air. Meski tidak ada laporan korban jiwa, sebagian warga terpaksa mengungsi akibat banjir yang terus berlanjut. Sejumlah fasilitas umum, termasuk sekolah dan pusat layanan kesehatan, juga tidak luput dari bencana alam ini,” ungkapnya.
Status siaga darurat banjir telah diberlakukan di Kabupaten Murung Raya hingga 27 Oktober 2024. Pemerintah daerah terus memantau perkembangan banjir dan siap untuk memperpanjang masa tanggap darurat jika diperlukan.
Thoyib menyebut, bencana serupa juga terjadi di Kabupaten Pulang Pisau sejak 18 Oktober. “Di Desa Hanua, Kecamatan Banama Tingang ada kenaikan air setinggi 30 cm, merendam rumah-rumah warga dan beberapa fasilitas umum. Itu makin memperburuk kondisi, mengingat wilayah ini sebelumnya terdampak musim kemarau berkepanjangan,” terangnya.
Selain itu, Kabupaten Barito Utara juga dilaporkan diterjang banjir sejak 19 Oktober 2024. Lima kecamatan di kabupaten tersebut terendam air, dengan 12 desa terdampak, di antaranya Desa Melayu dan Desa Pendreh di Kecamatan Teweh Tengah. “Warga di daerah itu melapor soal kerusakan infrastruktur dan akses ke beberapa desa menjadi sulit akibat air yang menggenangi jalan-jalan utama,” terangnya.
Bencana serupa juga terjadi di Kabupaten Kapuas, yakni pada 21 Oktober 2024. Banjir melanda 17 desa di 3 kecamatan, dengan lebih dari 2.400 kepala keluarga dan sekitar 5.700 jiwa terdampak. Desa-desa yang terendam banjir di antaranya Desa Dandang, Desa Lawang Kamah, dan Desa Tumbang Tukun. Rumah-rumah warga terendam air, dan aktivitas masyarakat lumpuh, terutama di sektor pertanian yang sangat tergantung pada kondisi cuaca.
“Sampai hari ini pemerintah daerah telah menyiapkan langkah-langkah tanggap darurat untuk menangani bencana banjir. Tim gabungan dari BPB-PK, TNI, Polri, dan relawan telah dikerahkan ke lokasi-lokasi yang terdampak untuk mengevakuasi warga, mendirikan posko pengungsian, dan mendistribusikan bantuan logistik,” tuturnya.
Kondisi cuaca yang belum stabil dan curah hujan yang diperkirakan masih tinggi dalam beberapa hari ke depan, menjadi tantangan dalam penanganan banjir di beberapa wilayah.
Oleh karena itu, Kepala BPB-PK Kalteng mengimbau warga yang tinggal di daerah-daerah rawan banjir untuk selalu waspada dan mengikuti arahan pihak berwenang. “Masyarakat diminta untuk segera melapor jika melihat peningkatan ketinggian air, sehingga dapat segera ditangani tim respons bencana,” katanya.
Sementara itu, berdasarkan informasi resmi BPBD Kabupaten Murung Raya per pukul 04.40 WIB atau Selasa (22/10/2024) pagi, ketinggian air sungai berada di angka 9,90 meter atau mengalami penurunan sedikit dibandingkan hari sebelumnya yang berada pada angka 10,00 meter.
“Beberapa titik jalan di Kota Puruk Cahu tidak bisa dilewati. Dalam penanganan banjir ini, Pemkab Murung Raya dibantu oleh personel dari Kompi 2 Batalyon C Pelopor Sat Brimob Polda Kalteng dan Basarnas Palangka Raya,” ucap Kalaksa BPBD Murung Raya, Fitrianul Fahriman.
Ia menjelaskan, bencana banjir di wilayah Kabupaten Murung Raya dimulai pada 18 Oktober lalu dan semakin meluas hingga Selasa (22/10/2024). Namun saat ini ketinggian air berangsur turun, meski masih merendam rumah warga serta menutup badan jalan dan fasilitas umum lainnya.
Data BPBD mencatat ada 7 kecamatan yang terdampak banjir, dengan rincian 36.168 jiwa terdampak, 323 jiwa mengungsi, dan 9.034 unit rumah terendam banjir. Terdapat 36 unit fasilitas pendidikan, 36 unit sarana ibadah, 16 unit fasilitas kesehatan, dan 43 unit fasilitas umum yang terdampak.
Rincian desa dan kecamatan yang dilanda banjir yakni 10 desa di Kecamatan Laung Tuhup, 2 desa di Kecamatan Seribu Riam, 9 desa di Kecamatan Sumber Barito, 7 desa di Kecamatan Permata Intan, 15 desa di Kecamatan Murung, 2 desa di Kecamatan Barito Tuhup Raya (Batura), dan 4 desa di Kecamatan Uut Murung.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Kalteng memprediksi potensi cuaca ekstrem di sejumlah wilayah Kalteng dalam pekan ini. Menurut prakirawan BMKG, Alfandy, meski secara umum intensitas hujan di wilayah Kalteng mulai menurun, beberapa daerah masih berpotensi terjadi hujan sedang hingga lebat yang disertai petir dan angin kencang.
“Untuk sepekan ke depan, cuaca di Kalimantan Tengah akan didominasi kondisi berawan hingga hujan ringan. Namun, di beberapa wilayah diperkirakan akan terjadi hujan sedang hingga lebat dengan potensi kilat dan angin kencang,” ungkap Alfandy saat dihubungi Kalteng Pos, Selasa (22/10/2024).
Wilayah-wilayah yang perlu mewaspadai cuaca ekstrem mencakup Kotawaringin Barat, Sukamara, Lamandau, Kotawaringin Timur bagian utara, Seruyan bagian utara, Katingan bagian utara, Gunung Mas, Murung Raya, Barito Utara, dan Kapuas bagian utara. Peringatan tersebut berlaku tanggal 22-24 Oktober 2024. Sedangkan tanggal 25-28 Oktober 2024, wilayah yang diperkirakan akan mengalami cuaca buruk yakni Gunung Mas, Murung Raya, dan Barito Utara.
Alfandy mengingatkan masyarakat berhati-hati terhadap bencana yang mungkin terjadi akibat cuaca buruk, seperti genangan air, banjir, tanah longsor, dan pohon tumbang. “Ada potensi terbentuknya awan konvektif kumulonimbus yang dapat memicu hujan lebat dan angin kencang. Ini juga bisa meningkatkan tinggi gelombang di wilayah pesisir dan perairan selatan Kalimantan Tengah,” jelasnya.
Selain ancaman cuaca ekstrem, Alfandy juga mengimbau masyarakat agar waspada terhadap potensi kebakaran lahan, terutama di wilayah yang mengalami cuaca kering.
Dengan suhu udara diperkirakan berkisar antara 23°C – 33°C, serta kelembaban udara mencapai 50 – 100 persen, angin akan bertiup dari arah timur ke barat laut dengan kecepatan 5 hingga 15 km/jam. Kondisi itu diperkirakan memengaruhi dinamika cuaca di beberapa wilayah Kalteng.
“Masyarakat diharapkan terus mengikuti perkembangan cuaca dari BMKG dan tetap waspada terhadap perubahan cuaca yang dapat terjadi sewaktu-waktu. Kesiapsiagaan terhadap bencana alam, seperti banjir dan longsor, sangat diperlukan, terutama di daerah rawan bencana,” pungkasnya. (zia/dad/ce/ala)