Site icon KaltengPos

Muncul Rumor Tiga Pasang, Pilgub Kalteng Bakal Perang Bintang

Figur yang dirumorkan berpasangan di Pilkada Kalteng

PALANGKA RAYA-Suasana pesta demokrasi pemilihan gubernur (pilgub) Kalimantan Tengah (Kalteng) makin hangat. Meski masa pendaftaran pasangan calon ke Komisi Pemilihan Umum (KPU) masih dua bulan lagi, tetapi kini telah ramai beredar nama-nama figur yang bakal berpasangan sebagai calon gubernur dan wakil gubernur. Ada nama Abdul Razak-Perdie M Yoseph, Agustiar Sabran-Edy Pratowo, dan Nadalsyah-Habib Ismail. Jika pasangan-pasangan itu resmi mendaftar, maka Pilgub Kalteng akan menyajikan “perang bintang” alias pertarungan tokoh-tokoh politik terbaik Bumi Tambun Bungai.

Kemungkinan akan adanya tiga pasangan dalam pemilihan gubernur dan wakil gubernur Kalteng tahun ini juga diyakini oleh pengamat politik dari Universitas Muhammadiyah Palangkaraya (UMPR) Farid Zaky. “Saya kira maksimal bakal tiga pasang calon pada pemilihan gubernur dan wakil gubernur, itu pun kalau komunikasinya terpetakan,” ucap Farid saat diwawancara Kalteng Pos, Minggu (23/6).

Pernyataan itu bukanlah tanpa alasan. Sejauh ini yang sudah memastikan mengusung calon gubernur adalah Partai Golkar. Partai berlambang pohon beringin itu sudah memastikan mengusung Abdul Razak sebagai bakal calon gubernur (bacalgub). Sementara, partai yang dipimpin Megawati Soekarnoputri selalu mengusung kadernya pada tiap pemilu di Kalteng.

“Jadi sudah dua tuh (bakal calon), PDIP pasti mengusung kadernya, Partai Golkar sudah mengusung Abdul Razak, dan satunya lagi Nadalsyah jika berhasil membuka komunikasi dengan tokoh barat atau tengah Kalteng, bakal ada tiga pasang,” kata Farid.

Sementara partai lainnya, menurutnya, akan fleksibel masuk dalam jajaran tiga pasang calon tersebut. Namun ia juga mengingatkan bahwa segala kemungkinan bisa saja terjadi.

Perihal isu Agustiar Sabran yang akan berpasangan dengan Edy Pratowo, menurut Farid, hal itu bisa saja terjadi, mengingat saat ini Agustiar tengah menerapkan strategi wait and see.

“Walaupun begitu, saya kira Agustiar juga sedang berusaha di pusat untuk berburu rekomendasi, itu hanya analisis saya, karena beliau adalah anggota DPR RI, saya kira jaringannya cukup luas,” ungkap Farid.

Sedangkan Edy Pratowo dinilai memiliki potensi bagus karena elektabilitasnya yang tinggi. Dosen FISIP UMPR itu menduga mantan Bupati Pulang Pisau itu akan mengambil langkah keluar dari Partai Golkar, partai yang telah membesarkan namanya.

Farid menyebut Edy Pratowo merupakan sosok yang tidak ambisius. Maka tidaklah heran jika Agustiar Sabran akan tertarik untuk menggandengnya pada pilkada tahun ini.

“Secara sosok, beliau memang memiliki kapabilitas, ditambah lagi kepopulerannya yang ramah dengan semua kalangan, tidak heran begitu disukai masyarakat, Pak Gubernur, maupun Sabran family,” tuturnya.

Melihat periode menjabat sebagai wakil gubernur, Edy mampu mengisi posnya secara mumpuni.

“Kita lihat saja saat menghadiri beberapa kegiatan seperti paripurna, dunia pendidikan, dan hal-hal yang membutuhkan public speaking, Edy mampu mengisinya. Dengan momentum itu, membuat kartunya terlihat hidup sebagai wakil gubernur,” tegasnya.

Farid menjelaskan, Edy Pratowo memiliki citra baik di tengah masyaralat Kalteng. Sosoknya yang ramah dan mudah bergaul membuat orang mudah merasakan keakraban.

“Edy telah puluhan tahun berkecimpumg di politik dan belum pernah terkalahkan di tiap pilkada. Dari pengalamannya dan tingkat keterpilihan, ketertarikan masyarakat terhadap Edy itu cukup tinggi, bisa membantu perolehan suara Agustiar yang saat ini punya jaringan yang luas,” tutur Farid.

Sedangkan mengenai rumor Nadalsyah berpasangan dengan Habib Ismail, Farid menilai pasangan tersebut akan lebih potensial dibandingkan dengan beberapa isu sebelumnya.

“Hal ini bisa terjadi karena basis Kabupaten Kapuas masih kokoh bersama Habib Ismail. Pasangan ini lebih hidup daripada yang diisu-isukan sebelumnya berpasangan dengan Nadalsyah,” tegasnya.

Sebelumnya, dosen FISIP UMPR itu menjelaskan, Nadalsyah atau yang sering disapa Koyem itu memerlukan sosok wakil yang mampu menaikkan kartunya. Ada banyak opsi yang bisa menjadi pertimbangan. Seperti sosok senior dengan latar belakang keagamaan ataupun tokoh masyarakat.

“Saya kira palingan tidak ada sosok lebih senior, ada beberapa yang bisa dilihat dari tokoh tengah Kalteng sebagai opsi ideal untuk membantu mendongkrak perolehan suara, karena basis jemaah dan pencinta Habib Ismail saat ini tersebar di mana-mana,” tegasnya sembari menyebut bagaimana koalisi partai yang akan membantu pasangan tersebut.

Sedangkan pasangan Abdul Razak dan Perdie M Yoseph, menurutnya harus dilihat dahulu bagaimana langkah dan jalan Willy M Yoseph selaku kakak kandung Perdie. Namun apabila hal itu bisa tercapai, maka Abdul Razak dan Perdie akan menjadi pasangan yang ideal.

Farid menuturkan, Perdie menjadi wakil yang kompetensinya paling memadai untuk mendampingi Abdul Razak. Di mata Farid, Perdie memiliki segudang pengalaman di bidang organisasi masyarakat maupun pemerintahan.

“Saya kira itu sudah sesuai keinginan Pak Razak ketika menggandeng Perdie, karena wakilnya dari birokrat. Ditambah lagi lebih muda, ada persilangan barat dan timurnya, saya kira itu sudah sesuai,” tuturnya.

Ia juga menyebut bahwa Perdie punya modal sosial karena telah dikenal luas masyarakat Murung Raya. Menjabat Bupati Murung Raya selama dua periode membuktikan tingginya kepercayaan masyarakat atas kinerjanya. Ditambah lagi suara umat kristiani akan membanjiri pasangan Abdul Razak dan Perdie. Sebab salah satu basis kekuatan Perdie ada pada jemaat GKE.

Melihat komposisi tersebut, Direktur Eksekutif Barometer Kebijakan Publik dan Politik Daerah (BAJAKAH) ini menilai persaingan ketat bakal terjadi jika Agustiar Sabran bersaing dengan Abdul Razak.

“Abdul Razak merupakan figur yang mendapat dukungan keluarga Rasyid, akan beradu dengan legacy keluarga Sabran,” tegasnya.

Menurutnya, bukan berarti Nadalsyah tanpa peluang. Karena jika terjadi tiga pasang, potensi pecah suara akan makin besar. Sebab dari wilayah barat ada Agustiar dan Abdul Razak, sementara wilayah Barito ada Perdie dan Nadalsyah.

“Untuk daerah Pulang Pisau dan Kapuas juga akan pecah karena ada basis Habib, basis Abdul Razak juga akan terbantu karena di dua daerah itu Partai Golkar menjadi pemenang pemilu. Alfian Mawardi tentu akan membantu Agustiar, sehingga akan terjadi pecah suara,” tegasnya.

Dikatakan Farid, potensi tiga pasangan sangatlan mungkin terjadi. Tinggal bagaimana strategi para calon. Menurutnya, PDIP juga menjadi perhitungan. Arah politiknya akan memberikan kontribusi terhadap salah satu calon yang didukung nanti.

Bendahara DPD Partai Demokrat Provinsi Kalteng Hatir Sata Tarigan menyebut sejak awal sudah ada beberapa nama bakal calon pendamping Nadalsyah. Salah satunya Habib Ismail. Saat mendaftar ke Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), mantan wakil gubernur itu membuka diri terhadap Nadalsyah.

“Di depan kita waktu itu, beliau mengatakan bahwa PKB siap mendukung Pak Nadalsyah kalaupun tidak dipinang sebagai wakil gubernur. Kalaupun dibawa sebagai wakil, Habib Ismail menyatakan siap. Jadi itu bukan isu baru, tetapi sudah lama,” tegas Hatir.

Bahkan ia menyebut bahwa Nadalsyah merasa cocok dengan mantan anggota DPD RI tersebut.

“Yang perlu diperhatikan, Partai Demokrat harus berkoalisi dengan beberapa partai, sehingga wakil gubernur perlu ada kesepakatan dengan partai lain,” tegasnya.

Bahkan ia menyebut, adanya foto Nadalsyah-Marukhan merupakan bagian dari alternatif. Sehingga menurutnya masih sangat dini memutuskan siapa yang akan mendampingi Nadalsyah. Jika B1KWK belum keluar, maka Nadalsyah bisa berdampingan dengan siapa saja.

PDIP merupakan salah satu partai yang menerima berkas pendaftaran Nadalsyah. Merespons itu, Sekretaris DPD PDIP Kalteng Sigit K Yunianto menyebut lumrah jika partainya mendampingi Nadalsyah.

“Wong itu engak apa-apa kalau masih analisis dan prediksi. Yang jelas saya ini petugas partai, kader partai,” ucap Sigit.

Bahkan ia menyebut tidak tahu soal langkah PDIP ke depan, karena sangat tergantung pada keputusan dewan pimpinan pusat (DPP). “Jadi untuk prosesnya tergantung pusat. Jadi gimana-gimana itu di Jakarta,” tuturnya. (irj/ce/ala)

Exit mobile version