Site icon KaltengPos

Rela Lepas Status PNS, Kini Hasilkan Omzet Ratusan Juta Rupiah

PRODUK LOKAL: Surtiati memperlihatkan kerajinan getah nyatu pada Eco Fest 2024 di Gor Serbaguna, Jalan Tjilik Riwut Km 5, Palangka Raya, Jumat (19/7/2024).

Di Balik Kesuksesan Pasutri Perajin Getah Nyatu asal Palangka Raya

Rela Lepas Status PNS, Kini Hasilkan Omzet Ratusan Juta Rupiah

Hasil tak tak akan mengkhianati usaha. Itulah yang dialami dan dirasakan pasangan suami istri (pasutri), Surtiati dan Alex Triono. Berkat ketekunan menggeluti usaha sebagai perajin getah nyatu, kini produk mereka laris manis di pasaran.

BIMA ADITYA KUSUMA, Palangka Raya

SURTIATI tampak masih lihai membuat kerajinan tangan berbahan baku getah nyatu, getah dari pohon nyatu diolah dengan cara dipanaskan, lalu dibentuk sedemikian rupa, sehingga menghasilkan karya seni bernilai tinggi. Produk olahannya dipamerkan pada Eco Fest yang digelar di Gor Serbaguna, Jalan Tjilik Riwut Km 5, Palangka Raya, Jumat (19/7/2024).

Ditemui Kalteng Pos di stan lokasi Eco Fest, Surtiati bercerita panjang lebar mengenai usaha yang digelutinya itu. Sebenarnya usaha itu milik suami. Dahulu Surtiati merupakan seorang pegawai negeri sipil (PNS). Namun, karena tak mendapat dukungan dari suami, akhirnya ia memutuskan berhenti dari pekerjaan sebagai seorang PNS, lalu mulai membantu sang suami menggeluti usaha kerajinan getah nyatu.

“Sebelum saya berhenti dari PNS, saya lihat usaha suami tidak berkembang sama sekali, malah merugi. Kemudian saya mencoba ikut menggeluti usaha itu. Setelah saya handle, perlahan mulai berkembang sampai seperti sekarang ini, bahkan bisa bekerja sama dengan dinas-dinas di tingkat kota maupun provinsi,” ungkap Surtiati, Jumat (19/7/2024).

Surtiati menyebut, pada 2013 lalu kerajinan getah nyatu yang diproduksinya pernah mendapat juara II ajang promosi di Jerman, yang diikuti peserta dari kurang lebih 186 negara. Wanita berusia 59 tahun itu mengaku bahwa usahanya sudah dipercaya oleh beberapa instansi maupun lembaga di Palangka Raya untuk membuat suvenir dari getah nyatu. Misalnya, pesanan dari Kantor Gubernur, DPRD Kota, RSUD Palangka Raya, dan Kantor Wali Kota. Harganya pun bervariasi. Mulai dari puluhan ribu, puluhan juta, bahkan sampai ratusan juta rupiah. Dalam setahun usahanya itu bisa menghasilkan omzet hingga Rp400 juta.

“Untuk harganya bervariasi, mulai dari Rp15 ribu untuk gantungan kunci sampai Rp12 juta setengah untuk perahu besar ukuran 120 cm. Pernah saya dipercaya untuk membuat lambang Garuda dengan ukuran 2 meter pesanan Pak Dan Grito, dan itu sudah dipasang di ruang rapat DPRD Kota Palangka Raya,” ungkapnya.

Selain bekerja sama dengan beberapa dinas di Palangka Raya, Surtiati juga memasarkan produknya di rumah dan secara online melalui media sosial. Sebelumnya pernah ada yang ingin menjalin kerja sama agar produknya bisa diekspor. Namun karena keterbatasan bahan baku dan sumber daya manusia (SDM), Surtiati pun menolak tawaran kerja sama tersebut.

“Waktu itu di Jakarta pernah ada yang mau mengajak kerja sama. Awalnya buyer minta 300 pcs, tetapi tiba-tiba dia malah minta nambah jadi 3 kontainer. Karena keterbatasan bahan baku dan SDM, saya tolak,” katanya.

Wanita yang lahir tahun 1965 itu mengatakan, belakangan ini bahan baku getah nyatu mulai sulit didapatkan. Belum lagi keterbatasan sumber daya manusia. Padahal beberapa dinas juga pernah mengadakan pelatihan kerajinan getah nyatu. Namun tidak ada peserta pelatihan yang benar-benar mencoba untuk tekun menjadi seorang perajin getah nyatu.

“Sudah sering dinas buat pelatihan mengenai kerajinan getah nyatu, bahkan saya yang menjadi pembimbing. Saat pelatihan, saya melihat peserta yang ikut pada suka dan minta dibuat lagi pelatihan serupa. Namun entah kenapa setelah pelatihan itu, tidak ada satu pun yang benar-benar menjadi seorang perajin getah nyatu,” tuturnya.

Selama ini Surtiati hanya mengandalkan bantuan dari anak-anak dan saudaranya untuk bisa memproduksi kerajinan getah nyatu. Ia sangat berharap generasi muda saat ini dapat melestarikan kerajinan tangan endemik dari Kalimantan itu. Kini ia juga sedang berusaha untuk membudidayakan pohon nyatu sebagai solusi untuk bisa mengatasi kelangkaan bahan bakunya.

Surtiati berharap pemerintah bisa membantunya, sehingga budi daya pohon nyatu yang sudah dimulainya berhasil. Itu bisa menjadi jalan keluar bagi para perajin getah nyatu untuk lebih mudah mendapatkan bahan baku, sekaligus bisa terus melestarikan kerajinan khas Kalimantan ini. (*/ce/ala)

Exit mobile version