Site icon KaltengPos

Indahnya Lukisan Kaligrafi, Merdunya Lantunan Ayat Suci

ADU KREASI: Peserta lomba kaligraf MTQH XXX tingkat pro-vinsi di Palangka Raya, Senin (25/7).

Kafilah dari Tiap Kabupaten/Kota Bersaing Ketat pada MTQ XXX

PALANGKA RAYA-Pelaksanaan Musabaqah Tilawatil Quran dan Hadis (MTQH) XXX tingkat Provinsi Kalteng tahun 2022 telah dimulai sejak Jumat (22/7). Hingga memasuki hari keempat pelaksanaan, kafilah dari berbagai kabupaten/kota menampilkan kemampuan terbaik mereka pada setiap cabang lomba. Mulai dari lomba kaligrafi hingga seni membaca Al-Qur’an. Perlombaan cabang kaligrafi dilaksanakan selama dua hari, yakni Minggu (24/7) dan Senin (25/7).

Minggu (kemarin, red) dilaksanakan lomba cabang kaligrafi untuk kategori naskah dan hiasan mushaf yang diikuti 45 orang peserta dari perwakilan kabupaten/kota se-Kateng. Koordinator panitia cabang kaligrafi Gondo mengatakan, ada 12 laki-laki dan 12 perempuan yang menjadi peserta lomba kategori naskah, serta 11 laki-laki dan 10 perempuan kategori hiasan mushaf. Hampir semua kabupaten/kota mengirimkan peserta, kecuali Kabupaten Gunung Mas (Gumas) dan Kabupaten Barito Timur (Bartim).

“45 peserta ini merupakan perwakilan kabupaten/kota se-Kalteng, tapi Gunung Mas tidak mengirimkan perwakilan, sedangkan Bartim tidak mengirimkan peserta untuk kategori naskah dan mushaf, sebelumnya berencana mengirimkan peserta dan sudah terverifikasi, tapi batal karena alasan tertentu,” katanya.

Diungkapkannya, lomba cabang kaligrafi diikuti oleh peserta berusia maksimal 34 tahun. Aspek penilaian sama untuk peserta baik anak-anak maupun dewasa.

“Usia mengikuti cabang kaligrafi ini batasannya 34 tahun lebih beberapa bulan, tertuang dalam ketentuan, sehingga tidak ada penilaian untuk peserta anak-anak atau dewasa, tapi rata-rata peserta lomba kaligrafi ini adalah orang dewasa, perlombaan kali ini tidak ada peserta anak-anak,” ungkapnya kepada Kalteng Pos, di aula serbaguna Masjid Raya Darussalam Palangka Raya.

Lomba cabang kaligrafi ini terbagi dalam empat kategori. Yakni kategori naskah (penulisan), kategori hiasan mushaf (hiasan Al-Qur’an), kategori kontemporer (nuansa klasik), dan kategori dekorasi (hiasan). Untuk opsi penulisannya menggunakan sistem undian cabut. Sedangkan untuk sketsa, peserta boleh mengerjakan sebelumnya.

“Jadi untuk sketsa boleh dikerjakan dua hari sebelumnya, finishing di lokasi. Namun untuk opsi penulisan menggunakan sistem cabut undian, jadi sebelumnya peserta tidak mengetahui penulisannya seperti apa, ini dimaksudkan untuk menjaga orisinalitas karya,” bebernya.

Lebih lanjut dijelaskannya, untuk kategori naskah, tulisannya hitam putih tanpa hiasan dan menggunakan media kertas. Hiasan mushaf ditulis di media kertas dengan iluminasi atau hiasan seperti halaman pertama mushaf Al-Qur’an. Untuk kategori kontemporer, medianya berupa kanvas dengan bentuk yang dikreasi peserta. Sedangkan dekorasi medianya berupa papan triplek dengan hiasan yang biasa terdapat di masjid.

“Beberapa peserta terbaik berhak melaju ke babak final, selanjutnya pada final nanti akan diambil tiga peserta terbaik putra dan putri dari tiap kategori, akan ada enam finalis per kategori, total 24 finalis untuk empat kategori, tapi jumlahlah bisa saja lebih jika ada peserta yang mendapat nilai sama,” jelasnya.

Dewan juri terdiri dari tiga orang. Dua orang dari Palangka Raya dan satu dari Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar). Sedangkan panitera hanya satu orang dari Palangka Raya. Rata-rata dewan juri punya basic dan latar belakang bidang kaligrafi serta pernah menjadi peserta MTQ.

Sementara lomba dekorasi dan kontemporer diikuti 54 peserta. Terdiri dari 28 peserta kategori dekorasi dan 26 peserta kategori kontemporer. Namun ada beberapa daerah yang tidak mengirimkan perwakilan.

“Peserta merupakan perwakilan putra dan putri dari tiap kabupaten. Untuk kategori dekorasi, tiap kabupaten wajib mengirimkan dua orang peserta yakni putra dan putri, begitu pun dengan kategori kontemporer,” ucap Gondo.  

Dari 14 kabupaten yang ada di provinsi Kalimantan Tengah, hanya Gunung Mas yang sama sekali tidak mengirimkan perwakilan. Dalam lomba ini, peserta dari dua kategori diberi waktu delapan jam.

 “Pada lomba kategori dekorasi, peserta akan melukis dengan acuan seperti hiasan kaligrafi dekorasi masjid dengan kaidah penulisan huruf Arab yang baku dan ketat. Media dalam golongan ini merupakan triplek berukuran 80×122. Sedangkan kategori kontemporer lebih fleksibel, karena media lukisnya berupa kanvas berukuran 60×80,” kata juri cabang kaligrafi, Muhammad Safaruddin.

Ketua Majelis Dewan Hakim MTQH Kalteng tahun 2022 ini menambahkan, pada lomba cabang dekorasi, karya peserta dinilai seperti kategori naskah dan mushaf, yaitu dititikberatkan pada tulisan, dengan pembagian penilaian 60% tulisan, 40% tata warna, desain, kebersihan, dan motif.  

Sedangkan pada lomba cabang kontemporer, peserta lebih bebas melukis karya seni kaligrafi tanpa harus mengikuti kaidah penulisan Arab yang ketat dan baku, tapi komposisi huruf tetap harus memenuhi kaidah penulisan Arab. Selain itu, kesesuaian konteks ayat yang dilukis dengan background kaligrafi juga menjadi poin penilaian pada cabang kontemporer ini. 

“Satu hari sebelum lomba, tiap peserta diberi ayat yang akan dilukis menjadi kaligrafi, agar mereka dapat membuat konsep,” ucap Safaruddin. 

Lomba seni membaca Al-Qur’an kategori golongan 1 juz dan tilawah bertempat di lantai dua Masjid Raya Darussalam. Dengan merdunya para peserta silih berganti melatunkan ayat suci Al-Qur’an. Suasana perlombaan begitu khidmat dan tenang. Perlombaan ini diawali dengan tilawah dan disambung ayat sebanyak tiga kali.

H Kusnan Fafkhudin selaku subkoordinator cabang lomba seni membaca Al-Qur’an mengatakan, lomba kategori ini diikuti 20 orang peserta. “Jumlah peserta ada 20 orang yang dibagi menjadi dua hari. Kemarin (Minggu 24/7, red) itu ada 5 hafiz dan 5 hafizah, sedangkan hari ini (Senin 25/7, red) 6 hafizah dan 4 hafiz,” ujarnya.

Penilaian dibagi dalam beberapa aspek. Drs H Muhammad selaku ketua juri mengatakan, ada empat juri yang bertugas menilai tiap bidang. Yakni juri bidang tajwid, juri bidang tahfiz, dan juri bidang fashahah. Adapun juri penanya tahfiz juga untuk sambung ayat.

“Penilaian tiap bidang berbeda. Ada bidang lagu dan suara bernilai 40 poin, tajwid 35 poin, dan fashahah 25 poin, jadi totalnya 100 poin,” ungkapnya.

Sementara itu, lomba seni membaca Al-Qur’an kategori anak-anak dan remaja di Aula Dinas Pertahan Pangan Kota Palangka Raya, Senin (25/7), berjalan lancar. Diikuti 9 peserta kategori anak dan 12 peserta kategori remaja.

“Ada tiga kabupaten yang tidak mengirimkan peserta. Salah satunya Gunung Mas. Sehingga untuk kategori anak-anak hanya ada 9 peserta dari 12 yang terdaftar,” ungkap juri bidang fashahah, H Abdul Wahid Aha, kemarin.

“Anak-anak sudah memenuhi standar dalam membaca, suara dan tajwid sudah makin bagus dan baik,” tambahnya.

Sementara itu, cabang lomba qiraat mujawwad kategori dewasa pada perhelatan MTQH XXX menampilkan 6 qari dan 4 qariah. Mujawwad adalah teknik membaca Al-Qur’an yang dilantunkan dalam perlombaan ataupun acara-acara tertentu. Menggunakan irama tertentu dan membutuhkan teknik pernapasan tingkat tinggi. Dengan qiraat dan maqra yang telah disiapkan panitia sebelum peserta naik ke panggung.

Qiraat merupakan keterampilan dalam membaca dengan tujuh orang imam yang terkenal sebagai ahli qira’at di seluruh dunia yang sering disebut juga dengan “Qurra’ as-Sab’ah”. Dalam perlombaan kali ini, peserta yang berusia di atas 25 tahun diberikan tiga kriteria qiraat yang harus dibawakan. Yaitu Imam Ibnu Katsir, Abu ‘Amr bin ‘Ala’, dan Nafi al-Madani, dengan magra atau surah apa yang bacakan dua jam sebelum penampilan dilakukan pencabutan. Selain qiraat dan maqra ada tiga kriteria penilain oleh Dewan juri yaitu lagu dan suara, pada hukum bacaan atau Tajwid, fashohah atau kejelasan yang terdinilai oleh tiga dewan juri, yakni Muhammad Abduh, Abdul Hadi, dan Siti Hajrul.

Siti Hajrul bersyukur MTQH bisa digelar lagi tahun ini setelah ditiadakan selama dua tahun karena wabah Covid-19. Namun ia mengaku ada kekurangan dalam pelaksanaan kali ini, karena tiap kriteria penilaian hanya satu juri saja.

“Saya merasa senang dengan kembali terselenggara event tahunan ini, walaupun dalam penilaian pada qiraat mujawwad ini hanya satu juri saja dalam setiap kriteria penilaian, ada pembatasan karena masih dalam kondisi pandemi, biasanya tiap kriteria penilaian melibatkan tiga orang juri,” ucap juri bidang suara dan lagu tersebut.  

Sementara itu, persaingan pada lomba muratal kategori dewasa dan remaja di aula Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Palangka Raya lebih bergairah. Peserta berlomba-lomba menjadi yang terbaik.

“Total peserta lomba berjumlah 39 orang, terdiri dari 20 kategori dewasa dan 19 kategori remaja, Kabupaten Gunung Mas tidak bisa berpartisipasi karena kurangnya persiapan,” ucap panitera pengelola administratif, Ahmad Junaidi.  

Junaidi menyebut, ada beberapa aspek dalam pembacaan Al-Qur’an yang menjadi penilaian juri. Yakni lafazh, suara, irama, lagu, qoidah ushuliyah, makhrujul huruf, dan pembacaan sesuai dengan nada yang ditentukan panitia.

“Kategori remaja kami berikan persiapan selama 16 jam sebelum memulai lomba, tapi untuk kategori dewasa hanya diberi waktu dua jam, mereka diberi kesempatan tampil di panggung selama 10-15 menit,” ucap dosen IAIN Palangka Raya yang mengajar pada Fakultas Ekonomi Bisnis Islam. (*irj/abw/*dan/*qin/*win/*adf/ce/ala/ko)

Exit mobile version