Site icon KaltengPos

Tak Ada Kandungan Magnet dalam Vaksin

Petugas medis menunjukkan vaksin Covid-19 AstraZeneca saat akan menyuntikkan kepada pekerja ritel di GOR Tanjung Duren, Jakarta Barat, Senin (24/5/2021). (Dery Ridwansah/JawaPos.com)

KaltengOnline.com-Vaksinasi Covid-19 di Indonesia berjalan hampir tiga bulan. Hingga kemarin (28/5), jumlah mereka yang divaksin pertama mencapai 16.000.947 orang. Sedangkan yang sudah divaksin tahap kedua mencapai 10.486.399 orang.

Di tengah gencarnya vaksinasi, muncul hoaks terkait dengan adanya kandungan mikrocip magnetis. Informasi yang beredar, pasca divaksin kedua, logam akan menempel ke tubuh karena kandungan magnet. Hal itu tentu dibantah pihak terkait.

Ketua Indonesia Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI) Prof Sri Rezeki Hadinegoro menyatakan, persoalan tersebut perlu dikaji. Menurut dia, lubang jarum suntik sangat kecil sehingga tidak ada partikel magnetis yang bisa melewati. ”Vaksin berisi protein, garam, lipid, pelarut, dan tidak mengandung logam,” ujarnya.

Bantahan juga diutarakan Jubir Vaksinasi Covid-19 Kemenkes Siti Nadia Tarmizi. Dia mengatakan, vaksin mengandung bahan aktif dan nonaktif. Bahan aktif berisi antigen, sedangkan bahan nonaktif berisi zat untuk menjaga kualitas vaksin agar masih baik saat disuntikkan.

Jumlah cairan yang disuntikkan hanya 0,5 cc dan akan menyebar di seluruh jaringan sekitar. Tidak ada cairan yang tersisa di bekas suntikan. ”Sebuah logam dapat menempel di permukaan kulit yang lembap biasanya disebabkan keringat,” ucapnya.

Sementara itu, pemerintah terus berupaya mengantisipasi virus Covid-19, khususnya varian baru, agar tidak meluas persebarannya. Sebab, varian baru diketahui lebih ganas dan memiliki laju penularan lebih cepat.

Varian tersebut adalah B.1617.2 yang beberapa hari lalu diketahui telah menular kepada 33 tenaga kesehatan RSUD Cilacap. Mereka tertular saat menangani anak buah kapal (ABK) asal Filipina yang berlabuh di Pelabuhan Cilacap. Setidaknya, ada 14 kasus mutasi setelah dilakukan skrining terhadap ABK Filipina tersebut.

Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy mengatakan, saat ini belum ada tanda-tanda persebaran secara luas dari varian baru tersebut. Kendati begitu, sumber-sumber penularan terus diwaspadai. Misalnya, perhatian khusus di pintu masuk perbatasan Kalimantan dan Sumatera.

”Karena dari Sumatera banyak pekerja migran kita maupun sanak saudaranya yang menyeberang lewat jalur tidak resmi. Sehingga di luar pengendalian kita,” paparnya. Selain itu, pemerintah masih mewaspadai arus balik Lebaran, terutama dari Sumatera.

Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Prof Ari Fahrial Syam menuturkan, pengendalian Covid-19 di Indonesia harus menjadi konsentrasi bersama. ”Jangan sampai kendur,” katanya kemarin.

Ari mengingatkan, negara tetangga seperti Malaysia saat ini memasuki masa krisis penanganan Covid-19. Jumlah kasus baru dalam beberapa hari terakhir ini tertinggi selama pandemi. Kondisi di Malaysia bisa memicu eksodus penduduk migran Indonesia di sana untuk pulang kembali ke tanah air.

Fenomena itu tentu bisa berpotensi membawa virus Covid-19 dari Malaysia masuk ke Indonesia. Selain itu, kewaspadaan harus tetap tinggi karena kemunculan kasus mutan virus Covid-19 di Indonesia semakin deras.

”Peningkatan jumlah kasus mutan dari India B.1.617+ mencapai 46,5 persen dalam empat minggu terakhir di Indonesia,” ungkapnya. (jpc)

Exit mobile version