Site icon KaltengPos

Kafe Diterpa Isu Sarang LGBT, Pengunjung Menurun Drastis

KAFE VIRAL:Pihak kelurahan, kepolisian dan TNI saat mengunjungi Kafe King Ruzhly, Jalan Mahir Mahar, Kelurahan Kereng Bengkirai, kemarin (28/9). FOTO: FOTO: ARIEF PRATHAMA/KALTENG POS

PALANGKA RAYA-Baru mereda penolakan terhadap komunitas lesbian, gay, biseksual, dan transgeder (LGBT) di Kota Palangka Raya, kini muncul lagi isu serupa. Kafe King Ruzhly diterpa kabar tak sedap. Kafe yang terletak di Jalan Mahir Mahar, Kelurahan Kereng Bengkirai itu disebut-sebut menjadi sarang atau tempat berkumpulnya kelompok terlarang ini. Isu tersebut muncul dari sebuah video pendek dan viral di media sosial.

Pemilik Kafe, Suel, mantan petinggi Satpol PP di Kota Palangka Raya ini secara tegas mengatakan bahwa informasi dalam video itu sama sekali tidak benar. Pernyataan ini disampaikan Suel saat kunjungan pihak kelurahan, polisi, dan TNI ke kafenya pada Rabu siang (28/9). Hadir pula Lurah Kereng Bangkirai Fitriyaturrahman, Kapolsek Sebangau Ipda Ali Mahfud, dan Danramil Mayor Inf Rudiyanto.

“Saya selaku pemilik Kafe King Rizuhly menanggapi yang sedang viral saat ini yang menyatakan kafe ini sarang LGBT, itu sama sekali tidak benar,” tegas Suel.

Suel pun menjelaskan perihal peristiwa yang sebenarnya terjadi dalam video viral itu. Menurutnya itu merupakan upaya pihak keamanan kafe untuk melerai perkelahian antarpengunjung.

“Itu melerai orang mau ribut, orang mau kelahi, itu yang dipegang-pegang belakangnya dan yang satu yang dibilang orang LGBT, itu orang lagi bisik-bisik, karena musik terlalu nyaring, jadi telinga orang itu didekatkan supaya bisa kedengaran, bukan orang berciuman,” terangnya.

Suel memastikan hal tersebut karena dirinya berada di lokasi saat peristiwa itu terjadi, tepatnya pada Sabtu malam (24/9). Akibat viralnya video itu, Suel mengaku pihaknya sangat dirugikan. Pemilik kafe tidak pernah dikonfirmasi atau diberikan kesempatan untuk memberikan klarifikasi, baik oleh pihak perekam video maupun media yang pertama kali menyebarluaskan informasi tentang kafe yang menjadi  sarang kelompok LGBT.

“Mereka yang bilang di sini sarang LGBT, datang ke sini pun enggak pernah, juga enggak lihat langsung kondisi di sini untuk konfirmasi, hanya berdasarkan konten video yang viral itu, lalu langsung memvonis di sini sarang LGBT,” ucap Suel dengan nada kecewa.

“Saya masih menyimpan rasa sakit hati dan dendam kepada mereka yang membuat berita seperti itu,” sambungnya.

Suel mengatakan akan meminta pertanggungjawaban dari pihak yang sudah menyebarluaskan informasi tidak benar terkait kafenya tersebut. Termasuk meminta pertanggungjawaban dari salah satu media online yang pertama kali menyebarluaskan pemberitaan terkait video viral itu.

Tindak lanjut pertanggungjawaban yang dimintanya adalah permintaan maaf secara adat Dayak, yang harus disampaikan secara langsung kepadanya oleh pihak yang telah menyebarkan informasi tersebut.

“Tadi mereka ada bilang mau minta maaf, boleh minta maaf, tapi saya bilang; kami orang Dayak, kalau minta maaf itu ada caranya, ada adat budayanya, bukan minta maaf begitu saja, ada ritualnya yang harus kita laksanakan,” tegas Suel.

Secara menyebut bahwa konsekuensi bila ritual adat permintaan maaf secara adat Dayak tidak dipenuhi akan sangat fatal. Konsekuensinya bisa berakibatkan kematian bagi pihak yang terbukti telah melakukan suatu kebohongan.

“Isu itu sengaja untuk mencemarkan nama baik kafe kami, jadi kami sangat dirugikan” kata Suel ketika diwawancarai secara terpisah.

Ia menuturkan, setelah muncul kabar yang menyebut kafenya sebagai sarang LGBT, jumlah pengunjung dalam beberapa hari ini belakang ini merosot drastis. “Dari malam Senin, Selasa, dan Rabu hampir enggak ada pengunjung, sedikit saja,” terang Suel.

Suel juga menjelaskan, sebelum video tersebut muncul dan viral, pihaknya bisa mendapat penghasilan kotor berkisar 1 juta hingga 5 juta rupiah per hari. Namun semenjak adanya video itu, pendapatan sehari tidak sampai Rp300 ribu. “Luar biasa drastis penurunannya dalam satu malam,” keluh Suel.

Terhadap semua pihak yang sudah menyebarkan kabar tak benar terkait kafenya, Suel memberi waktu satu minggu untuk menyampaikan permintaan maaf. Jika tidak, maka pihaknya akan melaksanakan ritual sumpah adat secara suku Dayak.

Suel berharap kedatangan para pejabat kali ini bisa memperjelas duduk persoalan dan memberikan informasi kepada masyarakat terkait apa yang sebenarnya terjadi di kafe miliknya itu.

“Saya harap sesudah adanya konfirmasi dan klarifikasi ini, masyarakat bisa datang lagi ke sini untuk menghibur diri di sini, supaya tidak stres dan bisa semangat lagi untuk bekerja,” tutupnya.

Sementara itu, Lurah Kereng Bangkirai Fitriyaturrahman mengatakan, kedatangan pihaknya beserta aparat keamanan ke Kafe King Rizuhly adalah untuk membuktikan kebenaran informasi yang termuat dalam video viral yang menyebut bahwa kafe tersebut sebagai sarang kelompok LGBT.

Dikatakan Fitraturrahman, munculnya kabar tersebut telah menimbulkan keresahan di tengah masyarakat. Namun melalui kunjungan tersebut, pihaknya bisa mendapatkan klarifikasi langsung dari pemilik kafe terkait apa yang sebenarnya terjadi dalam video tersebut. Pihaknya memastikan bahwa informasi yang menyebut Kafe King Rizuhly merupakan sarang LGBT sebagaimana isi video viral tersebut adalah tidak benar. (sja/*irj/ce/ala)

Exit mobile version