Site icon KaltengPos

Jaga Stabilitas Harga Jelang Puasa

PANGAN MAHAL: Harga sejumlah bahan pokok mengalami kenaikan menjelang bulan puasa. Aktivitas jual beli di Pasar Besar, Palangka Raya, Selasa (29/3).

TPID Kabupaten/Kota Harus Memantau Berkala di Pasar

PALANGKA RAYA-Hari besar keagamaan nasional (HKBN) berdampak pada peningkatan permintaan masyarakat terhadap sejumlah bahan kebutuhan pokok. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Kalteng, selama tiga tahun terakhir tercatat selama bulan Ramadan dan Idulfitri, harga beberapa komoditas mengalami kenaikan.

Yang sering mengalami kenaikan permintaan yakni beras, bawang putih, daging ayam ras, ikan gabus, minyak goreng, dan gula pasir. Melonjaknya permintaan konsumen mengakibatkan peningkatan inflasi. Kondisi ini selalu berulang tiap tahun.

“Tentu perlu kita antisipasi dan waspadai secara bersama-sama melalui sinergi Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) dan berbagai pihak terkait, sehingga laju kenaikan inflasi dapat ditekan,” kata Wakil Gubernur Kalteng H Edy Pratowo saat membuka high level meeting TPID se-Kalteng dan rapat koordinasi dalam rangka stabilisasi harga dan ketersediaan barang kebutuhan pokok menjelang ramadan dan lebaran, di Aula Jayang Tingang, Kantor Gubernur Kalteng, Selasa (29/3).

Pihaknya meminta kepada seluruh TPID tingkat provinsi maupun kabupaten/kota serta dinas/instansi terkait agar melakukan pemantauan secara berkala kecukupan stok atau ketersediaan barang-barang kebutuhan pokok di pasaran. Perlu ada koordinasi dan bersinergi antarinstitusi untuk memastikan ketersediaan dan kelancaran distribusi barang selama bulan Ramadan dan Idulfitri.

“Selain itu juga melakukan operasi pasar dalam rangka menjaga keterjangkauan harga kebutuhan pokok di masyarakat selama bulan puasa dan menjelang lebaran,” ungkapnya.

Wagub juga meminta pemerintah daerah untuk terus mengimbau masyarakat untuk berbelanja secara bijak baik offline maupun online. TPID diharapkan melakukan kajian terhadap kemungkinan opsi stabilitas harga jangka panjang dengan memanfaatkan badan usaha milik daerah (BUMD). Namun terlebih dahulu harus melakukan studi banding ke daerah-daerah yang telah menerapkan sistem tersebut.

“Kepada para pengusaha diminta agar segera melakukan antisipasi kemungkinan lonjakan kebutuhan masyarakat, dengan memastikan stok atau ketersediaan barang cukup untuk memenuhi permintaan masyarakat,” tegasnya.

Terlebih, lanjut dia, konflik yang terjadi antara Ukraina dan Rusia diharapkan tidak berdampak pada inflasi di Kalteng. Untuk itu, melalui rakor ini dapat dilakukan antisipasi dengan mengambil beberapa langkah strategis.

“Nantinya kami akan siapkan pasar murah atau operasi pasar,” ujarnya.

Pihaknya berharap selama bulan puasa dan jelang lebaran nanti tidak terjadi lonjakan harga kebutuhan pokok. Untuk itu, perlu dipastikan ketersediaan atau stok barang mencukupi kebutuhan selama satu bulan, agar harganya tetap stabil.

“Kalau nanti ada kenaikan, dinas teknis seperti disperindag dan diskop UMKM akan mengambil langkah yang diperlukan, misal operasi pasar atau menggelar pasar murah,” sebutnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disdagprin) Kalteng Aster Bonawaty mengatakan, rakor tersebut digelar untuk penguatan strategi, sinergi, dan koordinasi dalam mendukung pengendalian inflasi se-Kalteng di tengah pandemi Covid-19 khususnya persiapan menjelang bulan Ramadan, mendukung ketahanan pangan, dan menjaga daya beli masyarakat.

“Sekaligus melakukan koordinasi dengan pihak-pihak terkait, dalam rangka menjaga kestabilan harga dan ketersediaan pasokan barang kebutuhan pokok menjelang ramadan dan lebaran,” ucapnya.

Termasuk memantau kesiapan daerah dalam menjaga kelancaran arus distribusi barang kebutuhan pokok, sehingga masyarakat dapat menjalankan ibadah puasa dan lebaran dengan tenang hati,” ucapnya.

Harga Sejumlah Bahan Pokok Naik

Berdasarkan pantauan Kalteng Pos di lapangan, Selasa (29/3), harga beberapa bahan pokok mengalami kenaikan menjelang Ramadan. Di Pasar Besar dan Pasar Kahayan, harga cabai, bawang merah, bawang putih, daging ayam, dan daging sapi naik bervariasi.

Cabai rawit merah yang dijual di Pasar Besar, harganya tembus Rp70-80 ribu per kilogram. Padahal harga normalnya Rp40-45 ribu per kilogram.

“Ini belum bisa kami bilang turun, karena normalnya di bawah Rp70 ribu. Harga cabai hari ini (kemarin, red) tetap naik meski naiknya enggak terlalu banyak. Pada hari-hari besar keagamaan, harga cabai naik dratis dan bisa tembus Rp100.000 per kilogramnya,” ucap Minah, salah satu pedagang cabai di Pasar Besar, kemarin.

Masih di kategori cabai, harga cabai sayur juga mengalami kenaikan, berada di angka Rp40.000 per kilogram. Cabai merah keriting dijual seharga Rp70.000 per kilogram.

Sebagian besar cabai yang dijual di Kota Palangka Raya disuplai dari wilayah Banjarmasin, Kalimantan Selatan. ”Saya ngambil cabai ini dari Banjar, langsung dijual ke pasar kalau stok di rumah enggak ada,” ungkapnya.

Sementara itu, Siti yang merupakan pedagang bawang mengatakan, saat ini harga bawang merah juga mengalami lonjakan. Naik dari Rp29.000 per kilogram menjadi Rp35.000 per kilogram. Sedangkan bawang putih dijual seharga Rp32.000 per kilogram. Ada kenaikan dari harga normalnya Rp27.000 per kilogram.

”Harga bawang engak terlalu naik, sedikit aja naiknya, karena mau bulan Ramadan ini. Biasanya kalau menjelang hari raya, baru naiknya agak lebih tinggi,” tuturnya.

Sementara itu, daging ayam potong dijual dengan kisaran harga Rp34.000-36.000 per kilogram. Ada kenaikan dari harga normalnya Rp33.000 per kilogram. Kenaikan ini merupakan sekian kalinya dalam sebulan terakhir.

“Dari kandangnya sudah naik harga. Sudah beberapa kali harga daging ayam naik dalam bulan ini. Biasanya kalau turun pun cuma Rp1.000, terus naik kembali bisa sampai Rp3.000,” ucap Amin, pedagang daging di Pasar Besar, Selasa (29/3).

Ia juga mengatakan, memasuki bulan Ramadan nanti, ada kemungkinan harga daging ayam potong naik lagi. Diperkirakan bisa menyentuh angka Rp40.000 per kilogram.

Harga daging sapi berkisar Rp125.000-Rp130.000 per kilogram. “Ini sudah naik, mas. Biasanya kisaran Rp120.000. Apalagi masyarakat banyak yang beralih ke daging beku,” ucap Marlin, pemilik kios daging.

Menurutnya, harga daging akan terus naik hingga mendekati lebaran. Untuk menjamin stok daging, ia sering menyembelih sendiri, karena punya beberapa ekor sapi di kandang miliknya.

“Kemungkinan harganya terus naik, apalagi mendekati lebaran nanti, harganya bisa sampai Rp150.000 per kilogram,” tuturnya.

Terpisah, Siti selaku penjual daging ayam di Pasar Kahayan, mengakui jika harga daging ayam mengalami kenaikan. Pada Senin (28/3), harga jual masih di angka Rp39.000 per kilogram. Namun kemarin harganya naik lagi menjadi Rp40.000 per kilogram.

“Harga daging ayam naik seribu rupiah setiap hari,” sebutnya.

Bergeser ke daging sapi, Sarah yang merupakan pedagang daging sapi di Pasar Kahayan mengatakan, pada minggu lalu daging sapi dijual seharga Rp125.000 per kilogram. Namun saat ini dijual Rp140.000 per kilogram.

“Harga daging sapi akan tetap Rp140.000 selama bulan puasa, tapi bakalan naik menjelang lebaran nanti,” katanya.

Masih dari Pasar Kahayan, Hadi yang merupakan pedagang bawang menyebut bahwa saat ini bawang merah dijual seharga Rp40.000 per kilogram. Padahal sebelumnya dijual Rp35.000 per kilogram. Sementara untuk bawang putih dijual Rp35.000 per kilogram. Ada kenaikan Rp3.000 dari harga jual sebelumnya. “Biasanya harga bahan pokok naik pas bulan puasa,” ujar Hadi sembari melayani pelanggan.

Di sisi lain, meski penetapan harga eceran tertinggi (HET) minyak goreng telah dicabut dan harganya dikembalikan ke mekanisme pasar, tapi para pedagang belum berani untuk menjual produk minyak goreng merek premium. Berdasarkan pantauan Kalteng Pos pada Selasa (29/3), minyak goreng salah satu merek dijual dengan harga Rp25 ribu per liter.

Salah satu pedagang minyak goreng di Pasar Besar, Caca, menyebut merek minyak goreng yang dijualnya adalah M&M. “Karena merek Sania masih mahal dan Bimoli masih kosong, jadi enggak berani jual,” sebutnya.

Meski harga jual minyak goreng tinggi,akan tetapi warga mau dan tidak mau membeli karena terdesak kebutuhan. “Kami berharap harga minyak goreng stabil, terutama untuk masyarakat ekonomi menengah ke bawah,” tuturnya.

Hal serupa disampaikan pemilik Toko Nazwa di kompleks Pasar Kahayan. “Harga minyak goreng mahal sekarang ini, tapi barangnya ada, mbak” ucapnya sembari meminta namanya tak dipublikasikan.

Lebih lanjut dikatakannya, harga minyak goreng merek MM mencapai Rp25 ribu per liter, Sunco dan Sania Rp28.000 per liter, dan minyak curah Rp10.000 setengah liter. Pihaknya tak berani menjual merek Tropical dan Bimoli karena akan jauh lebih mahal. ”Tidak berani jual yang merek terkenal, karena peminatnya juga kurang. Pembeli di toko saya banyak yang berminat dengan minyak curah sih, karena dianggap lebih murah,” sebutnya. (*fzn/*irj/*isb/*rky/*pwn/abw/ce/ala/ko)

Exit mobile version