PALANGKA RAYA-Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kalteng tak henti-hentinya melaksanakan vaksinasi Covid-19. Seiring dengan terus bertambahnya suplai vaksin di Indonesia dan yang dikirim ke daerah, Pemprov Kalteng menargetkan penyuntikan vaksinasi Covid-19 kepada 14 ribu warga Kalteng per harinya.
Vaksinasi di Kalteng ini sudah dilakukan sesuai tahapan, hingga pada akhirnya seluruh kelompok hampir tersentuh vaksinasi. Dimulai dari vaksin tahap pertama yang diperuntukkan bagi tenaga kesehatan, pelayan publik, lanjut usia (lansia), pelajar, hingga vaksinasi untuk para ibu hamil.
“Iya, jadi target kita dalam sehari ini sebanyak 14 ribu orang disuntik vaksin,” ucap Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kalteng Suyuti Syamsul saat dikonfirmasi, Selasa (31/8).
Dikatakannya, hingga saat ini capaian vaksinasi se-Kalteng sudah 25,8 persen untuk dosis pertama dan 16,46 persen dosis kedua. Sedangkan ketersediaan vaksin di Kalteng per 29 Agustus, vaksin Coronavac (Sinovac) sebanyak 74.966 dosis, vaksin Astrazeneca 14.478 dosis, dan vaksin Moderna untuk nakes dosis dua dan tiga sebanyak 55.953.
“Alokasi vaksin se-Kalteng itu berada di 983.176 dosis, yang sudah terpakai secara keseluruhan 860.435 dosis,” ungkapnya kepada Kalteng Pos.
Dijelaskannya, hingga saat ini vaksin yang tersisa di Kalteng berada di angka 145.397 dosis, dengan stok terbanyak berada di Kota Palangka Raya dengan total 38.618 dosis. Sementara yang paling sedikit di Kabupaten Lamandau dengan jumlah 1.682 dosis.
“Pelaksanaan vaksinasi ini juga tergantung dengan ketersediaan vaksinnya, tapi pada bulan ini dan bulan depan Pemerintah Indonesia akan menerima vaksin cukup banyak yakni sekitar 77 juta dosis, sehingga bisa memudahkan kami dalam mencapai target vaksinasi di Kalteng,” pungkasnya.
Sementara itu, sasaran vaksinasi di Kalteng sudah menyasar para ibu hamil. Direktur Rumah Sakit (RS) dr Doris Sylvanus (RSDS) Palangka Raya Yayu Indriaty mengatakan, vaksinasi ini bertujuan memberikan kekebalan tubuh kepada para ibu hamil. Terkait dengan keadaan kesehatan janin, tentu saja akan ada dampak. Namun secara umum dari hasil penelitian, vaksinasi ini dinyatakan sehat dan aman karena sudah melalui pengujian laboratorium.
“Kami juga berikan fasilitas jika ada keluhan, dan sebelum kami lakukan pemeriksaan di Kalteng, sudah dilakukan di daerah lain, kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) yang terjadi itu pada tataran ringan,” ucapnya.
Pihaknya berharap dengan adanya vaksinasi ini dapat memberikan perlindungan kepada para ibu hamil. Lantaran angka kematian di RSDS terhadap ibu hamil yang terpapar Covid-19 cukup tinggi. “Itu cukup memprihatinkan, banyak ibu hamil terdampak kasus ini,” tegasnya.
Yayu menyebut, ibu hamil biasanya mengalami peningkatan metabolisme akibat kehamilannya. Diafragmanya pun terganggu. Apabila terpapar Covid-19, ibu hamil akan mudah mengalami gangguan paru-paru. Dengan demikian ibu hamil yang terdampak Covid-19 akan mengarah pada keburukan.
“Itu yang ingin kami hindari, sehingga dengan memberikan kekebalan tubuh kepada ibu hamil, apabila mereka tertular virus ini, akan mengalami gejala rendah dan bisa mempertahankan kehamilan, sehingga mengurangi risiko kematian ibu dan bayi,” pungkasnya.
Sementara itu, Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengatakan bahwa Presiden Joko Widodo tetap menekankan harus tercapainya angka 100 juta orang yang divaksin dalam waktu dekat. Vaksinasi ini merupakan salah satu cara untuk transisi dari pandemi ke epidemi.
“Perubahan perilaku, deteksi dini yang baik, dan vaksinasi harus dilakukan secara bersamaan, tidak bisa bergantung pada salah satu strategi saja,” katanya.
Vaksinasi Covid-19 merupakan syarat untuk mengakses fasilitas publik. Misalnya untuk berpergian menggunakan transportasi umum, harus menunjukkan sertifikat vaksinasi.
“Indonesia yang awalnya di-bully vaksinasi akan selesai 10 tahun, insyaallah sekarang ranking 6 sedunia untuk orang yang divaksinasi,” ujar Budi.
Budi menyatakan bahwa pemerintah menargetkan jumlah pemberian vaksin Covid-19 akan terus meningkat. Sebelumnya, 50 juta suntikan tercapai dalam 26 minggu. Lalu saat ini pemerintah akan mengejar 50 juta suntikan dalam tujuh minggu. “Selanjutnya mungkin dalam lima minggu,” beber Budi. (abw/ce/ala)