MUARA TEWEH-Euforia menyambut Liga 3 zona Kalteng sejak lama menggema. Klub-klub peserta yang lolos verifikasi sudah mempersiapkan diri menyambut kompetisi sepak bola tertinggi level Provinsi Kalteng tersebut. Sayangnya, kegembiraan pencinta sepak bola sirna seketika. Kemelut datang tiba-tiba. Kota Muara Teweh, Kabupaten Barito Utara (Batara) dibatalkan sebagai tuan rumah. Tak ayal sejumlah spekulasi pun mencuat. Hal itu membuat Bupati Batara H Nadalsyah angkat bicara.
Bupati yang akrab disapa H Koyem ini mengungkapkan, Asprov PSSI Kalteng mengadakan rapat. Salah seorang anggota Exco PSSI Kalteng melapor kepada Koyem, bahwa waktu diadakannya rapat, Ketua Asprov PSSI Kalteng Ir Leonard S Ampung menjelaskan jika pembatalan Muara Teweh sebagai tuan rumah atas perintah pimpinan.
Diutarakan Koyem, seharusnya pemerintah tidak boleh mencampuri urusan persepakbolaan, karena PSSI punya statuta tersendiri. “Ada Askab, Asprov, PSSI pusat, dan FIFA. Ke gubernur selaku kepala daerah itu hanya minta persetujuan dan melaporkan saja, tapi tidak bisa mengintervensi,” kata Nadalsyah kepada wartawan, Senin (3/1).
Selain itu, imbuh dia, adanya intervensi pemerintah seperti ini membuat klub-klub dirugikan. “Jadi itulah mengapa Liga 3 batal dilaksanakan di Kabupaten Barito Utara dan dipindahkan ke Palangka Raya,” tutur bupati didampingi Wabup Sugianto Panala Putra dan Sekda Muhlis.
Koyem menegaskan, mengenai pengajuan ke jalur hukum, tergantung Askab dan panitia pelaksana. “Kalau kami sebagai pemerintah cuma mendorong saja, karena PSSI punya statuta tersendiri, tidak bisa diintervensi. Akan tetapi menyangkut nama baik daerah kita, pemerintah daerah akan membantu,” tegasnya
Dalam kesempatan tersebut, Koyem juga menyinggung Gubernur Kalteng Sugianto Sabran. Ia mengingatkan gubernur agar tidak mendengar bisikan-bisikan yang menyebutkan Bupati Batara pasang dua kaki dalam pilgub.
“Demi Allah, kualat saya apabila saya pasang dua kaki (dalam pilgub), saya betul-betul tulus dan ikhlas untuk membantu beliau (H Sugianto Sabran) dua periode menjadi gubernur,” tegasnya.
“Saya bersumpah di sini supaya publik mengetahuinya, karena saya mendengar bisik-bisik bahwa kalau saya tidak sepenuhnya membantu Gubernur Sugianto Sabran untuk menjadi gubernur,” ucapnya seraya mengingatkan bahwa dirinya merupakan tim sukses Sugianto Sabran dalam pemilihan gubernur.
Terpisah, Asosiasi Kabupaten (Askab) Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) Barito Utara membeberkan kemelut Liga 3 zona Kalteng. Ketua Askab PSSI Batara Mustafa Joyo Muchtar menyampaikan, awalnya Ketua Asprov PSSI Kalteng Ir. Leonard S Sampung, M.M., M.T. telah mengeluarkan Surat Keputusan (SK) Nomor: SKEP/10/ASPROV.KALTENG/PanLIGA3/XII-2021, yang isinya menetapkan kompetisi Liga 3 Asprov PSSI Kalteng 2021 dilaksanakan di Kota Muara Teweh, Kabupaten Barito Utara dan dimulai dari 23 Desember 2021 – 3 Januari 2022.
Bahkan SK tersebut punya lampiran yang berisi susunan panitia pelaksana kompetisi Liga 3 Asprov PSSI Kalteng di Muara Teweh, Kabupaten Barito Utara 2021. Sebelum keputusan itu keluar, terang dia, Persatuan Sepakbola Muara Teweh (PSMTW) mengirim surat pada 7 Desember 2021, perihal permohonan sebagai tuan rumah Liga 3 disertai formulir A-4.
Gayung bersambut, Asprov PSSI Kalteng turun lapangan guna melihat kelayakan lapangan dan perizinan. Selanjutnya, terbit Surat Asprov PSSI Kalteng Nomor: 65/ASPROV.PSSI/KALTENG/XII-2021 tanggal 20 Desember 2021, ditujukan kepada klub anggota PSSI Kalteng yang berkompetensi di Liga 3. Yakni PSMTW Muara Teweh, Sylva Kalteng FC, Adhyaksa FC, Persemas Jenamas, Kalimantang Sport FC, Barito Selatan FC, dan Persepar Palangka Raya.
Surat tersebut ditandatangani Sekretaris Umum Asprov PSSI Kalteng H Elbadi Fardian. Dia menyampaikan, kompetisi Liga 3 zona Kalteng rencananya dilaksanakan 23 Desember 2021 sampai 3 Januari 2022 di Stadion Swakarya Muara Teweh. Kemudian pendaftaran pemain dan ofisial sampai 24 Desember 2021. Selain itu, workshop IT dan manager meeting dilaksanakan 27 Desember 2021 di Kota Muara Teweh.
Selain itu, Sekum Asprov PSSI Kalteng menyampaikan, pelaksanaan kompetisi di tingkat nasional dimulai Januari 2022. Peserta yang mengikuti Liga 3 harus memenuhi persyaratan administrasi, mendapat pengesahan di kongres Asprov, serta melunasi iuran tahunan. Hal teknis yang dikemukakan Asprov PSSI Kalteng, mengenai usia pemain mesti kelahiran 1 Januari 1999 – 31 Desember 2003, ditambah lima pemain senior.
Setelah mendapat dasar yang kuat ini, Askab PSSI Batara membuat persiapan maksimal. Mulai dari pembenahan lapangan, dekorasi lapangan dengan spanduk, umbul-umbul, maupun menggelar sejumlah rapat. Tak lama kemudian, Sekum Asprov PSSI Kalteng H Elbani Fardian mengeluarkan surat Nomor: 67/ASPROV.PSSI/KALTENG/XII-2021 perihal drawing grup Liga 3 Zona Kalteng 2021 yang dilaksanakan pada 25 Desember 2021.
Hasilnya, Grup A mempertemukan Barito Selatan FC, Adhyaksa FC, Sylva Kalteng FC, dan Persepar. Grup B mempertemukan PSMTW, Persemas, dan Kalimantang Mura. Akhirnya, jelang kick off Liga 3, lima klub sudah berada di Muara Teweh. Tak hanya itu, pemain telah melakukan latihan-latihan ringan di Lapangan Stadion Swakarya Muara Teweh.
Mendekati dua hari kick off, secara mendadak Asprov PSSI Kalteng mengeluarkan surat penundaan kompetisi PSSI Liga 3 Kalteng 2021. Surat tertanggal 26 Desember 2021 itu menyebut, menindaklanjuti hasil drawing Liga 3 zona Kalteng melalui virtual meeting yang dihadiri enam klub, panitia pelaksana, dan Asprov PSSI Kalteng, maka pelaksanaan manager meeting dan jadwal kick off putaran Provinsi Kalteng ditunda.
“Surat Asprov mengenai penundaan ini tidak menjelaskan alasan penundaan. Tentunya kami keberatan dengan keputusan itu. Terlebih klub yang sudah tiba di Muara Teweh,” tegas Mustafa Joyo Muchtar.
Selain itu, ungkap dia, tidak ada penjelasan sampai kapan waktu penundaannya. Tiba-tiba muncul pernyataan Asprov PSSI Kalteng yang membatalkan Muara Teweh sebagai tuan rumah Liga 3. Selanjutnya diadakan technical meeting tanggal 31 Desember 2021 di Palangka Raya. Dari tujuh klub peserta, hanya perwakilan satu klub yang hadir, sehingga Asprov PSSI Kalteng memutuskan tidak menyelenggarakan Liga 3 zona Kalteng 2021.
“Akibat pembatalan ini, ada kerugian yang dialami klub yang telah bersiap mengikuti kompetisi. Selain itu kerugian dari panitia karena sudah melakukan persiapan,” tutur Mustafa.
Anggota DPRD Batara dari Partai Gerindra itu tetap berharap agar Liga 3 ini diselamatkan. Jika tidak terselenggarakan, imbasnya sangat banyak. Bukan hanyar kerugian klub, tapi prestasi dan karier pemain yang tidak dapat tersalurkan bahkan terhambat. “Semoga ini menjadi perhatian PSSI pusat dan pemangku kepentingan,” tutup Mustafa.
Pembatalan tersebut membuat peserta kompetisi Liga 3 kecewa, karena persiapan yang dilakukan selama berbulan-bulan terasa sia-sia. Seperti yang disampaikan oleh perwakilan tim Silva FC, Barsel FC, Kalimantang Persemura, dan Persemas Jenemas.
Manajer Kalimantang Persemura, Andri Irawan mengatakan bahwa dasar klubnya mengikuti Liga 3 adalah surat Asprov PSSI Kalteng dan penunjukan tuan rumah Muara Teweh.
“H-2 kami berangkat ke Muara Teweh, tapi kemudian ada surat penundaan pelaksanaan. Setelah ada kisruh pengurus, lalu ada surat yang menyatakan bahwa pelaksanaan akan digelar di Palangka Raya,” ucapnya kepada Kalteng Pos via telepon, Senin (3/1).
Setelah itu diundang panitia baru yang ditunjuk Asprov. Namun hanya dua klub yang mengikuti technical meeting di Palangka Raya. Timnya menyampaikan keberatan dan sangat kecewa karena kompetisi Liga 3 dibatalkan.
Motivasi sebagai tim baru ikut turnamen ini adalah ingin memajukan Liga 3 dengan kompetisi dan persaingan yang ketat. “Padahal sebentar lagi akan melaksanakan kongres. Jadi itu bisa menjadi ajang gontok-gontokan dan disampiakan keberatan di kongres, bukannya mengorbankan Liga 3, terutama tim yang sudah siap,” tegasnya.
Disampaikannya juga, pihaknya tidak setuju jika kompetisi dilaksanakan di Palangka Raya. Salah satu pertimbangan bahwa Muara Teweh sudah membuat persiapan 99 persen. Juga pertimbangan pembiayaan.
“Kami juga kecewa bahwa surat kami dapat melalui grup WhatsApp, dan kami belum menerima surat secara resmi dari Asprov terkait pembatalan. Jika memgatakan tim tidak siap, ini pernyataan yang kurang pas, karena kami sudah menyiapkan sejak awal,” lanjutnya.
Pihaknya juga berharap agar siapapun yang memimpin Asprov ke depan tetap mengedepankan kepentingan bersama dan mengutamakan pembinaan pemain.
Terpisah, pelatih Sylva FC Jerry Yunus menjelaskan bahwa pihaknya tidak tahu soal permasalahan internal Asprov yang berujung pembatalan Liga 3. “Saat technical meeting pertama, panpel di Muara Teweh, dan tanggal 27 sudah berada di Muara Teweh. Kemudian muncul penundaan. Selanjutnya ditarik ke Palangka Raya untuk pelaksanaan Liga 3. Saat TM, yang mengikuti hanya dua tim yaitu Mura dan Silva. Jika ada 4 tim yang siap, kami kira tidak akan ada pembatalan,” jelasnya.
Sebagai tim peserta, tentu pihaknya sangat kecewa. Pihaknya berharap agar Asprov berbenah diri dalam hal manajemen, komunikasi, serta vigur yang benar-benar menyisihkan waktu untuk kemajuan sepak bola Kalteng.
“Jangan ada politisasi di sepak bola. Jangan sampai ke depan Asprov yang akan mencari klub. Jika semua tim tidak aktif, maka akan kesulitan menggelar sebuah kompetisi seperti Liga 3 ini,” sebutnya.
Sementara itu, Sekretaris Barsel FC Rudianto menjelaskan, kendati timnya tidak hadir dalam Zoom meeting, tapi tetap menunggu keputusan rapat. “Ternyata hanya Silva FC yang siap, padahal kami sudah beberapa hari ada di Muara Teweh, tentunya operasional sudah berjalan, akhirnya kami putuskan untuk tidak ikut Liga 3,” tegasnya.
“Peserta sudah ada, tentu kami sangat kecewa karena penundaan ini, apalagi sudah ada pengeluaran selama ini. Kami harapkan agar Asprov berbenah. Dengan pelaksanaan kongres nanti, diharapkan terpilih orang yang benar-benar mau bekerja untuk kemajuan sepak bola Kalteng, bukan karena ada muatan politiknya,” tutur pria yang juga menjabat Sekum Askab Barsel itu.
Rahmat Kartolo yang menjabat Sekretaris Persemas Jenamas juga menyampaikan kekecewaan. Pihaknya tidak akan melakukan pengunduran diri apabila pelaksanaan kompetisi tetap dilaksanakan di Muara Teweh.
“Namun yang membuat kisruh adalah adanya pembatalan kompetisi. Kami menginginkan pelaksanaan di Muara Teweh dan memang sejak awal ditentukan di sana. Makanya kami sangat kecewa. Niat untuk memajukan sepak bola dibatalkan dengan tidak adanya solusi atau jalan keluar,” ungkapnya.
Pihaknya menginginkan ganti rugi pengeluaran tim selama ini, jika kompetisi digelar di Palangka Raya. Namun hal itu tidak mendapat jawaban baik dari Asprov maupun panitia penyelenggara di Palangka Raya. (cah/nue/ce/ala)