Linda Lestari tampil mengesankan pada perhelatakan olahraga terbesar di Indonesia, PON XX di Papua. Meski dalam kondisi hamil tua, ibu muda kelahiran 1994 ini mampu membawa pulang dua medali sekaligus untuk Kalteng dari cabang olahraga (cabor) panahan.
EMANUEL LIU, Jayapura
KAMIS (7/10), semua kontingen cabor panahan Kalteng sejatinya sudah tiba di Kota Palangka Raya. Namun, Linda Lestari tidak diizinkan oleh pihak Bandara Sentani Jayapura untuk pulang menggunakan pesawat. Kondisi kandungan yang sudah memasuki usia sembilan bulan atau kurang lebih 37 minggu membuat atlet kelahiran Desa Tumbang Runen, Kecamatan Kamipang, Kabupaten Katingan ini tidak direkomendasikan untuk terbang.
Linda Lestari bersama Ketua Pengprov Perpani Kalteng Ade Supriadi dan pelatih cabor panahan Sapriatno terpaksa menunda untuk pulang ke Palangka Raya. Linda dibawa menuju Rumah Sakit (RS) Bhayangkara Jayapura untuk menjalani pemeriksaan dan ultrasonografi (USG). Setelah diperiksa, Linda akhirnya bisa bernapas lega. Dokter mengizinkan untuk penerbangan.
“Saya sudah diperbolehkan terbang oleh pihak Bandara Sentani dengan jadwal tanggal 9 Oktober (besok), tapi harus tes PCR lagi,” ucap Linda kepada Kalteng Pos, kemarin.
Linda menceritakan, sebelum bertolak ke Papua, usia kandungan saat USG 33/34 minggu. Kemarin (7/10) saat USG di Papua memasuki 37 minggu. “Sehingga untuk memastikan lagi, mereka melakukan USG ulang di RS Bhayangkara dengan dokter yang sama, dan saya pun dibolehkan terbang,” tegasnya.
Dikisahkannya, persiapan menghadapi PON kali ini dilakukan selama enam bulan. Meski dengan waktu kalahiran yang sudah sangat mepet, ia tak mau membatalkan keikutsertaan dalam ajang PON XX di Papua.
“Jadi kemarin mikirnya masih bisa berangkat dan pulang serta boleh mendapatkan rekomendasi dokter. Ditambah dengan kondisi kehamilan yang baik, maka saya bertekad dan memutuskan untuk tampil,” tambahnya.
Walau Linda merasa aman-aman saja, tapi pihak keluarga sangat khawatir dan takut. Namun Linda tetap optimistis tak akan ada kendala selama tampil. Terbukti ia bisa meraih dua medali.
Meski kali ini berhasil meraih medali perunggu, tapi bagi Linda evaluasi harus dilakukan. Sebab targetnya adalah mempertahankan perolehan medali cabor panahan yang pernah diraih di PON Jawa Barat, yaitu satu medali emas.
“Tetapi prediksi tahun ini pada meleset semua, karena baru meraih satu medali perak dan tiga medali perunggu untuk Kalteng, atlet yang diunggulkan pada cabor panahan juga kalah di perdelapan final, persaingan kali ini sangat ketat,” tuturnya.
Linda pun berharap agar cabor lain yang belum bertanding, seperti dayung nomor TBR dan bulu tangkis, bisa menambah koleksi medali untuk Kalteng, terutama medali emas.
Anak ketiga dari empat bersaudara yang saat ini bekerja sebagai tenaga kontrak di Dispora Katingan mengisahkan, sang suami sebenarnya sangat khawatir akan kondisi Linda yang nekat berangkat ke Papua. Namun karena ada rekomendasi dokter, akhirnya menyetujui keberangkatannya.
“Selama di Papua tidak ada ngidam yang belum tercapai, semuanya sudah tercapai, hanya emas yang enggak kesampaian,” ungkapnya sambil tertawa.
Bagi Linda, ini merupakan pengalaman pertamanya tampil di pertandingan dalam kondisi hamil. Karena itu ia sangat bersyukur bisa meraih dua medali sekaligus untuk Kalteng.
Linda juga mengakui bahwa dirinya punya semangat dan tekad yang kuat untuk tampil di PON XX Papua. Pada PON sebelumnya ia meraih medali perunggu dari nomor recurve mix team. Kali ini ia justru sukses meraih medali dari nomor perorangan recurve putri.
Linda menambahkan, sejumlah kejuaraan pernah diikutinya. Antara lain kejuaraan Word Cup 2018 di China, perebutan tiket Olimpiade Belanda (sempat main 16 besar beregu setelah Asian Games), dan beberapa kejuaraan lainnya. Sederet prestasi yang pernah diraih putri pasangan Juriansyah dan (alm) Rina antara lain, medali perunggu (mix team) pada PON Jawa Barat 2016, medali perak beregu SEA Games Malaysia 2017, Asia Cup stak 1 tahun 2018 meraih medali perunggu, dan SEA Games Filipina 2019 meraih medali perunggu.
Terpisah, Alex Edward (rekan atlet panahan) menuturkan bahwa Linda merupakan seorang wanita yang kuat menghadapi situasi maupun kondisi apapun.
“Kita tahu bahwa tidak mudah bagi seorang wanita hamil mengikuti pertandingan, ya. Semangatnya luar biasa. Kami semua salut dengan perjuangannya. Dibuktikannya dengan meraih medali,” ungkap Alex.
Sementara itu, Ketua Pengprov Perpani Kalteng Ade Supriandi mengatakan bahwa Linda merupakan atlet binaannya yang ulet dan bertanggung jawab dalam menyelesaikan tugas saat berada di lintasan tembak.
“Semangat yang ditunjukkan Linda patut menjadi contoh bagi atlet lainnya, meski dalam kondisi hamil tua, ia masih semangat bertanding untuk meraih hasil maksimal. Buktinya dua medali didapatkan. Ia bisa mengesampingkan urusan pribadinya karena motivasi yang tinggi untuk menjadi juara,” tutupnya. (*/ce/ala)