PALANGKA RAYA-Sepekan terakhir banjir rob atau banjir yang disebabkan meluapnya air pasang menerjang wilayah pesisir Kalteng. Fenomena alam ini menyebabkan permukiman warga di muara sungai dan bibir pantai tergenang. Tidak sedikit bangunan rumah hingga perahu nelayan yang dihantam banjir rob mengalami kerusakan sedang hingga parah. Masyarakat yang masih tinggal di pesisir diminta untuk tetap waspada.
Kabupaten Kapuas merupakan salah satu daerah yang dilanda banjir rob. Banyak desa/kelurahan yang berada di Kecamatan Selat, Dadahup, Kapuas Murung, Kapuas Hilir, Bataguh, dan Kapuas Kuala terdampak. Air menggenangi rumah warga, perkantoran, dan jalan di enam kecamatan tersebut.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kapuas Panahatan Sinaga membenarkan adanya banjir rob yang melanda beberapa wilayah di Kabupaten Kapuas. Untuk itu masyarakat diminta tetap waspada. “Cuaca yang memang kurang baik ditandai hujan disertai angin dan petir bisa menimbulkan air pasang,” ucap Panahatan Sinaga, Rabu (8/12).
Dikatakan Sinaga, pihaknya terus berkoordinasi dengan pihak desa/kelurahan serta kecamatan untuk proses pendataan serta langkah antisipasi. Juga berkoordinasi dengan BMKG terkait perkembangan cuaca.
“Ada peringatan dini terkait hujan petir disertai angin kencang yang menimbulkan air pasang/ banjir rob hingga tanggal 12 Desember 2021, jadi harus waspada,” tegasnya.
Terkait dampaknya, Sinaga menambahkan, pihaknya masih mengumpulkan data dan akan terus memberi sosialisasi dan imbauan kepada masyarakat, khususnya yang berada di bantaran sungai dan pesisir. “Tetap waspada dan hati-hati, khususnya terkait listrik dan hewan melata yang membahayakan,” tambahnya.
Panahatan Sinaga mengakui fenomena banjir rob terjadi hampir di seluruh wilayah pesisir. Termasuk di Kabupaten Kapuas, khususnya di wilayah pesisir laut serta pinggiran sungai. “Meskipun pasang, kondisi daerahnya masih dikategorikan aman,” ungkap Panahatan Sinaga, Rabu (8/12).
Sinaga menambahkan, wilayah yang terdampak banjir rob mencakup tujuh kecamatan. Meliputi Kecamatan Selat, Bataguh, Kapuas Hilir, Pulau Petak, Kapuas Murung, Dadahup, dan Kapuas Kuala. “Sementara ini kondisi tidak terlalu parah, hanya menggenangi jalan umum dan pemukiman, sampai dengan saat ini tidak ada bangunan yang rusak,” jelasnya.
Menurutnya, banjir rob yang terjadi kali ini di Kabupaten Kapuas cukup parah. Banjir serupa pernah terjadi 37 tahun lalu. “Sebelumnya sudah ada peringatan kepada masyarakat terkait cuaca buruk mulai tanggal 6-12 Desember 2021, salah satunya banjir rob ini,” bebernya.
BPBD Kabupaten Kapuas, lanjutnya, terus memberikan imbauan kepada masyarakat yang bersumber dari BMKG melalui media, menerjunkan tim untuk melakukan pengecekan kondisi di lapangan, serta memberikan imbauan langsung kepada masyarakat terdampak. “Terutama antisipasi banjir rob lagi, mematikan aliran listrik, serta antisipasi serangan hewan melata saat terjadi banjir,” pungkasnya.
Kabupaten tetangga yakni Kabupaten Pulang Pisau (Pulpis) juga dilanda banjir rob. Bencana gelombang air laut pasang menerjang Desa Cemantan, Kecamatan Kahayan Kuala. Banjir rob yang terjadi Minggu (5/12) sekitar pukul 18.30 WIB itu, disertai angin kencang dan gelombang. Gelombang besar menghantam rumah-rumah warga di wilayah pesisir.
Tercatat 5 rumah, 3 gudang, dan 1 gedung sarang burung walet rusak, serta 44 rumah warga terendam. “Sehingga total ada 53 bangunan terdampak,” kata Camat Kahayan Kuala H Muhammad Daulai, Rabu (8/12).
Tidak ada korban jiwa dalam kejadian tersebut, tapi masyarakat mengalami kerugian materi akibat yang tak sedikit jumlahnya.
“Kami sudah koordinasi dengan pemerintah desa setempat. Alhamdulillah tidak ada kejadian serupa,” tutur Daulai.
Dia mengungkapkan, banjir rob juga pernah terjadi pada 2020 lalu. Bahkan pada November 2021 juga terjadi banjir rob di desa tersebut hingga ke Desa Bahaur. “Namun banjir rob yang terjadi saat itu tidak disertai angin, hanya banjir rob biasa,” tandasnya.
Terpisah, Camat Pandih Batu Sarjanadi saat dikonfirmasi Kalteng Pos mengungkapkan, di wilayahnya terdapat lima desa yang terendam banjir rob. Yakni Desa Pangkoh Hulu, Pangkoh Hilir, Talio, Dandang, dan Karya Bersama. “Namun rendaman banjir rob itu hanya sebentar,” kata Sarjanadi.
Bergeser ke wilayah barat. Satu kecamatan di Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar) juga terdampak banjir rob. Sejak Selasa malam (7/12), fenomena alam ini melanda wilayah Kecamatan Kumai. Kelurahan Kumai Hulu, Desa Kubu, Desa Teluk Bogam, Keraya, dan Sebuai terdampak.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kobar Syahruni kepada Kalteng Pos mengatakan, tim gabungan langsung bergerak ke lokasi usai menerima informasi. Beberapa warga langsung dievakuasi ke tempat aman.
“Delapan unit rumah mengalami rusak ringan hingga berat. Informasi yang kami dapat, ada tiga orang sempat menghilang, tapi akhirnya diketahui selamat,” katanya.
Banjir rob ini, kata Syahruni, terjadi akibat curah hujan yang tinggi yang disertai angin kencang dan ombak yang cukup besar dengan gelombang pasang laut 30 cm. Banjir rob juga menyebabkan akses jalan utama, rumah, dan perahu warga di pesisir pantai mengalami kerusakan. Satu perahu di Desa Teluk Bogam rusak parah. Satu unit rumah atapnya rusak ringan di Desa Kubu. Berdasarkan data sementara, ada 8 kepala keluarga (KK) atau 31 jiwa yang terdampak.
“Kami imbau masyarakat yang tinggal di bibir pantai untuk selalu waspada. Sinyal telekomunikasi jadi kendala di lokasi,” ucapnya.
Sementara itu, Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Barat langsung bertindak cepat setelah cuaca ekstrem melanda lima desa di Kecamatan Kumai. Bupati Kobar Hj Nurhidayah bersama forkopimda turun ke lokasi melihat langsung kondisi warga yang terdampak bencana, Rabu (7/12).
“Kami langsung gerak cepat untuk penindakan dan pemetaan terhadap kejadian ini demi membantu mereka yang terdampak. Kami langsung melakukan relokasi kepada tujuh KK yang kondisi rumahnya sudah sangat parah,” kata Bupati Kobar Hj Nurhidayah.
Menurut bupati, pemkab akan mengambil tindakan untuk jangka panjang. Antara lain menanam mangrove untuk mencegah abrasi, membangun pemecah ombak di bibir pantai, memberi pemahaman kepada masyarakat untuk mengantisipasi terulangnya bencana serupa. Pemkab akan memfasilitasi beberapa tempat sebagai lokasi relokasi agar warga tetap aman.
“Kami sudah siapkan stok bahan pangan dan tempat relokasi,” ujarnya.
Sementara itu, Kapolres Kobar AKBP Devi Firmansyah melalui Kapolsek Kumai Iptu Rais Fadhillilah menyebut, pihaknya melakukan koordinasi dengan BPBD, pemdes, dan warga terdampak. Tim gabungan melakukan evakuasi ke tempat yang disiapkan. Untuk saat ini warga terdampak masih bertahan di rumah masing-masing. Seluruh personel terus berupaya mendatangi dan mengecek rumah warga terdampak.
“Kami imbau agar warga tetap waspada karena diperkirakan akan terjadi lagi pasang laut dalam waktu dua hari ke depan,” sebutnya.
Seperti daerah lainnya, bagian pesisir wilayah Kecamatan Katingan Kuala, Kabupaten Katingan juga diserang banjir rob. Banyak rumah warga yang terendam.
Bupati Katingan Sakariyas mengingatkan warga Kecamatan Katingan Kuala, termasuk daerah Kecamatan Mendawai, untuk selalu waspada. Sebab, fenomena alam ini bisa menjadi ancaman bagi warga.
“Terutama untuk aliran listrik. Jangan sampai ada yang terkena air. Ini bahaya. Sebab, ketika bencana banjir sebelumnya, ada beberapa kejadian di wilayah kita, warga tersengat aliran listrik,” ujarnya kepada Kalteng Pos, Rabu (8/12).
Ketika air naik, lanjutnya, warga tak boleh lengah. Terutama anak-anak dan lanjut usia. “Kondisi seperti ini kita tidak bisa berbuat banyak, karena memang fenomena alam. Kami akan terus memantau perkembangan di lapangan dan berdoa agar kondisi bisa segera normal lagi,” ucap Sakariyas.
Di tempat terpisah, Sekretaris Kecamatan Katingan Kuala Sholehuddin ketika dikonfirmasi mengatakan, banjir rob di wilayah Kecamatan Katingan Kuala sudah terjadi selama dua malam. Selain merendam permukiman warga, air juga merendam ruas jalan di daerah Pegatan, ibu kota Kecamatan Katingan Kuala.
“Ketinggiannya bervariasi, ada yang 30-70 sentimeter, tergantung ketinggian daerah,” ungkap Sholeh ketika dihubungi melalui telepon seluler.
Fenomena ini, lanjutnya, sudah terjadi selama beberapa hari. Selain banjir, di wilayah itu juga sering dilanda angin kencang, sehingga cukup mengganggu. Beruntung rumah-rumah warga yang terendam tidak mengalami kerusakan. “Aktivitas warga juga normal, karena banjir tidak berlangsung lama, paling dua tiga jam sudah surut, setelah itu naik lagi, seperti itu,” jelasnya.
Di wilayah Katingan Kuala, ada enam daerah yang cukup dalam genangan air. Termasuk dua kelurahan. Selebihnya untuk 10 desa lainnya, kondisinya tidak begitu parah. “Walaupun kondisi airnya juga naik. Karena ada yang dataran tinggi. Kecuali yang permukimannya pinggir sungai yang cukup berdampak,” ungkapnya.
Kemudian untuk mengantisipasi hal yang tidak diinginkan selama terjadi banjir, ungkapnya, listrik PLN dipadamkan. Setelah kondisi normal, barulah dihidupkan kembali. “Diprediksi kondisi seperti ini akan berlangsung seminggu,” tandasnya.
Terpisah, Kepala Pelaksanan Badan Penanggulangan Bencana dan Pemadam Kebakaran Provinsi Kalteng Faleri Tuwan membenarkan soal terjadinya banjir rob di sejumlah wilayah di Kalteng. “Prakirawan BMKG juga menyampaikan bahwa air laut cukup tinggi sehingga mengakibatkan banjir di wilayah pesisir,” katanya kepada Kalteng Pos, Rabu (8/12).
Antisipasi yang dilakukan adalah melakukan koordinasi dengan BPBD kabupaten terdampak, agar mengingatkan masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan, khususnya yang tinggal di daerah pesisir.
“Kami terus monitor dan mengecek data-data penting. Biasanya terendam tidak lama dan diharapkan tidak menimbulkan kerugian atau kerusakan tempat tinggal warga,” harapnya sembari menyebut untuk wilayah Kobar, kendala yang dihadapi adalah susahnya sinyal telekomunikasi dan akses jalan menuju lokasi sempat terhambat karena sampah dan pohon tumbang.
Menyikapi banjir rob yang terjadi di hampir seluruh wilayah pesisir Kalteng, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyatakan kejadian ini disebabkan kenaikan pasang surut air laut. Peristiwa itu dibarengi dengan makin meningkatnya curah hujan di seluruh wilayah Kalteng, terutama di wilayah yang dilanda banjir rob. Hal ini dijelaskan oleh Renianatae selaku prakirawan cuaca BMKG Stasiun Meteorologi Tjilik Riwut Palangka Raya kepada Kalteng Pos, kemarin (8/12).
“Berdasarkan pers rilis dari BMKG pusat, beberapa wilayah di Indonesia khususnya di Kalteng bagian pesisir dan bagian selatan terjadi kenaikan pasang surut air laut. Meningkat pula curah hujan serta tinggi gelombang di sekitar wilayah pesisir,” ucapnya.
Renianatae menyebut bahwa penyebab khusus terjadinya kenaikan pasang surut air laut karena adanya pengaruh dari tarikan gravitasi bulan terhadap bumi. Dalam beberapa hari ini terjadi fase di mana posisi orbit bulan dalam jarak terdekat dengan bumi atau dalam istilah astronomi disebut Perigee.
“Di sini berpotensi menyebabkan terjadinya peningkatan ketinggian pasang surut air laut (secara) maksimum di beberapa wilayah, khususnya di wilayah pesisir pantai dan wilayah selatan Kalteng,” ucap perempuan yang sudah bertugas sejak 2015 lalu.
Renianatae mengatakan, siklus kenaikan pasang surut air laut ini tidak bisa dipastikan berlangsung beberapa lama, karena berbeda-beda di tiap daerah. Karena itu, pihaknya mengimbau masyarakat Kalteng yang tinggal di wilayah pesisir, seperti di Kotawaringin Barat, Sukamara, Seruyan, Kotawaringin Timur, Pulang Pisau, dan Kapuas untuk mewaspadai fenomena alam ini.
Berdasarkan pantauan BMKG, ketinggian gelombang di wilayah pesisir Kalteng dalam satu minggu ke depan berada di kisaran tingkat rendah hingga sedang, yakni 0,5–1,25 meter. Kategori ini masih cukup aman bagi para nelayan untuk melaut. Meski demikian, pihaknya tetap mengingatkan warga pesisir untuk tetap mewaspadai kemungkinan banjir rob di wilayah masing-masing.
“Karena penyebab banjir rob, khususnya di wilayah Pulpis dan Kapuas, tidak hanya disebabkan air pasang, tapi juga karena curah hujan yang cukup tinggi,” ujarnya.
Disebutkannya, saat curah hujan tinggi, laju arus air sungai yang bergerak ke laut terjadi perlambatan di muara sungai akibat air pasang. Itulah yang menyebabkan terjadinya banjir rob.
Curah hujan di wilayah Kalteng dalam satu minggu ke depan diperkirakan cukup tinggi. “Karena Kalteng sendiri saat ini berada di puncak musim hujan. Berdasarkan data normalnya, bulan Desember ini berada di fase puncak musim hujan,” ujarnya.
Karena Kalteng sedang berada di puncak musim hujan, Renianatae mengingatkan masyarakat Kalteng yang tinggal di pesisir pantai maupun bantaran sungai, agar mewaspadai potensi banjir. “Kalau kita melihat dari model prakiraan dan sebagainya, memang fenomena ini (banjir rob) murni karena tingginya curah hujan pasang surut air laut di wilayah pesisir Kalimantan Tengah,” pungkasnya. (sja/nue/son/alh/art/eri/ce/ala)