Site icon KaltengPos

“Saya Diajarkan Mama, Menjadi Legislator Bukanlah Suatu Pekerjaan tapi Pengabdian”

SANTAI DI KEDAI: Wakil Ketua II DPRD Kabupaten Kapuas Evan Rahman Saputra saat berfoto di minibar Loyal Coffee, Sabtu (7/8). FOTO: PATHUR/KALTENG POS

Nama Evan Rahman Saputra sudah sangat familiar di kalangan masyarakat. Putra pertama Ketua DPW NasDem Kalteng Hj Paridawaty Darland Atjeh tersebut merupakan salah satu unsur pimpinan di DPRD Kapuas. Selain terjun ke dunia politik, legislator muda ini juga memiliki keahlian sebagai barista.

PATHUR RAHMAN, Palangka Raya

SOSOK Evan Rahman Saputra merupakan figur yang mudah bergaul dengan siapa pun. Terbukti saat saya (penulis-wartawan Kalteng Pos) mengajaknya berbincang-bincang santai pada Sabtu petang (7/8). Meskipun baru pertama kali bertemu, kami langsung akrab. Kami bertemu di Loyal Coffee, Jalan Kerinci, Palangka Raya.

Obrolan kami sore itu langsung mengalir begitu saja. Evan Rahman Saputra menceritakan latar belakangnya sebelum diamanahi sebagai anggota DPRD Kapuas, hingga kini menduduki posisi wakil ketua II. Evan mengaku jika dirinya merupakan penikmat kopi. Berawal dari situlah, kata Evan, ia tertarik untuk mengolah sendiri kopi, hingga akhirnya berhasil membangun sebuah kedai kopi. 

Sebelum menekuni usaha kedai kopi, Evan mengaku selama tiga tahun mengikuti kursus atau sekolah dasar barista atau peracik kopi. Selama tiga tahun mengikuti sekolah tersebut, Evan baru memperoleh sertifikat yang tersertifikasi oleh Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP). Kini Evan pun masuk dalam jajaran barista profesional. Berbekal sekolah itulah ia berani membuka kedai kopi di Jalan Kerinci dan dinamai Loyal Coffee.

Adapun alasan dirinya mengikuti sekolah menyeduh kopi ini, selain untuk menjadikan sebuah profesi, juga karena dirinya hobi mengonsumsi kopi. Karena itulah ia termotivasi untuk bisa mengolah sendiri kopi dengan rasa yang lebih nikmat.

“Loyal Coffee ini saya dirikan untuk membuktikan kepada masyarakat, meski saya seorang legislator, tapi juga punya pendapatan dari pekerjaan sebagai pelaku UMKM, menjadi legislator itu merupakan suatu pengabdian bukan profesi,” tutur Evan.

Berbekal kursus yang sudah diikutinya, kini Evan menjadi seorang barista profesional yang bersertifikasi. Tentunya merupakan suatu kebanggaan tersendiri baginya. Ia berharap usaha yang dibangunnya itu bisa menghasilkan produk berkualitas melalui teknik menyeduh kopi yang profesional, sehingga menciptakan rasa kopi yang maksimal untuk disajikan kepada konsumen dan pelanggan.

Dengan membuka kedai kopi ini, tutur Evan, bukan semata-mata untuk menyalurkan skill baristanya, tapi juga memberi contoh kepada masyarakat, bahwa di tengah pandemi Covid-19 ini tak perlu takut untuk menjadi pelaku UMKM.

Selain itu, ia juga mememotivasi seluruh pelaku UMKM di Kota Palangka Raya untuk tetap survive di tengah pandemi Covid-19 dengan berinovasi dan pandai dalam strategi pemasaran.

Terkait inovasi, Evan sendiri membuat sebuah menu khas atau signature menu kopi. Namanya kopi putu. Kopi ini memiliki rasa yang cukup unik, karena ada rasa gurih kue putu dalam cita rasa kopi.

“Dari kecil saya memang suka kue putu atau klepon, karena itu saya putar otak bagaimana membuat rasa kue putu dan kopi bisa bersatu dalam secangkir kopi, dan alhamdulilah hasil inovasi saya bisa diterima,” ucapnya.

Dikatakan Evan, menjadi barista profesional dan bersertifikat tidaklah mudah. Perlu waktu tiga tahun baginya untuk bisa mendapatkan skill barista yang diakui dengan sertifikat dari BNSP.

Meski cukup sulit, tapi karena dirinya merupakan pencinta kopi, tiga tahun mengikuti sekolah barista jadi terasa sangat menyenangkan.

“Saya yakin apapun yang kita senangi, jika bisa kita tekuni dan perdalam ilmunya, maka akan jadi sangat bermanfaat, contohnya saya yang memperdalam ilmu barista, akhirnya ilmu itu saya terapkan dengan membuka kedai kopi sederhana,” tuturnya.

Ditanya soal kemungkinan adanya persaingan karena telah menjamurnya kedai kopi di Kota Palangka Raya saat ini, Evan menjawab tidak takut sama sekali. Evan justru mengaku jika ia sangat menyukai sesuatu yang kompetitif.

Dengan adanya jiwa kompetitif dan inovatif para pelaku usaha kopi, Evan berharap bahwa itu bisa memacu perputaran roda perekonomian di Kota Cantik, sehingga angka pertumbuhan ekonomi di kota ini dan Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng) bisa bertumbuh.

“Saya juga diajarkan mama, menjadi legislator bukanlah suatu pekerjaan, tapi pengabdian kepada masyarakat, terutama menyerap aspirasi masyarakat dalam forum reses maupun lainnya,” ucapnya.

Menurut Evan, hal tersebutlah yang mendorong dirinya untuk menjadi pelaku UMKM dengan membuka sebuah kedai kopi kecil-kecilan. “Politikus yang baik adalah politikus yang merasa bersyukur dan cukup dengan kehidupannya, kemudian bisa meluangkan waktunya untuk masyarakat dan mendengarkan apa yang diinginkan masyarakat,” tutup politikus muda Partai Nasional Demokrasi (NasDem) itu. (ce/ala)

Exit mobile version