Berbagi rezeki tidak melulu soal finansial, tetapi juga ilmu yang bermanfaat. Seperti yang dilakoni Balok selaku pemilik Huma Anggur Palangka Raya. Memanfaatkan 600 meter persegi halaman belakang rumahnya untuk menjalin silaturahmi dan memberi edukasi soal budi daya anggur.
ANISA B WAHDAH, Palangka Raya
HUMA Anggur Palangka Raya sudah banyak dikenal masyarakat sejak akhir 2020 lalu. Baik dari media sosial maupun dari mulut ke mulut. Tak sedikit warga yang antusias mendatangi Huma Anggur yang beralamatkan di Jalan Teratai, Kota Palangka Raya ini. Ada yang datang sekadar melihat-lihat. Ada pula yang betul-betul datang untuk belajar. Pengunjung tak hanya dari ibu kota, tapi juga dari kabupaten-kabupaten.
Balok telah sukses membudidayakan 35 jenis anggur impor di halaman belakang rumahnya, hanya dengan belajar autodidak melalui YouTube. Kini ia ingin menularkan ilmu budi daya anggur yang dinilikinya kepada masyarakat.
Berbagi ilmu dan pengalaman menjadi sedekah dari Balok untuk masyarakat Kalteng yang punya niat belajar membudidayakan tanaman yang buahnya memiliki nilai jual cukup tinggi di pasaran ini. Huma Anggur yang ia bangun didesain semenarik mungkin agar pengunjung merasa nyaman. Indah untuk spot foto dan nyaman untuk berdiskusi.
Sejak dibuka Desember 2020, tak ada pungutan biaya terhadap para pengunjung yang datang. Tak hanya dahulu dan sekarang, tapi selama Huma Anggur ini ada, pihaknya tidak berniat untuk memungut biaya dari para pengunjung.
“Konsepnya memang untuk edukasi, sehingga tidak memungut biaya dari para pengunjung yang datang,” kata Balok saat dibincangi Kalteng Pos di Huma Anggur, Minggu (12/12).
Sejak kebun dengan bermacam-macam jenis anggur ini ada, sudah beberapa kali ia menerima kunjungan untuk edukasi. Baik perorangan maupun kelompok anak sekolah hingga instansi pemerintahan.
“Kami terbuka, bisa belajar di sini (Huma Anggur,red) tanpa dipungut biaya, bahkan kami sudah ada MoU dengan salah satu pihak untuk edukasi di sini,” bebernya.
Pengunjung tak hanya dijamu spot foto yang indah dan buah anggur yang menggelantung dan menggoda. Pemilik Huma Anggur juga menggratiskan pengunjung mencicipi buah anggur yang ada di kebun itu. Saat panen raya September lalu, ada banyak buah anggur yang dihasilkan, tapi tidak ada yang dijualnya.
“Apapun alasannya, anggur ini tidak dijual, silakan pengunjung memetik dan memakannya,” tegas pria yang punya hobi menanam ini.
Ia ingin memberikan kesempatan kepada pengunjung menikmati buah anggur yang dipetik menggunakan tangan sendiri. Tak sedikit pengunjung yang akan merasa senang dan merasakan sensasi tersendiri kala memetik anggur secara langsung dan memakannya.
“Itu juga menjadi salah satu alasan saya membudi daya tanaman anggur ini, jika buah lain sudah banyak yang budi daya dan ada yang menyediakan petik buah dan makan di tempat, tapi untuk anggur sepertinya masih kurang,” kisahnya.
Pria yang akrab disapa Balok Anggur ini begitu ramah kepada setiap pengunjung yang datang. Melalui Huma Anggur ini ia ingin bersilaturahmi dengan siapa saja.
“Tidak semua bisa diuangkan, dengan adanya Huma Anggur dan bisa berbagi kepada masyarakat, baik itu berupa buah ataupun ilmu, akan mengikat tali silaturahmi saya dengan pengunjung yang pernah datang,” kata pria berusia 45 tahun ini.
Misal saja, jika ia menarik tarif atau menjual anggur ini, saat dirinya kembali bertemu dengan pengunjung yang pernah datang, maka akan diingat bahwa dirinya pemilik Huma Anggur yang menjual anggur. “Namun, jika saya bisa berbagi kepada pengunjung, maka ketika ada kesempatan bertemu di lain waktu, saya akan diingat, ada kesan bahwa pernah berbagi bersama,” tegasnya.
Perjuangan Balok membudidayakan tanaman anggur tidak mudah. Berkali-kali gagal. Namun kini ia punya impian menciptakan kampung anggur di sepanjang Jalan Teratai.
Sekitar 100 meter dari Jalan Cempaka menuju Huma Anggur miliknya, terdapat sekitar 25 rumah warga. Ia berencana menanam anggur di depan rumah-rumah warga. Konsepnya, sepanjang Jalan Teratai hingga Huma Anggur akan menjalar tanpa sekat dedaunan anggur. “Nantinya, sepanjang Jalan Teratai akan menjadi kampung anggur,” ujarnya.
Untuk hal ini, sudah ada koordinasi dengan warga Jalan Teratai dan mendapat dukungan. “Diharapkan nanti jika lebih banyak lagi pengunjung yang datang, akan berdampak pada perekonomian warga sekitar,” tuturnya.
Selain melayani pengunjung yang datang, Balok juga menerima dan melayani konsultasi soal pembudidayaan anggur. Gratis loh. Dengan senang hati Balok membantu mereka yang punya niat membudidayakan anggur. Bibit anggur pun disiapkan. Namun untuk membawa pulang bibit ini, harus dibeli.
“Per polibek bibit dijual Rp100 ribu, dapat garansi satu bulan dan gratis konsultasi, beberapa waktu lalu dalam satu bulan sudah terjual lebih dari 500 polibek bibit anggur, masyarakat cukup antusias,” tutupnya. (*/ce/selesai)