Site icon KaltengPos

Enam Bulan, Ada 196 Kebakaran Lahan

PEMADAMAN MALAM HARI: Petugas gabungan memadamkan api yang membakar lahan bertekstur gambut di Jalan Tjilik Riwut Km 16, Palangka Raya, Senin (14/6). FOTO: AGUS PRAMONO/KALTENG POS

PALANGKA RAYA-Pemadam gabungan dari kepolisian, BPBD, dan relawan berjibaku melawan api. Kegelapan malam tak menghalangi mereka memadamkan sepetak lahan gambut di Jalan Tjilik Riwut Km 16 yang terbakar pada Senin malam (14/6). Belum diketahui pasti lahan yang sudah dibersihkan sebelumnya itu sengaja dibakar atau tidak. Sejauh ini polisi masih melakukan penyelidikan.

“Mengenai penyebab dan luas lahan yang terbakar, masih dalam penyelidikan,” ucap Kapolsek Bukit Batu Ipda Dedi Satrya Wiranto kepada media di lokasi.

Petugas mendapat laporan sekitar pukul 22.00 WIB. Kobaran api bisa dikendalikan kurang dari satu jam. Polisi pun mengorek keterangan dari penjaga lahan. Sumiati (47) dan suaminya yang menempati rumah kayu persis berdekatan dengan lahan itu. Dia mengatakan baru dua bulan berdiam di lokasi itu dan mengaku tidak tahu ikhwal awal mula munculnya api. Rapius yang merupakan pemilik lahan tersebut berada di Lamandau.

Sumiati bersama suaminya baru mengetahui adanya kebakaran setelah kembali dari kota membeli peralatan berkebun.

“Saat itu saya sama suami lagi bertamu ke rumah teman usai dari Palangka Raya belanja alat kebun, pas pukul 22.00 WIB saya lihat banyak mobil pemadam lewat, akhirnya saya berdua suami bergegas pulang, eh ternyata lahan di belakang rumah kami yang terbakar,” ungkapnya Kepada Kalteng Pos. “Saat berangkat sekitar pukul 19.00 WIB, kami tidak ada membakar sisa-sisa tebasan, memang ada di situ bekas lahan yang dibersihkan saat membangun rumah, itu pun hanya beberapa luasnya, tapi tidak dibakar,” tambahnya.

Terpisah, Alfandy selaku prakirawan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Tjilik Riwut Palangka Raya mengatakan, sebagian wilayah Kalteng khususnya di wilayah tenggara saat ini sudah memasuki musim kemarau. Sedangkan di wilayah lainnya tengah mengalami pancaroba.

“Bisa dikatakan untuk saat ini hampir sekitar 70 persen wilayah Kalteng memasuki masa pergantian musim dari hujan ke kemarau,” ucap Alfandy saat ditemui di kantornya, Selasa (15/6).

BMKG memperkirakan musim kemarau tahun ini akan lebih kering dibandingkan kemarau tahun lalu yang terjadi fenomena La Nina di Indonesia. Konsekuensinya, potensi muncul hotspot atau titik api di sejumlah wilayah Kalteng akan lebih besar. Terutama wilayah pesisir atau wilayah berkontur gambut yang paling rawan terjadi kebakaran.

Sementara itu, Plt Kepala Badan Penanggulangan Bencana dan Pemadam Kebakaran (BPB-PK) Provinsi Kalteng Erlin Hardi menyebut, data yang ada saat ini, selama Januari hingga 15 Juni tercatat ada 196 kejadian kebakaran lahan, 700 titik panas, dan 960 hektare lahan terbakar sesuai pantauan satelit. Untuk titik api yang berpotensi terjadi kebakaran di wilayah konsesi atau taman nasional, sementara ini belum ditemukan. Namun ada kebakaran kecil yang dilakukan masyarakat, tapi bisa dipadamkan.

“Kami akan terus melakukan koordinasi dengan BMKG terkait prakiraan cuaca sebagai acuan untuk menetapkan status ke depan,” katanya.

Dikatakannya, ada lima kabupaten yang berstatus siaga darurat. Yaitu Kabupaten Kotawaringin Timur, Kotawaringin Barat, Sukamara, Barito Selatan, dan Seruyan.

“Meskipun dalam kondisi siaga, kami tetap terus melakukan pemantauan adanya titik api yang timbul nanti. Jika ditemukan, harus dipastikan. Jika terjangkau, maka petugas akan langsung terjun ke lokasi untuk melakukan pemadaman dan lainnya,” sebutnya.

Meskipun sebagaian besar kabupaten/kota belum menetapkan status siaga karhutla, tapi pihaknya akan terus memberikan sosialisasi terkait kesiapsiagaan, serta meminta kabupaten/kota untuk memantau wilayah masing-masing yang berpotensi terjadi karhutla.

“Untuk daerah yang sudah menetapkan  status, tentu ada posko dan tim yang rutin melakukan pemantauan titik panas. Kami juga merasa sangat terbantu dengan tim dan relawan serta anggota TNI-Polri yang tergabung dalam posko itu,” lanjutnya.

Gubernur Kalteng H Sugianto Sabran, lanjut Erlin, mengharapkan bahwa Kalteng bebas dari asap. Karena apabila terjadi karhutla, maka semua pihaklah yang akan dirugikan. Apalagi di tengah pandemi seperti saat ini.

“Oleh karena itu sinergi dan koordinasi terus dilakukan. Masyarakat juga diminta kerja sama membantu dalam upaya pencegahan karhutla dan tetap menjaga hutan Kalteng sebagai paru-paru dunia,” tutupnya.(nue/ena/sja/ce/ram)

Exit mobile version