Site icon KaltengPos

Kalteng Masih Berpotensi Hujan

DENAR/KALTENG POS DIBANTU ALAT BERAT: Beberapa kendaraan yang nekat melewati jalur bukit rawi terpaksa ditarik menggunakan eksavator karena mogok di tengah banjir, kemarin (15/9/2021). Jalun Trans Kalimantan ini menjadi penghubung Kota Palangka Raya dengan kabupaten di DAS Barito dan Kahayan.

PALANGKA RAYA-Bencana banjir sepertinya masih terjadi selama beberapa hari ke depan di sejumlah kabupaten/kota di Bumi Tambun Bungai. Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Palangka Raya memperkirakan hujan dengan intensitas ringan, sedang, hingga deras masih berpotensi mengguyuri wilayah Kalteng hingga 20 September mendatang. Dengan demikian bencana banjir diperkiraan masih mengancam.

Prakirawan BMKG Palangka Raya M Alfiandy menyebut, secara umum sebagian besar wilayah Kalteng berpotensi turun hujan berintensitas sedang hingga deras. Kemudian suhu udara berkisar antara 23°C – 34°C. Kelembaban udara berkisar antara 65% – 100%. Sedangkan, lanjut prakirawan BMKG ini, anginumumnya bertiup dari arah tenggara menuju barat laut, dengan kecepatan berkisar antara 10–20 km per jam.

Melihat kondisi ini, Alfiandy mengingatkan masyarakat di beberapa wilayah Kalteng untuk mewaspadai potensi hujan berintensitas sedang hingga deras yang dapat disertai petir dan angin kencang.

“Potensi banjir dan pohon tumbang akibat terjadinya hujan intensitas cukup tinggi untuk wilayah pesisir juga harus diwaspadai,” tutur Alfiandy kepada Kalteng Pos, kemarin (15/9).
Masih tingginya intensitas hujan di Kalteng membuat hampir seluruh kabupaten/kota se-Kalteng terendam banjir. Hingga kemarin, tujuh daerah masih berstatus tanggap darurat bencana banjir dan tiga daerah siaga darurat banjir. Hal itu dikatakan oleh Plt Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana dan Pemadam Kebakaran (BPB-PK) Kalteng Erlin Hardi.

“Tujuh kabupaten dengan status tanggap darurat bencana banjir mencakup Kabupaten Kotawaringin Barat, Kotawaringin Timur, Katingan, Lamandau, Barito Utara, Seruyan, dan Gunung Mas. Sementara tiga daerah dengan status siaga darurat bencana banjir yakni Kabupaten Pulang Pisau, Murung Raya, dan Kota Palangka Raya,” beber Erlin Hardi kepada Kalteng Pos, kemarin.

Kabupaten Katingan, kata Erlin Hardi, sejak 24 Agustus lalu sudah berstatus tanggap darurat bencana banjir. Karena terjadinya hujan dengan intensitas tinggi di wilayah hulu, menyebabkan air Sungai Katingan dan Samba meluap. Berdasarkan data, banjir di Katingan telah menggenangi 161 desa dari 13 kecamatan. “Sehingga total ada 71.319 jiwa, 25.595 kepala keluarga, dan 16.573 rumah yang terdampak,” ucap Erlin.

Terpisah, Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Katingan Roby menambahkan, banjir di Katingan makin meluas saat ini. Sebelumnya banjir menggenangi Desa Tumbang Bulan, Kecamatan Mendawai, tapi kini sudah sampai di Desa Perigi, Kecamatan Mendawai. “Rumah warga terendam, begitu juga dengan badan jalan,” kata Roby kepada Kalteng Pos, Rabu (15/9).

Bencana kali ini membawa duga yang begitu mendalam bagi warga Katingan. Apalagi, menurut Roby, akses ke wilayah hilir untuk penyaluran bantuan sangatlah terbatas. Selain itu, jarak tempuh antardesa pun sangat jauh. “Kami perlu waktu beberapa jam untuk sampai ke lokasi,” jelasnya.

Meski demikian, lanjutnya, penyaluran bantuan untuk warga di wilayah hilir tetap dilakukan, meski tidak maksimal karena pendistribusiannya memerlukan waktu yang lama. “Kalau untuk wilayah Kecamatan Tasik Payawan dan Kamipang tidak masalah, tapi untuk ke hilirnya lagi, perlu waktu yang lama,” terangnya.
Dampak bencana banjir ini terus menghantui warga. Tak hanya diare, batuk, pilek, dan demam, tapi juga rematik mulai menyerang warga. Hal ini disampaikan langsung Bupati Katingan Sakariyas kepada Kalteng Pos, Rabu (15/9).

Salah satu hal yang jadi keprihatinan, ujar Sakariyas, ditemukan warga yang terdampak banjir di Desa Baun Bango sedang sakit, tapi tidak mau mengungsi. “Dia hanya buat tempat di dalam rumahnya lebih tinggi dan bertahan di situ,” ungkapnya.

Ketika berkunjung ke lokasi itu, pihaknya mendesak warga tersebut untung segera mengungsi. “Jika saya lihat kemarin itu, kondisinya kritis. Mudah-mudahan bisa bertahan dan sehat lagi. Saya belum dapat informasi terbaru soal kondisi orang tua itu,” sebut Sakariyas.

Bupati mengingatkan kepada masyarakat agar tidak bertahan di rumah untuk sementara waktu, terutama jika dalam kondisi sakit. “Kalau di tempat pengungsian, makanan dan minuman sudah pasti terjamin. Begitu juga pelayanan kesehatan,” tandasnya.

Banjir Bukit Rawi Berangsur Surut, Minibus Belum Dibolehkan Melintas

Sementara itu, perkembangan terbaru dari Kabupaten Pulang Pisau yang berstatus siaga darurat banjir, di Kecamatan Banana Tingang ada 455 kepala keluarga (KK) dan 455 rumah yang terdampak. Kecamatan Kahayan Tengah ada 162 KK dan 184 jiwa. Di Desa Tumbang Nusa, Kecamatan Jabiren Raya ada 280 KK, 1.400 jiwa. Sementara di Desa Tanjung Taruna ada 233 KK, 791 jiwa, dan 3 unit fasilitas pendidikan yang terdampak banjir.

Sedangkan kondisi banjir di jalur Bukit Rawi, tepatnya di wilayah Desa Penda Barania, Kecamatan Kahayan Tengah, Kabupaten Pulang Pisau berangsur surut. Debit air turun 1 sentimeter (cm). Tertera pada tiang pengukur ketinggian air 39 cm pada pukul 06.30 WIB. Panjang jalan yang terendam banjir kurang lebih 1,6 kilometer.
Untuk saat ini, akses jalur darat dilakukan penyekatan dari pukul 18.00 WIB hingga 06.00 WIB. Hala itu dilakukan untuk menghindari terjadinya kecelakaan lalu lintas di beberapa titik yang dianggap rawan. Karena ada penurunan ketinggian air, jalan trans Kalimantan penghubung Kota Palangka Raya dan sejumlah kabupaten di wilayah Barito dan Gunung Mas sudah bisa dilewati kendaraan.

Namun, hanya kendaraan roda empat, enam, atau lebih yang diizinkan, mengingat genangan air masih tinggi dan terdapat aspal yang rusak dan berlubang akibat banjir.
Pengecekan arus lalu lintas pada daerah banjir tersebut ditangani langsung Dirlantas Polda Kalteng Kombes Pol Rifki dan sejumlah pejabat satker Ditlantas.
“Saat ini ketinggian air di beberapa titik mencapai lutut orang dewasa, kondisi jalan berlubang cukup dalam karena aspal yang terkikis air, jalan rusak yang terendam banjir kurang lebih sepanjang satu kilometer,” kata Rifki.

Karena itu pihaknya mengimbau agar mobil penumpang seperti minibus tidak melintas sementara waktu, karena cukup rawan terjadinya mogok pada area jalan yang rusak.
“Masih aman jika dilewati kendaraan roda empat atau roda empat yang memiliki bodi kendaraan tinggi,” sebutnya.

Rifki menambahkan, keselamatan menjadi prioritas yang harus diperhatikan setiap pengendara, apalagi dalam kondisi banjir seperti saat ini. Jalan yang rusak akibat tergerus banjir dapat menyebabkan kerusakan pada kendaraan dan kecelakaan.

“Pengemudi kendaraan yang bisa melintas diharapkan mengikuti petunjuk dan arahan petugas di lokasi. Setiap hari kami terus terjunkan personel untuk mengatur lalu lintas agar tidak terjadi kemacetan lalu lintas,” pungkasnya. (ena/nue/eri/ce/ala)

Exit mobile version