PALANGKA RAYA-Banjir besar yang melanda kompleks Mendawai Sosial dan Jalan Anoi, Kota Palangka Raya akhirnya merangsek hingga ke wilayah Pasar Kahayan. Banyak pemilik toko di kompleks pasar tersebut terpaksa menutup tempat usahanya demi menghindari kerugian akibat banjir.
Sejumlah pedagang berupaya memindahkan barang dagangan, mengantisipasi genangan air yang terus naik. Awang, salah satu pedagang sembako yang biasa berjualan di pasar tersebut mengatakan, banjir mulai masuk ke area pertokoan sekitar pukul 24.00 WIB, Minggu malam atau Senin dini hari.
“Tahunya air tadi malam masuk ke lantai pasar,” ujar pria yang mengaku sudah sekitar 11 tahun berjualan di Pasar Kahayan.
Menurut keterangan pria yang juga mengaku tinggal di kompleks Mendawai Sosial itu, sebelumnya belum pernah terjadi banjir di kompleks pasar. “Untuk (banjir) masuk ke dalam ini belum pernah, biasanya cuman di luar saja, jadi pedagang di sini juga tidak mengira,” kata Awang.
Ketika dirinya mengetahui air telah masuk ke lantai toko, bersama pedagang lainnya langsung mengamankan barang-barang dagangan. Diamankan ke tempat yang lebih tinggi.
“Semua pedagang datang langsung menyimpan barang ke tempat yang lebih tinggi,” ujar Awang dengan logat Banjar yang khas.
Dengan adanya kondisi ini, Awang mengaku akan terus menutup toko dan tidak berjualan. Selain demi menjaga keamanan barang dagangan dari kerusakan akibat banjir, berjualan dalam kondisi banjir sangat tidak menguntungkan, karena masyarakat pada malas ke pasar untuk berbelanja. Otomatis kerugian yang dialami karena menutup lapak jualana tidaklan kecil. “Sekitar jutaan rupiah,” ujarnya.
Sementara itu, Nabila yang merupakan penjual sembako mengatakan, seingatnya banjir yang terjadi di Pasar Kahayan kali ini menyamai banjir yang terjadi 2005 lalu. Perempuan yang mengaku sudah 14 tahun berjualan di Pasar Kahayan ini menyebut, banjir pada 2005 lalu terjadi selama beberapa hari.
“Waktu 2005 banjir juga pernah sampai ke dalam pasar, tapi dulu pasar ini masih bangunan lama,” ujar Nabila.
Dari pengamatan Kalteng Pos, meskipun banyak pedagang yang menutup toko, masih ada pedagang yang memilih tetap berjualan. Sebagian besar adalah pedagang sayur dan ikan.
Siti yang merupakan pedagang sayur mengaku tetap berjualan walau banjir, karena mempertimbangkan barang dagangannya.
“Sayuran ini kan cepat layu kalau enggak dijual sekarang,” kata perempuan berkerudung itu.
Meskipun masih bisa berjualan, Siti mengaku suasana Pasar Kahayan jadi lebih sepi. “Sepi mas, orang ngeliat halaman depan itu terendam aja, mungkin jadi mikir-mikir mau masuk (belanja), mending pada nonton banjir,” ujarnya sembari tersenyum.
Senada dikatakan Zain. Pedagang yang juga berjualan di kompleks Pasar Kahayan itu mengaku tetap membuka toko pakan ternak dan berbagai peralatan pertanian miliknya, karena selain menunggu pembeli maupun para langganannya yang mungkin datang berbelanja, ia juga mengantisipasi kemungkinan genangan air naik lebih tinggi.
“Saya tetap buka toko untuk masyarakat yang memerlukan pakan hewan peliharaan seperti ayam atau burung, sambil jaga-jaga kemungkinan banjir naik lagi,” ujar pria yang mengaku sudah 8 tahun berjualan di kompleks pasar itu.
Dari pemantauan Kalteng Pos di Pasar Kahayan, air mengenangi lantai deretan pertokoan pasar bagian belakang, khusus tempat berjualan sembako, sayuran, dan ikan. Ketinggian genangan air di lantai pertokoan sekitar 10-15 cm. (sja/ce/ala)