Site icon KaltengPos

Melihat Usaha Peternakan Kelinci di Tengah Pandemi Covid-19

MEMBERI MAKAN : Arif Priyantoro Madoni saat memberi makan kelincinya di peternakan kelinci Hana Farm, Sabtu (16/10). FOTO: PATHUR / KALTENG POS

Pandemi Covid-19 berdampak terhadap berbagai macam usaha. Dari yang skala kecil hingga besar. Namun, bencana nonalam ini justru tidak menggoyahkan usaha rumahan ternak kelinci di Kota Palangka Raya. Penjualannya tetap laris manis. Seperti apakah usaha yang satu ini?

PATHUR RAHMAN, Palangka Raya

KELINCI adalah hewan imut berbulu yang banyak digemari. Selain karena wujudnya yang menggemaskan, kelinci dikenal ramah atau jinak dengan manusia. Sehingga membuat hewan ini sangat diminati untuk dipelihara. Antusiasme masyarakat memelihara kelinci, dilihat Arif Priyantoro Madoni sebagai peluang untuk berbisnis.

Pria yang akrab disapa Doni ini memulai usaha ternak kelinci di kediamannya, Jalan Sawang I, Gang IV, Palangka Raya. Doni adalah seorang peternak kelinci aktif di Kota Palangka terhitung sejak 2019 lalu.

Awalnya hanya dua ekor kelinci. Kemudian lahirlan lima ekor anak kelinci nan imut. Memasuki usia enam bulan, kelinci-kelinci tersebut sudah memasuki masa kawin. Dari tiga indukan dan dua jantan itu, kelinci-kelinci peliharaannya mulai berkembang biak. Dari situlah ia memutuskan untuk menjadi peternak kelinci.

“Awalnya dari lima ekor kelinci, lalu menghasilkan sekitar lima belas kelinci, saya pun sempat bingung mau diapakan anak-anak kelinci itu,” kata Doni saat berbincang dengan Kalteng Pos, Sabtu (16/10).

Seiring waktu, kelinci-kelinci itu terus berkembang biak. Bulan lalu, hasil pengembangbiakan indukan kelinci yang dirawatnya itu berhasil melahirkan anak-anak kelinci sebanyak 40 ekor. Banyaknya kelinci di rumah Doni menarik minat sejumlah warga untuk membeli anakan kelinci. Doni pun terpikir untuk meneruskan usaha pengembangbiakan kelinci yang sudah dimulainya itu. Peternakan kelincinya itu diberi nama Hani Farm, terinspirasi dari nama putri sulungnya.

“Awalnya kelinci ini dirawat buat teman anak saya aja, eh ternyata ada potensi ekonominya,” ungkap Doni.

Banyaknya kelinci di rumah Doni mengundang perhatian warga sekitar maupun warganet untuk bermain ke rumahnya.

Bagi mereka yang ingin membawa pulang anakan kelinci usai dua bulanan, Doni mematok harga Rp60.000 per ekor. Namun Doni tidak menjual induk kelinci.

Pria yang juga berprofesi sebagai guru honorer di SD Muhammadiyah itu, kini telah memiliki 15 kelinci betina, tiga kelinci jantan, dan 15 anak kelinci berusia dua bulanan. Sedangkan kelinci yang baru berusia satu hari atau baru lahir ada 12 ekor. Terhitung dari setelah melahirkan, kelinci betina memerlukan waktu sekitar 1,5 bulan untuk kelahiran berikutnya. Doni menyebut, anak-anak kelinci yang telah berusia satu bulan akan dipisahkan dari kandan induknya.

Meski bisnis peternakan kelinci ini menjanjikan, tapi Doni pernah mengalami masa sulit kala awal memulai usaha ini. Saat itu sekitar 20 bayi kelinci mati karena diserang tikus. Ya, karena tikus merupakan salah satu musuh atau hama bagi kelinci.

“Karena itu, harus rutin membersihkan kandang kelinci ya, agar tikus-tikus tidak berani datang dan menyerang bayi-bayi kelinci,” ujar Doni.

Belajar dari pengalamannya itu, Doni memutuskan untuk memelihara kurang lebih lima ekor marmut sebagai cleaning service yang bertugas membersihkan sisa-sisa kotoran kelinci.

Setelah dua tahun beternak kelinci, Doni menyimpulkan bahwa perawatan kelinci cukuplah mudah. Asalkan selalu menjaga kebersihan kandang. Selain itu, pakan kelinci pun dipastikan selalu tersedia.

Pakan yang digunakan Doni adalah rumput odot, yang merupakan rumput khusus untuk pakan kelinci. Rumput odot ini tidak dibelinya, karena ia membudidayakan rumput itu di halaman depan rumah.

Rumput odot dipilih sebagai pakan kelinci karena memiliki kandungan gizi yang baik dan cukup kompleks untuk perkembangbiakan kelinci. Dengan begitu, kelinci-kelinci yang dirawat Doni tak membutuhkan perawatan tambahan seperti pemberian vitamin.

Saat ini, untuk anak kelinci berusia dua bulanan tidak lagi dijual Rp60.000 per ekor, tapi naik menjadi Rp100.000 per ekor. Doni mengaku bahwa pemasaran kelinci tidak hanya di dalam Kota Palangka Raya, tapi juga menjangkau hingga luar kota, seperti Kapuas, Mentangai, Tumbang Talaken, Pangkoh, Kurun, Sampit, dan bahkan sampai wilayah Barito Kuala.

“Alhamdulillah meskipun di tengah situasi dan kondisi pandemi Covid-19, penjualan kelinci tidak berpengaruh, tetap lancar, pemasaran pun lumayan, bahkan sampai ke luar kota,” terangnya.

Pada momen yang sama, Doni juga mengutarakan harapannya agar pemerintah juga memberi perhatian kepada para peternak kelinci di Palangka Raya. Tidak hanya kepada peternak kambing, sapi, dan lainnya.

“Apabila mau berkunjung dan lihat-lihat, datang saja ke Jalan Sawang Raya I, Gang IV, atau bisa juga menghubungi lewat akin Facebook Dhoni Romadhoni atau Hani Folowers,” pungkasnya. (*/ce/ala)

Exit mobile version