Universitas Palangka Raya (UPR) menjadi perguruan tinggi negeri (PTN) yang banyak melahirkan sumber daya manusia yang mumpuni di Kalteng. Tidak terhitung berapa banyak putra-putri terbaik asli Bumi Tambun Bungai alumni UPR yang berkiprah hingga kancah internasional.
EMANUEL LIU, Palangka Raya
UNIVERSITAS Palangka Raya berdiri sejak 10 November 1963. Namun saat itu belum ada dosen dan mahasiswa. Itu hadiah dari Presiden Soekarno melalui Tjilik Riwut dalam pencanangan Provinsi Kalteng pada 17 Mei 1957, di Kampung Pahandut, Kota Palangka Raya.Kala itu belum banyak panduduk di Kampung Pahandut. Hanya ada beberapa rumah atau pendukuhan.
Karena untuk membangun provinsi membutuhkan sumber daya manusia (SDM) yang mumpuni, maka Tjilik Riwut mengusulkan kepada Presiden Soekarno, mendirikan Universitas Palangka Raya yang saat itu bernama Unpar.Melalui kebijakannya Tjilik Riwut merekrut anak-anak muda dari wilayah hulu Kalteng untuk disekolahkan di lembaga pendidikan setara SMA, dididik menjadi guru di Kapuas, kemudian melanjutkan pendidikan ke Pulau Jawa. Setelah lulus pendidikan sarjana, pulang ke Kalteng menjadi tenaga pengajar. Para pegawai didorong menempuh kuliah agar wawasan dan pendidikan terus berkembang.
“Pak Tjilik Riwut sebagai presidium dan kemudian digantikan oleh sejumlah pejabat pemda. Beliau merupakan tokoh yang memprakarsai, Presiden Soekarno melalui Menteri Pendidikan saat itu menyetuju dan mendukung dibangunnya Universitas Palangka Raya,” kata Rektor UPR Dr Andrie Elia, S.E., M.Si. kepada Kalteng Pos di ruang kerjanya, Selasa (18/1).
Selanjutnya cendekiawan Dayak Nang Pati Anom ditunjuk sebagai presidium Unpar, Profesor Timang, dan juga tokoh lainnya sehingga dapat mendirikan fakultas ekonomi dan fakultas ilmu pendidikan tahun 1963. Setelah itu berkembang dengan adanya fakultas Lian dan menjadi universitas.Kala itu belum ada istilah rektor. Presidium yang memimpin Universitas Palangka Raya.
Setelah itu, terpilihlah rektor pertama yaitu Prof Usup. Lalu dilanjutkan oleh rektor-rektor yang lain. Baru berkembang menjadi fakultas. Saat ini ada 8 fakultas dan 1 pasca sarjana.Andrie Elia menyebut, Universitas Palangka Raya merupakan universitas pertama di Kalteng yang bertujuan membangun dan mencetak SDM berkualitas di Bumi Tambun Bungai.
Cita-cita UPR ada dalam peraturan menteri yaitu statuta universitas. Dalam statuta universitas itu ada visi dan misi yakni pola ilmiah pokok; pengembangan SDM, DAS dan rawa gambut.”Sampai sekarang tetap kami pertahankan, karena di Kalteng ini 80 persen lahan gambut dan daerah aliran sungai. Itu yang akan terus kami kembangkan. Bahkan UPR sudah merencanakan visi misi menjadi pusat unggulan ristek gambut dunia, di mana berkaitan dengan perubahan iklim dunia dalam menyuplai O2 dan menyerap CO2,” tegasnya.UPR berpotensi mengembangkan potensi SDM yang berkelas dunia.
Bukan hanya sebatas Kalteng atau Indonesia. Para peneliti gambut di dunia dalam meneliti gambut di UPR, karena Kalteng mempunyai lahan gambut terbesar di dunia.”Kami sudah punya dosen peneliti gambut, 60 dosen pakar gambut dari Universitas Palangka Raya yang sekolah di luar negeri dan mendapatkan gelar S-3 menjadi peneliti gambut dunia,” ujarnya.
UPR juga menjadi universitas yang memiliki sumber daya terbesar dalam penelitian gambut. Jadi semua prodi fakultas, kiblatnya kepada pengembangan potensi sumber daya alam gambut. Karena sumber daya alam menjadi potensi kesejahteraan manusia, serta menunjang program pemerintah.”Kalteng juga menjadi pendukung ibu kota negara baru, sehingga menjadi harapan Indonesia masa depan, walaupun tidak menjadi ibu kota negara,” ungkapnya. Status UPR akreditasi baik.
Ditargetkan ke depannya dapat meraih akreditasi internasional. Minimal ada beberapa prodi, seperti fakultas teknik, pertanian, MIPA, bahasa Inggris.Terget UPR ke depan adalah menjadi universitas berkelas dunia. Terbukti UPR sudah membangun sarana prasarana pusat penelitian inovasi gambut dengan laboratorium berstandar internasional, dua gedung kuliah berlantai enam dengan standar fasilitas berkelas internasional.Banyak prestasi yang diraih UPR di level nasional maupun internasional.
Capaian itu akan terus ditingkatkan ke depan. 30 persen dosen merupakan lulusan perguruan tinggi luar negeri dan lulusan terbaik di Indonesia.Semangat yang ditanamkan dimana sudah menetapkan visi misi pada Dies Natalis ke-58 tahun 2021 lalu, dengan tema UPR merajut kebangsaan dengan semangat Huma Betang.UPR Berkarya untuk Indonesia. Bahkan dunia. Itu sudah terbukti dimana ada ratusan ribu alumni UPR tersebar di seluruh penjuru tanah air. Karena mahasiswa UPR datang dari Sabang sampai Merauke.
“Keunggulan yang berbeda dengan universitas lainnya adalah kurikulum berbasis daerah sungai dan pergambutan. Tidak ada di daerah lain terkait keahlian mahasiswa mengembangkan gambut. Kemudian keunggulan lainnya memiliki prodi sendratasi yaitu seni suara, seni musik, seni drama, seni teater, seni tari yang mengandung kearifan lokal. Menciptakan guru-guru muatan lokal untuk menghidupkan kebudayaan di Kalteng dan Indonesia,” terangnya.
UPR juga menjalankan program pertukaran mahasiswa melalui program Merdeka Belajar. Mahasiswa UPR bisa kuliah di luar negeri sesuai mata kuliah yang diambil. Selain itu, ada lebih dari 1.000 mahasiswa dari luar negeri yang berkuliah di UPR.Jumlah mahasiswa UPR saat ini berkisar 18.000-21.000 orang dengan 8 fakultas (S-1), 1 pasca sarjana (S-2&S-3), dan 55 prodi.
Ada optimisme besar UPR menjadi universitas unggul ke depannya. Karena itu, saat ini UPR fokus meningkatkan status menjadi Badan Layanan Umum (BLU), sehingga menjadi otonom dan status akan meningkat. (*/ce/ala)