Sosok Badjuri Basuni akan terus dikenang oleh keluarga, sahabat, dan sejawatnya. Dermawan dan erat suka menjalin silaturahmi mewarnai kehidupannya di dalam keluarga maupun bersama orang-orang yang dikenal.
ANISA B WAHDAH, Palangka Raya
BADJURI Basuni tidak seketika dikenal, tapi dengan kerja keras dan kepribadiannya. Memulai perjuangan dari bawah hingga menjadi putra daerah yang berkarier di ibu kota negara dengan jabatan terakhirnya sebagai Tenaga Ahli Pengkaji Bidang Demografi Lemhanas RI 2007 lalu.
Pria yang lahir di Martapura pada 11 September 1949 silam merupakan putra kedua dari seorang TNI-AD. Sejak kecil ia mengikuti perjalanan tugas sang ayah. Mulai dari Banjarmasin, kemudian pindah ke Sampit pada 1959, lalu pindah ke Palangka Raya pada 1959, dan terakhir di Kapuas pada 1965 hingga pensiun.
Sejak masih remaja, Badjuri sudah aktif di kegiatan organisasi. Salah satunya organisasi Pramuka. Setelah lulus SMA di Kapuas, ia melanjutkan pendidikan tinggi di Universitas Palangka Raya (UPR) dengan gelar sarjana muda ekonomi, kemudian mendapat beasiswa dan menyelesaikan S-1 di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Badjuri mempersunting perempuan Dayak asli Samuda, Sampit, Kotawaringin Timur. Kariernya dimulai dari menjadi seorang tenaga honorer di salah satu instansi lingkup Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kalteng. Adiknya, Faqih Syar’I menjadi saksi perjuangan dan semangat Badjuri dalam menempuh pendidikan.
“Zaman dahulu akses Kapuas ke Palangka Raya masih menggunakan perahu kelotok, saya sering ke Palangka Raya mengantarkan uang untuk kakak saya,” katanya saat dibincangi Kalteng Pos.
Faqih menambahkan, di tengah kesibukan sebagai seorang mahasiswa, kakaknya juga bekerja sebagai tenaga honorer di salah satu instansi pemerintah. Itulah awal mula karier yang dilakoni sang kakak sembari menempuh pendidikan.
“Beliau gigih, semangat, serta pekerja keras. Untuk mencapai yang diinginkan, dilakukan dengan semangat. Beberapa tahun kemudian diangkat menjadi PNS,” kata pria yang juga pensiunan ASN Staf Ahli Wali Kota Palangka Raya tahun 2010 lalu.
Selain sebagai sosok yang semangat dan pekerja keras, Badjuri juga dikenal tidak suka menunda-nunda pekerjaan. Pria yang rajin dan peduli dengan keluarga. Dari kecil hingga kariernya menanjak, tetap menjadi penolong bagi keluarga.
Kesaksian tentang sosok Badjuri juga dikisahkan putranya yang digadang-gadang menjadi asbah, penerus nama besar Badjuri Basuni. Dia adalah Rizky Ramadhana Badjuri. Dikatakannya, sang ayah aktif di berbagai organisasi seperti KNPI, IPHI, serta organisasi keagamaan lainnya. Selain sebagai ASN, ayahnya juga merupakan politikus. Bahkan pernah terpilih menjadi Ketua Golkar Kota Palangka Raya.
“Kami sebagai anak melihat beliau sebagai sosok yang adil bagi seluruh anak dan cucu, hampir seluruh anggota keluarga dibantu,” katanya saat dibincangi Kalteng Pos, beberapa waktu lalu.
Hal itu karena melihat dari kehidupan ayahnya yang berangkat dari nol. Menjadi motivasi untuk empati kepada sesama yang membutuhkan. Pria yang akrab disapa Rizky Badjuri itu mengakui bahwa kekuatan ayahnya selama ini yakni memperkuat silaturahmi.
“Saya mendapat amanah dari ayah menjadi anak laki-laki yang bisa meneruskan dan bertanggung jawab terhadap keluarga,” katanya.
Pesan itu merupakan amanah yang harus dijalankan. Menjaga silaturahmi dan memenuhi amanah sang ayah untuk bisa bertanggungjawab terhadap keluarga. Sebelum mengembuskan napas terakhir, sang ayah berpesan untuk dimakamkan di Wonosobo, tempat tinggal kakak perempuannya saat ini.
“Kami dua bersaudara, saya punya kakak perempuan yang sudah menikah dan saat ini tinggal di Wonosobo, Jawa Tengah, untuk menjaga silaturahmi dengan kakak agar tidak terputus, karena sudah tidak tinggal di Kalteng lagi, maka dengan memakamkan ayah saya di Wonosobo, maka akan terus terjalin silaturahmi dengan kakaknya,” beber Rizky.
Sebelum berpulang, ayahnya sempat menyebut soal kecintaannya terhadap Bumi Tambun Bungai. Merasa senang apabila ada yang bisa mengharumkan nama Kalteng melalui prestasi di luar Kalteng.
“Bahkan ayah saya berpesan agar saya bisa lebih daripada beliau, karena keinginan orang tua tentu anaknya harus lebih baik dari orang tua,” tegasnya.
Karakter, sifat, serta semangat sang ayah menjadi bekal Rizky Badjuri untuk berusaha mewujudkan keinginan ayahnya. Apalagi, perjuangan ayahnya tidaklah mudah. Meniti karier dari jabatan dan golongan rendah saat itu I/d hingga bergolongan IV/e.
“Perjuangan beliau memang dari titik rendah hingga menjadi putra daerah yang berkareir di pusat (Jakarta, red), apalagi nama beliau lengket dengan nama saya, maka saya akan berusaha untuk meneladani beliau,” pungkasnya. (*/ce/ala)