Pekan Olahraga Nasional (PON) XX Papua telah selesai digelar. Saya dipercayakan Kalteng Pos untuk ikut meliput rangkaian multievent empat tahunan tersebut. Berikut catatan yang terekam dari arena pesta olahraga terbesar di Indonesia ini.
EMANUEL LIU, Jayapura
PERHELATAN PON XX Papua sempat dibayangi kekejaman aksi kelompok kriminal bersenjata (KKB). Dua pekan sebelum pembukaan, terjadi pembunuhan dan penganiayaan terhadap tenaga kesehatan (nakes) di Distrik Kiwirok, Kabupaten Pegunungan Bintang, Senin (13/9).
Peristiwa pembunuhan dan penganiayaan nakes merupakan rangkaian aksi KKB yang merusak sejumlah fasilitas umum di Distrik Kiwirok. Salah satu fasilitas umum yang dibakar adalah Puskesmas Kiwirok. Kejadian itu memicu kekhawatiran semua kontingen dan peserta PON XX Papua yang kala itu sedang bersiap-siap bertolak menuju Papua. Kekhawatiran juga menghampiri saya (wartawan Kalteng Pos) yang ikut tergabung dalam kontingen Kalteng menuju Kota Jayapura, Papua pada 28 September.
Saya bersama rombongan klaster Jayapura berangkat dari Bandara Tjilik Riwut Palangka Raya menggunakan pesawat Garuda Indonesia. Sempat transit di Jakarta. Tepat pukul 00.00 WIB, rombongan kotingen Kalteng yang bertolak menuju Bandara Sentani, mulai memasuki pesawat.Penjalanan dari Jakarta menuju Jayapura pun dumulai. Cukup melelahkan.
Setelah lima jam penerbangan, akhirnya kami tiba di bandara tujuan. Langsung disambut panitia PB PON. Kemudian menumpang bus menuju tempat transit di Stadion Barnabas Youwe (SBY) untuk beristirahat sejenak, sembari menikmati hidangan dan hiburan.
Sebelum memasuki ruang transit, kontingen disambut dengan tarian khas Papua yang diperagakan anak-anak muda dengan gembira dan keramahan. Setelah itu, perjalanan dilanjutkan menuju posko di Kota Jayapura, dengan waktu tempuh satu jam. Sesampai di posko, rombongan yang terdiri dari ketua klaster Jayapura, panitia, pihak keamanan, dan lainnya mengadakan rapat singkat membahas terkait tugas dan fungsi masing-masing.Kontingen Kalteng memiliki dua posko di Kota Jayapura, yaitu di Kota Raja dan Waena.
Namun karena bersebelahan dengan asrama mahasiswa Mimika, maka posko di Jalan Taruna Bhakti Perumnas I Waena sempat tidak ditempati, karena pertimbangan keamanan. Sebab, lokasi itu dianggap rawan terjadi tindak kriminal. Namun, saya bersama rekan wartawan dari Kalteng memberanikan diri untuk menempati posko tersebut. Ternyata situasi sangat aman di hari pertama. Menyusullah para tenaga kesehatan dan anggota kontingen lainnya.”Selama menempati tempat ini, tidak pernah merasakan adanya gangguan apapun.
Mereka (warga lokal, red) sangat ramah saat disapa. Memang ada beberapa yang terlihat sering mengonsumsi minuman keras di emperan toko, tetapi tidak sampai mengganggu kami,” kata salah satu rekan wartawan dari Kalteng. Dari sisi pengamanan, pintu dan jendela rumah yang ditempati di Posko Waena dilengkapi kunci lapis dua. Tampaknya pemilik rumah sudah mengantisipasi pengamanan untuk anggota rumah jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.
Keramahan warga lokal sebagai tuan rumah pernah saa alami sendiri. Kala itu ban motor saya bocor di Stadion Mandala Jayapura. Saya pun berusaha mencari bengkel tambal ban. Saat itu hari mulai malam. Beruntung warga setempat sangat responsif.
Membantu saya dengan menunjukkan arah menuju bengkel.”Kenapa kaka motornya? Sini saya tunjukan tempat tambal ban terdekat, semoga masih buka di sana,” ucap warga lokal itu kepada saya, sembari berjalan menuju bengkel tambal ban yang tak jauh dari Mal Jayapura.
Keringat terus bercucuran, karena harus menuntun motor hampir sepanjang 8 km lebih. Namun, keramahan masyarakat lokal yang saya alami saat itu benar-benar menjauhkan rasa kekhawatiran selama ini. Setelah ban motor diperbaiki, malam itu saya langsung melanjutkan perjalanan kembali ke Posko Waena.Minggu pertama berada di Jayapura, pemandangan dan keindahan alam Kota Jayapura begitu memesona. Jalan kota yang berada di perbukitan dan lembah, memperlihatkan kemajuan pembangunan infrastruktur yang bikin kagum. Seperti Stadion Lukas Enembe dan fasilitas lainnya yang sangat megah dan berstandar internasional.Belum lagi bandara dan jalan yang terus dibenahi sebelum pelaksanaan PON XX Papua.
Semua itu menjadi kebanggaan masyarakat Papua. Begitu besar perhatian Presiden Joko Widodo dan pemerintah daerah yang sangat peduli dengan pembangunan infrastruktur Papua agar setara dengan daerah lainnya.
“
Kami sangat bersyukur memiliki presiden seperti Joko Widodo yang sangat mencintai masyarakat Papua. Bapak itu merupakan satu satu presiden yang sangat konsen dengan pembangunan di sini. Kami juga sangat mencintai Bapak Jokowi. Seandainya bisa tiga periode atau seumur hidup, maka kami pasti dukung beliau. Karena di bawah kepemimpinannya, Papua pasti akan terus maju,” tutur salah satu warga lokal, Richardus kepada Kalteng Pos saat itu.Menurutnya, hanya Presiden Joko Widodo yang mau peduli dengan masyarakat Papua.
Bahkan tak sungkan untuk mendatangi pedagang kecil dan membeli barang dagangan sebagai bentuk perhatian.Keputusan untuk melaksanakan PON XX di Papua merupakan bukti nyata perhatian besar pemerintah pusat untuk kemajuan pembangunan di wilayah timur Indonesia.”Dengan adanya PON ini, jalan kami makin bagus, sarana dan prasarana olahraga dibangun sangat megah dan berstandar internasional, bahkan Stadion Lukas Enembe yang dijadikan lokasi seremoni pembukaan dan penutupan PON kali ini merupakan stadion termegah di Asia Pasifik. Terima kasih Bapak Presiden dan terima kasih untuk masyarakat Indonesia. Torang Bisa,” tutupnya. (*/bersambung
ce/ala)