Pekan Olahraga Nasional (PON) XX bakal digelar Oktober mendatang. Empat bulan menjelang multievent empat tahunan itu, muncul sedikit “riak” yang membuat persiapan cabang olahraga (cabor) dayung Kalteng terganggu. Persoalaan klasik yang selalu muncul.
EMANUEL LIU, Palangka Raya
CABOR dayung merupakan satu satu cabor yang potensial mendulang medali bagi Kalteng pada PON XX Papua mendatang. Sayangnya, dukungan masih minim untuk cabor andalan ini. Padahal korporasi yang bergerak di berbagai sektor, baik perkebunan, kehutanan, maupun pertambangan banyak beroperasi di wilayah Kalteng. Sebenarnya bisa menjadi bapak angkat atau donatur untuk mendukung kemajuan olahraga di Bumi Tambun Bungai. Dengan begitu persoalan klasik terkait anggaran tidak mengganggu persiapan cabor. Para atlet pun bisa lebih fokus menjalani latihan demi mengejar target medali.
Minimnya perhatian dirasakan oleh cabor dayung. Sebanyak 32 atlet yang diproyeksikan berlaga pada PON XX di Papua terpaksa harus menggelar aksi turun ke jalan. Berharap ada sumbangan sukarela dari masyarakat. Aksi yang dijalankan kemarin (22/6) di simpang tiga lampu merah Jalan Yos Sudarso itu merupakan buntut belum cairnya uang saku para atlet selama menjalani latihan.
Gunawan dan Poliansyah mewakili atlet yang melakukan aksi tersebut mengatakan, kebutuhan untuk beli minyak selama latihan, kebutuhan nutrisi, sabun, sepatu, obat-obatan, dan lainnya sama sekali tidak ada. Hanya mengandalkan uang pribadi. Sementara ada beberapa atlet yang belum mempunyai pekerjaan.
“Kami sudah mengusulkan kepada koordinator pelatih, tapi kami diminta sabar dan menunggu proses dari KONI,” kata Gunawan kepada media, kemarin.
Ia mengatakan bahwa tersisa tiga bulan lagi masa efektif persiapan latihan sebelum PON XX digelar. Selama ini para atlet seakan diabaikan hingga habis kesabaran mereka.
“Kita kan mewakili Kalteng, masa kami diperlakukan seperti ini tanpa ada perhatian. Kegiatan kami latihan dari pagi sampai siang dan sore menggunakan dana pribadi. Makanan pun seadanya. Bagaimana bisa menargetkan prestasi kalau atlet saja tidak diperhatikan dengan baik,” ucap Gunawan.
Menurut mereka, asupan nutrisi selama ini sangat jauh dari standar bagi para atlet, seperti susu, daging, dan telur. Tersendatnya dana memang tidak menghambat para atlet menjalani latihan. Meski demikian para atlet memiliki hak untuk diperhatikan.
“Kami akan selalu sabar, tapi jika tidak ditanggapi, maka kami akan melakukan lagi aksi turun ke jalan, bahkan akan turun dengan melibatkan cabor lain yang juga lolos ke PON, akan ada pergerakan massa yang lebih banyak lagi,” tegasnya.
Kemungkinan terburuk adalah para atlet akan membubarkan diri dan tidak berangkat mengikuti PON, jika belum ada perhatian dari pemerintah maupun KONI. Hal itu sebagai bentuk perhatian dan kepedulian sebagai sesama atlet ikut mengalami kesulitan rekan-rekannya.
Terpisah, Ketua Umum Pengurus Provinsi (Pengprov) Persatuan OIahraga Dayung Seluruh Indonesia (PODSI) Eddy Karusman mengatakan bahwa pihaknya sudah berusaha maksimal mengakomodasi semua kebutuhan atlet, mulai dari makan, penginapan, dan lainnya.
“Namun kami tak dapat menghalangi atlet yang melakukan aksi itu. Kalau soal uang saku, tentu berhubungan dengan anggaran. Karena sedang kesulitan keuangan, maka kami menunggu saja. Tugas pengurus cabor adalah melaksanakan kegiatan di lapangan, sedangkan urusan anggaran merupakan kewenangan pemerintah melalui KONI,” tegasnya kepada media di ruang kerjanya, Selasa (22/6).
Ditambahkan Eddy, selama ini pihaknya juga berupaya untuk mencari dana talangan guna memenuhi kebutuhan sehari-hari para atlet. Untuk penyediaan peralatan, sejauh ini PODSI sudah berupaya sesuai kemampuan. Terkait sarana dan prasarana (sarpras) peralatan, PODSI sudah melayangkan usulan ke Dispora.
“Untuk makan para atlet, kami menyesuaikan dengan pagu anggaran yang disediakan. Kalau standar atlet di pelatnas, memang sangat besar. Apalagi anggaran saat ini memang masih ditalangi pihak lain,” tuturnya.
Menanggapi ancaman boikot para atlet dayung, Eddy meminta para atlet memahami kondisi cabor saat ini. Ia memastikan bahwa anggaran itu ada, tapi belum bisa diturunkan.
Sementara itu, Sekretaris Umum KONI Kalteng H Elbadi Fardian mengatakan, semua pihak sudah berupaya agar anggaran tersebut segera digelontorkan dan digunakan sesuai pos-pos yang ada.
“Standarisasi untuk atlet juga menyesuaikan dengan nilai rupiah atau anggaran yang tersedia,” ujarnya.
Dari situ akan diketahui berapa anggaran yang dibutuhkan serta berapa cabor dan atlet yang akan diberangkatkan.
Ditambahkan Wakil Ketua Umun III Bidang Dalam dan Luar Negeri HM Hasanudin Noor yang saat itu didampingi Wakil Ketua Bidang M Rasad Samuel, saat ini negara bahkan dunia tengah mengalami kondisi sulit karen pandemi Covid-19. “Berkaitan dengan itu rencananya akan direalisasikan pada triwulan ketiga. Sejauh ini kami jalankan komunikasi dengan baik,” ungkapnya.
Pihaknya menilai bahwa sangat wajar apabila para atlet melakukan aksi tersebut. Namun pihaknya meningatkan bahwa untuk mencapai sesuatu yang hebat, tentu akan melalui banyak halangan dan rintangan.
“Memang selama ini cabor yang banyak mendulang medali adalah dayung. Kami minta pelatih maupun atletnya bersabar ya, tidak perlu turun ke jalan dan mencari jalan keluar atas apa yang jadi kesulitan di lapangan,” terangnya.
Untuk diketahui, dana yang dibutuhkan KONI menghadapi PON XX berkisar Rp10 miliar. Termasuk untuk peralatan dan biaya keberangkatan. Cabor yang menggunakan dana talangan untuk menggelar pelatda adalah dayung dan panahan. Cabor lain melakukan secara mandiri. Total cabor yang lolos ke PON kali ini sebanyak 16 cabor. Finalisasinya setelah pertemuan KONI bersama gubernur nanti, yang akan diawali dengan pemaparan dari pihak KONI. (*/ce/ala)