Site icon KaltengPos

Lestarikan Budaya Tanah Kelahiran, Berbaur dengan Budaya Lokal

TRADISI: Pemuda-pemudi Nias menampilkan tarian khas Nias pada momen penyambutan mahasiswa baru di Aula KONI Palangka Raya, belum lama ini. FOTO: HAPPINAS UNTUK KALTENG POS

Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung. Mengandung arti bahwa seseorang sepatutnya mengikuti atau menghormati adat istiadat yang berlaku di tempat tinggalnya. Peribahasa ini melekat pada pemuda-pemudi perantau dari Nias yang saat ini menempuh pendidikan di Kota Cantik.

ANISA B WAHDAH, Palangka Raya

PEMUDA-pemudi Nias mendirikan wadah perkumpulan Himpunan Pemuda Pemudi Nias (Happinas) Kota Palangka Raya. Organisasi ini menjadi wadah bagi pemuda-pemudi Nias untuk berkumpul dalam lingkup saudara Nias, termasuk untuk menjaga tali silaturahmi dari daerah asal di perantauan.

Kekeluargaan dan persaudaraan di dalam happiness ini sangat terlihat dan betul-betul diwujudkan. Tak hanya itu, Happiness juga terus berusaha melestarikan budaya yang menjadi tempat kelahiran, tanpa melupakan di mana mereka tinggal, di situlah mereka juga harus menjunjung budayanya.

“Organisasi ini menjadi wadah kita berkumpul dan bersilaturahmi, melalui wadah ini juga dapat melestarikan budaya, kesenian, dan mempererat kekeluargaan sesama warga Nias,” kata Ketua Happinas Palangka Raya Yarianto Zendrato saat dibincangi Kalteng Pos, Selasa (23/11).

Bukan berarti dengan berkumpulnya orang-orang Nias pada satu wadah ini, kemudian tidak mau berbaur dengan adat dan istiadat tempat di mana mereka tinggal saat ini. Justru melalui wadah perkumpulan ini, mereka dapat berbaur dengan budaya ataupun suku-suku yang ada yang ada di Bumi Tambun Bungai ini.

“Melalui organisasi ini kami memiliki target tidak hanya melestarikan budaya kelahiran, tapi juga memperkenalkannya di tanah perantauan agar dikenal masyarakat Kalteng,” ucapnya.

Karena Bumi Tambun Bungai menjadi pilihan untuk menempuh pendidikan, sehingga pemuda-pemudi Nias berbaur dengan masyarakat lokal. Begitupun dengan budayanya.

“Bahkan melalui wadah ini, pemuda-pemudi Nias memiliki jembatan untuk berbaur dengan masyarakat dan budaya lain,” ucap pria kelahiran Nias, 21 November 2000.

Pria yang baru saja berulang tahun ke-21 ini menyebut, hal yang dilakukan seperti mengikuti berbagai event yang di dalamnya juga bergabung dengan budaya-budaya lain. Dengan demikian, para anggota Happiness dapat menyatukan budaya di dalam kehidupannya, menghormati budaya yang ada di Kalteng, dan tidak melupakan budaya yang dibawa dari tanah kelahiran.

“Bahkan dalam berbagai kegiatan yang dilaksanakan oleh Happinass, juga mengundang orang-orang asli Kalteng maupun dari suku lain,” ujarnya.

Melalui organisasi ini mereka berkolaborasi dengan budaya dan suku lain. Juga dapat membangun relasi dengan orang-orang di Kalteng. Terbukti, para pemuda-pemudi yang tergabung dalam organisasi ini terus menumbuhkan cinta budaya dan tanah kelahiran.

“Organisasi ini juga lebih menekankan kepada organisasi yang menganut asas kekeluargaan,” ucap Zend, nama panggilannya.

Hal itu terlihat nyata saat momen yang paling ditunggu-tunggu, yakni penyambutan mahasiswa baru. Ketika ada pemuda atau pemudi yang baru datang dari Nias untuk kuliah di Kota Cantik, momen ini menjadi event besar sebagai ajang silaturahmi seluruh anggota organisasi. “Melalui penyambutan maba Nias di Palangka Raya, dapat menyatukan kami sesama warga Nias,” singkatnya.

Tidak memandang orang itu datang dari kecamatan atau kabupaten yang sama atau berbeda, ketika sudah di perantauan, semua warga Nias menjadi satu keluarga. Bahkan mereka yang datang langsung menjadi anggota perkumpulan. (*/ce/ala)

Exit mobile version