JAKARTA- Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan saat ini yang belum bisa diselesaikan oleh pemerintah adalah terkait angka kematian akibat Covid-19 di Tanah Air. Menurutnya, angka kematian di dalam negeri harus terus ditekan.
Hal ini yang ia terus sampaikan ke jajaran kabinetnya dan juga ke pemerintah daerah (Pemda). “Yang masih belum kita bisa selesaikan, ini saya selalu saya sampaikan ke Menkes, ke Memda, urusan angka kasus kematian ini ahrus betul-betul ditekan terus,” ujar Jokowi saat bertemu dengan ketum parpol yang ditayangkan di YouTube Sekretariat Presiden, Sabtu (28/8).
Jokowi melanjutkan, jumlah keterisian rumah sakit atau bed occupancy rate (BOR) secara nasional saat ini sudah mengalami penurunan sebesar 30 persen. Hal ini berkurang drastis pada saat Juli 2021 lalu jumlah BOR di rumah sakit (RS) nasional mencapai 80 persen. “Mengenai BOR keterisian tempat tidur di rumah sakit, alhamdulilah ini juga patut kita syukuri,” katanya.
Angka penularan Covid-19 di dalam negeri menurut Jokowi sudah mengalami pemurunan. Kata dia, Indonesia pernah berada di puncak pada 15 Juli 2021 dengan penularan harian sebesar 56 ribu kasus. “Alhamdulilah pada 24 Agustus kemarin kasunya jadi 19 ribu dari 56 ribu,” ungkapnya.
Mantan Gubernur DKI Jakarta ini menuturkan keberhasilan Indonesia menekan angka penularan Covid-19 di tanah air lantaran belajar dari negara-negara lain. Keberhasilan negara lain yang kini terapkan di Indonesia. “Saya telepon beberapa negara yang kita nilai berhasil melakukan pengendalian dan kita coba untuk modifikasi di sini dalam rangka pengendalian di negara kita Indonesia,” tuturnya.
Presiden Jokowi juga berterima kasih kepada Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN), TNI dan Polri yang telah ikut membantu penanganan pandemi Covid-19. “Sehingga sekarang kita angka kesembuhan sudah di atas rata-rata dunia, yaitu 89,5 persen,” pungkasnya.
Sementara itu, Gubernur Kalteng H Sugianto Sabran melalui Pj Sekda Kalteng Nuryakin mengatakan, saat ini ketersediaan liquid oxygen atau oksigen cair di Kalteng tersedia untuk lima hari lebih atau sekitar 135 jam. Sedangkan untuk volume tabung oksigen untuk tiga hari lebih atau 85 jam.
”Kebutuhan total penggunaan liquid 6.300 meter kubik per hari dan total kebutuhan oksigen tabung 2.700 meter kubik per hari,” kata Nuryakin di Rumah Sakit dr Doris Sylvanus (RSDS) Palangka Raya, Sabtu (28/8).
Diungkapkannya, memang beberapa waktu terakhir ini Kalteng berada di puncak kasus Covid-19 yakni pada Juli lalu. Hal itu terlihat dari tingginya angka kesakitan, angka kematian dan peringkat hunian RS serta kebutuhan obat-obatan termasuk terapi oksigen medis yang cukup tinggi.
“Namun, puncak kasus ini telah mengalami penurunan mulai Agustus ini,” ungkapnya.
Saat ini pun, lanjut dia, terlihat adanya perbaikan kondisi O2 di Kalteng, dimungkinkan oleh supply yang lancar dari pemerintah daerah (pemda) yang bekerja sama dengan pihak penyedia, selain itu juga adanya bantuan-bantuan ke Kalteng.
“Penurunan penggunaan O2 ini tentu juga ada hubungannya dengan BOR di RS, artinya sudah mengalami penurunan kasus,” ucapnya.
Ditambahkannya, dalam jangka panjang untuk mengantisipasi ketersediaan pasokan oksigen medis ini, pihaknya memprogramkan untuk penguatan pengadaan tingkat provinsi. Piahknya juga mengimbau kepada kabupaten/kota agar daerah dapat membuat atau mengadakan mesin oksigen generator secara mandiri.
“Karena selain bencana Covid-19 ini, pada umumnya kita akan digunakan dalam pengendalian terapi kekurangan oksigen pada bencana kabut asap,” tegasnya.
Sementara itu, Direktur RSDS Palangka Raya Yayu Indriaty mengatakan, berdasarkan sensus bulan Juli dan Agsutus di RSDS, terlihat memang pada Juli ada lonjakan kasus hingga tingginya angka kematian akibat Covid-19. Namun, dalam dua minggu terakhir ini terjadi penurunan kasus khususnya di RSDS.
“Mudah-mudahan ini berhasilnya PPKM dan angka kasus terus menurun sehingga Covid-19 ini bisa dikendalikan,” pungkasnya.(abw/jpc/ram)