Site icon KaltengPos

Melihat Penjualan Jagung Menjelang Pergantian Tahun

SEPI PEMINAT: Banyak penjual jagung bermunculan di beberapa titik Kota Palangka Raya. Tahun ini harga jagung mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya. Tampak penjual jagung di ruas Jalan Diponegoro, kemarin (30/12). FOTO: DENAR/KALTENG POS

Jagung sepertinya sudah menjadi menu wajib yang menjadi santapan masyarakat pada malam pergantian tahun. Setiap menjelang tahun baru biasanya hampir setiap ruas jalan di Kota Cantik Palangka Raya banyak yang menjajakan jagung. Pada penghujung tahun ini, petani maupun penjual jagung sedang menjerit.

DENAR-PATHUR RAHMAN, Palangka Raya

BENCANA banjir yang melanda Kota Palangka Raya pada bulan September dan November berdampak buruk bagi petani jagung. Sebagian besar petani di wilayah Kecamatan Sebangau mengalami gagal panen. Sehingga target penjualan jagung secara besar-besaran menjelang pergantian tahun 2021 meleset.

Jumlah panen yang sedikit menyebabkan harga jualnya melonjak tinggi di tingkat petani. Tidak salah jika harga di pasaran yang dijajakan oleh penjual di beberapa ruas jalan kota cantik melambung tinggi. Imbasnya, tidak banyak masyarakat yang berminat untuk membeli.

Seperti yang diungkapkan Ratna jagung di Jalan Diponegoro, Palangka Raya. Perempuan ini mengeluh sepinya pembeli yang membeli jagung di penghujung akhir tahun 2021, pada tahun lalu dirinya menjual jagung kewalahan melayani pembeli, bahkan stok jagungya terjual habis. Namun, kata Ratna, tahun ini penjualan sangat turun. Turunnya sangat drastis akibat ada kenaikan harga mulai dari tingkat petaninya.

“Untuk tahun ini harga partaian tingkat penjual di Kelurahan Kalampangan harga Rp35 ribu rupiah per/ikatnya. Kalau tahun lalu Rp20-25 ribu rupiah. Jadi tahun ini mau nggak mau harga kita jual per ikat ada kenaikan harga, untuk sekarang harga per ikatnya kita jual Rp40-45 ribu rupiah, karena kita beli dari petani sudah naik harganya,” ucap Ratna saat dibincangi Kalteng Pos, kemarin (30/12).

Naiknya harga jagung menurut Ratna, karena hasil panenya sedikit pada tahun 2021. Banyak kebun petani dilanda banjir, jadi stok jagung turut menipis.

“Tidak seperti tahun lalu, jagung melimpah, bahkan dirinya berjualan bisa sampai kehabisan stok oleh banyaknya yang membeli. Ya banyak pembeli ngeluh karena harga naik, bahkan ada yang ga jadi beli, untuk hari ini saja dari siang tadi (kemarin) saya jual baru laku satu ikat,” cetusnya.

Hal senada juga diungkapkan Robi, pedagang jagung di Jalan Ahmad Yani juga merasakan hal yang sama, pembeli juga sepi jelang akhir tahun, Roby tidak menampik harga jagung dari petani mangalami kenaikan akibat pengaruh cuaca dan hasil panen tidak melimpah pada tahun lalu.

“Ada kenaikan, banyak juga warga bertanya kenapa harganya naik, ya saya bilang naik oleh dari petani, karena hasil panen sedikit akibat banjir, ya kalau yang beli ya ada aja, tapi tidak banyak,” tutupnya.

Sementara itu, Lurah Kalampangan Yunita Martina, pada Kamis (30/12) melakukan kegiatan survei kepada para pedagang jagung untuk mengecek berapa harga pasaran jagung yang di jual menjelang perayaan malam tahun baru.

Berdasarkan hasil pemantauannya, harga jagung yang dijajakan tepat di depan kantor Kelurahan Kalampangan per ikat dengan isi 10 jagung harganya sebesar Rp50 ribu. Harga tersebut mengalami kenaikan sebesar Rp15 ribu dari tahun lalu.

Dimana tahun lalu harga jagung per ikatnya hanya Rp 35 ribu, kenaikan harga ini menurutnya dikarenakan adanya dampak banjir pada tahun ini yang terjadi sebanyak dua kali dalam setahun, memberikan dampak pada sektor pertanian.

“Sektor pertanian jagung terdampak banjir, buktinya dari beberapa Rukun Warga (RW) hanya dua RW saja yang bisa menanam dan melaksanakan panen jagung, hak tersebut yang membuat harga jagung cukup tinggi,” ungkapnya.

Dikatakannya jumlah panen jagung tahun ini menurun dari tahun – tahun sebelumnya yang bisa menghasilkan hingga ratusan ribu biji jagung, tahun ini hanya sebanyak 50 ribu biji saja dari 50 Kepala Keluarga (KK) yang menanam.
Melihat antusiasme masyarakat dalam membeli jagung meskipun harganya melambung tinggi, Yunita menyatakan bahwa pasokan jagung tersebut dirasa kurang untuk memenuhi permintaan masyarakat Kota Cantik.

“Meskipun terdampak banjir, saya lihat para petani jagung ini semangatnya tidak luntur, bahkan ada beberapa petani yang kembali mulai menanam jagungnya setelah paska banjir terjadi,” pungkasnya. (*/ala)

Exit mobile version